Topik kita pada hari ini adalah contentment. Saya akan mengajak kita untuk melihat apa sebenarnya pengertian dari contentment.
Secara singkat contentment itu bisa diartikan sebagai kepuasan hidup atau sikap/kecondongan hati yang menerima hidup ini dengan puas, bahagia. Jika sudah menikah, kita menerima pernikahan kita. Belum menikah, kita juga menerimanya. Kita menerima bukan karena tidak ada pilihan lain. Kita menerima karena kita tahu bahwa itu adalah bagian yang Tuhan berikan dan karuniakan dan kita bahagia dan puas dengan bagian itu. Contentment di sini bukan sekedar penampilan luar. Jika orang tidak pernah mengeluh dan selalu tertawa belum tentu dia sedang contentment atau bahkan dia menutupi ketidak-contentment-annya dengan tawanya tersebut. Contentment juga bisa didefinisikan sebagai situasi atau fakta yang memang membuat kita bahagia apa ada nya [The state or fact of being happy with one’s lot] atau the state or fact of being satisfied. Kita puas dan bahagia dengan situasi dan fakta yang Tuhan berikan dan ijinkan. Dalam setiap situasi pasti ada enak atau tidak enaknya. Poinnya adalah apakah kita contentment dalam bagian kita itu. Apakah kita puas dan bahagia dengan bagian kita itu masing-masing. Contentment juga bisa didefinisikan sebagai rasa senang dan puas dengan apa yang menjadi bagian kita/yang kita miliki. Kita puas dengan pekerjaan, pasangan hidup, atau pasangan hidup yang jelas. Tetapi hal ini tidak sama dengan sikap cepat puas diri. Sikap cepat puas diri berarti tidak berjuang dengan maksimal.
Ada beberapa alasan mengapa topik mengenai contentment penting untuk kita pelajari. Pertama adalah arus materialisme, konsumerisme, dan hedonisme yang semakin kuat apalagi setelah alumni. Sebenarnya dari dulu sudah ada sikap seperti ini tetapi tidak mampu karena belum ada uang. Kedua adalah sikap kecondongan hati akan mempengaruhi cara hidup. Ketiga, kecondongan hati yang salah akan membelokkan tujuan hidup yang benar dan mengaburkan panggilan hidup. Sewaktu mahasiswa kita sudah mantap akan visi maupun misi kita, tetapi kalau kita mempunyai kecondongan hati yang salah, semua itu bisa dibelokkan. Keempat, mengapa kita mempelajari mengenai contentment adalah karena sudah diperingatkan oleh kebenaran firman Tuhan. Dalam 2 Tim 3:1-5 kita bisa melihat bahwa ada tritungal palsu. Ada berhala diakhir zaman yaitu pemberhalaan diri, uang dan hawa nafsu (ayat 2-4). Sering sekali ketiga hal ini bersumber dari discontentment. Orang-orang yang beragama tapi mencintai hal-hal tersebut lebih daripada Tuhan. Bahkan ada kecenderungan menceraikan ibadah dan kehidupan sehari-hari (ayat 5). Di sisi lain ada ibadah di sisi lain ada kehidupan sehari-hari. Dunia kerja dan MBA (Mimbar Bina Alumni) terpisah. Dunia kerja (Senin- Sabtu) berbeda dengan dunia Gereja (hari Minggu).
Ada konteks di mana ketiga hal ini (diri, uang , dan hawa nafsu) selalu menjadi musuh dari pertumbuhan rohani dan kekristenan karena menjadi tritunggal palsu pada akhir zaman ini. Dan ketiga hal ini sering dekat dengan alumni. Firman Tuhan berkata, “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (Mat.6:21). Sering sekali apa yang menjadi pusat kita, sadar atau tidak sadar, adalah harta. Keinginan akan banyak hal bisa menghambat pertumbuhan rohani dan karakter kita (Mar 4:19). Kita ingin memiliki banyak hal, padahal seharusnya keinginan kita hanya satu yaitu ‘menyenangkan Tuhan’. Jika memiliki banyak keinginan, maka kita akan menjadi orang bingung dan kelelahan dan pasti tidak akan bertumbuh. Mari memiliki hanya satu keinginan dan fokus pada satu hal, yaitu menyenangkan Tuhan. Kegiatan boleh banyak, tetapi mari berfokus pada satu hal, yaitu menyenangkan Tuhan. Sering sekali kita tidak mengarahkan kepada kebutuhan kita dan keinginan kitalah yang menguasai kita (Luk 10:4).
Memiliki contentment itu sangatlah penting. Contentment akan membantu kita supaya tidak tejebak dalam ketidaktamakan/rakus. Contentment juga adalah rahasia kepuasan hidup (dalam rangka pernikahan, keluarga, pekerjaan, dan pelayanan). Contentment juga akan membantu kitab untuk tidak mudah jatuh dalam dosa lainnya (perzinahan, mencuci, korupsi, berhutang, dll). Contentment juga adalh kunci hidup bahagia (dengan istri/ suami, anak, pekerjaan, rumah, dll). Dengan contentment juga kita bisa menikmati berkat Tuhan dan jerih payah kita. dengan contentment juga kita bisa setia dalam panggilan Tuhan (panggilan melayani full time, pegawai negeri/swasta).
