Simon Delta Tarigan
Apa yang dimaksud dengan Marketplace? Marketplace adalah tempat yang terbuka di mana pasar dan perdagangan masyarakat terbentuk, atau, situasi tempat dimana opini, ide, dan nilai-nilai dikemukakan dan diperdebatkan untuk mendapatkan pengakuan. Bisa dikatakan bahwa marketplace adalah tempat di mana ide-ide, opini-opini, dan pendapat-pendapat saling berinteraksi. Biasanya akan terjadi konflik diantara ide-ide ini untuk membawa kepada kebenaran.
Bagaimana dengan marketplace dalam pelayanan dan kehidupan kita? Marketplace itu adalah tempat dimana kita berinteraksi dengan banyak nilai-nilai atau orang-orang di mana kita mencoba meyakinkan orang lain akan nilai-nilai yang akan kita sampaikan pada orang lain. Kita harus siap bertarung. Bebicara tentang pasar akan terjadi persaingan atau kompetensi. Pasar tanpa kompetensi bulanlah pasar sebanrnya. Jadi di dalam pasar (marketplace) ada pertarungan-pertarungan yang berusaha meyakinkan orang lain bahwa kepentingan yang dia usung dan perjuangkan itu adalah kepentingan yang terbaik agar orang mau mengikut kepada dia. Dalam konteks orang percaya marketplace adalah area peperangan rohani, tempat dimana kita bertarung tentang ide-ide dan nilai-nilai yang kita yakini dan miliki. Oleh karena itu sangat naïf jika kita masuk dalam marketplace tanpa meyakini nilai-nilai yang kita miliki. Ini adalah persoalan yang penting. Kenapa kita seringkali tidak terlalu gigih mempertahankan nilai-nilai kita adalah karena kita tidak merasa bahwa nilai yang kita miliki, nilai yang diajarkan Kristus kepada kita untuk menjadi karakter kita, tidak menjadi kebanggaan bagi kita. Hal ini menjadikan nilai-nilai kita gampang luntur dan akhirnya kita gampang kompromi. Di dalam marketplace sebagai area peperangan rohani biasanya memang ada konflik-konflik yang