Bagaimana agar kita bisa contentment? Pertama, kita harus menyadari bahwa hanya Allah yang bisa memuaskan hidup kita (bukan pekerjaan, harta, jabatan, atau pasangan hidup). Yang bisa memuaskan kita hanya Dia yang adalah Air dan Roti Hidup. Blaise Pascal pernah berkata bahwa ‘Nothing could satisfy our heart except the Creator’. Kita sering mendengar kalimat ini pastinya, bahwa uang bisa membeli kasur, makanan, entertainment, wanita/pria tapi tidak bisa membeli tidur nyenyak, kenikmatan makan, kebahagiaan, cinta. Uang bisa membeli banyak hal tetapi tidak akan pernah bisa membuat kita contentment, hanya Allah yang bisa. Kedua, kita perlu belajar mencukupkan diri (Learn to be content). Jadi contentment tidak datang dengan sendirinya. Kita perlu belajar mensyukuri apa yang menajdi bagian kita. Hal ini akan membantu kita untuk tidak sombong ataupun minder dengan apa yang menjadi bagian kita. Mari belajar contentment dengan terus mengingat dan mensyukuri berkat-berkatNya. Sekali lagi, ingat untuk membedakan antara apa yang kita butuhkan dan kita inginkan.
Kita bisa content jika kita bisa menerima apa yang tidak bisa kita ubah. Ada sebuah doa yang terkenal dengan serenity prayer yang mengatakan “God, grant me the serenity to accept the things I cannot change, the courage to change the things I can, and the wisdom to know the difference”. Jangan dibalik, kita mengubah yang tidak perlu diubah dan tidak mengubah apa yang perlu diubah. Mari kita menjadi realis dengan harapan-harapan kita. ketidakbahagiaan kita sebenarnya bukan karena pengalaman kita tetapi kepada apa yang kita harapkan. Misalnya harapan ketika sudah tamat langsung dapat kerja dengan gaji besar. Tetapi ketika alumni, kita tidak mendapatlan seperti yang kita harapkan. Dan tentu saja hal ini akan membuat kita tidak contentment dan tidak bahagia. Jadi kita tidak bahagia bukan karena pengalaman kita, tetapi karena harapan kita. Dan tentu saja harapan kita itu tidaklah menjadi bagian kita. Jika kita memiliki Tuhan dan Tuhan menjadi bagian kita, maka sebenarnya kita memiliki segalanya karena Tuhanlah yang bisa memuaskan dan memberikan kebahagiaan yang sejati bagi kita.
Tetapi ingat juga, bahwa ada pencuri contentment dalam hidup ini. Bisa saja awalnya kita contentment tetapi sering sekali contentment kita itu dicuri oleh iklan-iklan yang ada di Televisi atau koran. Bisa juga dialihkan karena kita jalan di Mall dan ada pameran-pameran produk baru. Sebelum ke mall kita harus mencatat apa yang menjadi kebutuhan kita agar tidak terjebak dengan tawaran-tawaran yang ingin memuaskan keinginan kita yang bisa saja banyak terdapat di mall tersebut. Bahkan majalah-majalah yang menawarkan sesuatu yang membuat penampilan kita jauh lebih bagus. Apa lagi yang bisa mencuri contentment kita adalah kerakusan dan semua yang berhubungan dengan keinginan daging kita, sikap perfeksionis, pergaulan/lingkungan, penggunaan watu, bacaan, tontonan, percakapan, dan fasilitas kredit.
Pengertian contentment adalah kecondongan hati. Hal ini penting sekali. Kecondongan hati seperti apa? Hati yang telah dipuaskan oleh Tuhan, hati yang akan penuh dengan kemurahan, hati yang tahu bahwa semua yang ada padanya adalah titipan Tuhan untuk dikelola, dan dia sadar bukan pemilik tapi pengelola atau rekan sekerja Tuhan untuk mengelola.
Ingat, kecondongan hati yang mempengaruhi hidup itu bisa kita lihat dari hidup Paulus. Dia pernah berkata bahwa “bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Fil 1:21). Dia hanya memiliki satu keinginan. Banyak keinginan akan membuat kita tidak contentment dan tidak bertumbuh. Hanyasatu keinginan Paulus, yaitu Tuhan. Tidak ada agenda yang lain dalam kehidupan Paulus selain mewujudkan apa yang Tuhan inginkan (entahkan karena itu dia menikah atau menikah, di kota atau tidak di kota, dikelilingi oleh sahabat-sahabat atau hidup sendiri). Ungkapan lain Paulus yang mengatakan bahwa ‘yang lain adalah sampah karena Kristus’ (Fil 3:7-8). Jangan dibalik menjadi yang lain menjadi utama sedangkan Kristus dinomorduakan. Kalau kita lihat ungkapan berikutnya adalah “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitannya dan persekutuan di dalam penderitaannya dimana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematiannya” (Fil 3:10). Ambisinya adalah mengenal Tuhan bukan jabatan posisi, atau uang. bukankah kadang-kadang spirit yang ada kita menghindari penderitaan? Yang Paulus kejar bukanlah apa yang dikejar oleh dunia ini. Semua yang dikejar oleh orang-orang kejar pada zaman ini adalah hal-hal yang dahulu Paulus sudah dapatkan tetapi dia tinggalkan dan menganggap hal-hal tersebut adalah sampah. Tetapi ironinya apa yang dikatakan Paulus sampah dan telah dibuang Paulus banyak dikejar-kejar orang-orang bahkan alumni Kristen sekalipun. Kita perlu sekali diingatkan sekali akan hal ini yaitu untuk tidak mengejar sampah yang telah ditinggalkan dan dibuang oleh Paulus.
Ketika mendekati ambang kematiannya dia berkata “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik,aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, hakim yang adil, pada harinya,tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatanganNya” (2 Tim 4:6-8 ). Hal ini penting. Salah satu pertandungan kita adalah pertandingan contentment, kecondongan hati. Kemana kita condongkan hati kita. Begitu banyak pencuri yang akan mencondongkan hati kita pada yang lain tetapi Paulus telah berhasil. Kecondongan hatinya adalah Kristus dan dia mengakhiri pertandingan dengan baik.
Oleh sebab itu jangan salah bertanding. Ada banyak pertandingan di dunia ini, pertandingan nama baik, jabatan, materi, kenikmatan, dll. Kita harus memastikan terlebih dahulu pertandingan apa yang kita ikuti. Mari memilih pertandingan sama seperti pertandingan Paulus. Dia adalah orang yang contentment menjalani hidupnya.
Refleksi
Mari memeriksa barang-brang milik kita (baju, tas, sepatu, HP, computer, dll). Apakah ketika kita membelinya karena fungsi atau karena prestise? Apa akhir-akhir ini yang menjadi target kerin duak kita. memiliki sesuatu, seseorang, jabatan uang, atau yang lain? Tidak salah, tetapi mari kita periksa apa yang menjadi tujuannya, kemuliaan Tuhan atau kepuasan pribadi? Coba hitung berapa persen dari penghasilan saudara untuk diri dan untuk pekerjaan Tuhan? Pikirkan dan diskusikan bagaimana supaya fungsi sebagai garam dan terang(visi alumni) makin nyata, sehubungan dengan potensi/talenta/kesempatan/penghasilan saudara. Ini bukan soal jumlah, tetapi bagaimana kita mengalokasikannya.
Langkah konkrit
Mari kita persilahkan Tuhan memuaskan hidup anda setiap hari (pentingnya HPDT) sehingga apaun yang terjadi di dalam hidup kita, kita tetap bisa berfokus pada Tuhan. Kita juga perlu untuk menjaga persekutuan sesama untuk saling menguatkan (sebagai budaya tandingan dunia ini dimana kita berani tampil beda dan menciptakan budaya melalui KTB). Mari membangun Intrest Group untuk memelihara dan meningkatkan peran sebagai garam dan terang (tidak fokus pada diri sendiri). Ingat panggilan kita sebagai muridNya (Luk 9:23) yaitu sangkal diri, pikul salib, ikut Dia setiap hari (apapun profesi kita).
Kita harus menjadikan 3D (Doa, Daya, dan Dana) menjadi style kita. Ingat, visi dan hasrat yang benar lahir dan terpelihara di dalam doa. Oleh mari menjadwalkan doa kita agar tetap setia dalam disiplin doa kita. dalam hal daya, kita harus mensyukuri bahwa saudara adalah sekelompok terbaik dari anak bangsa Indonesia. Mari menyadari tanggungjawab kita (perumpamaan talenta). Dan persembahan kita sangat berguna (kepada orang yang banyak diberi daripadanya akan banyak dituntut).
Saran Praktis untuk Contentment
- Belilah barang-barang yang tujuannya untuk digunakan bukan untuk prestise.
- Tolak segala hal yang mendatangkan keterikatan/kecanduan.
- Bangunlah kebiasaan memberi.
- Jangan percaya bahwa jika memiliki banyak barang, maka kita akan lebih bahagia.
- Jangan langsung mempercayai apa yang diiklankan /kritis.
- Belajar menikmati tanpa harus memilikinya.
- Hati-hati dengan propaganda credit card: "Beli sekarang bayar kemudian," karena kita akan terjebak pada hutang.
- Dan yang terpenting, hindari segala hal yang bisa menyimpangkan kita dari tujuan atau panggilan hidup kita (entah itu seseorang atau sesuatu).
Soli Deo Gloria!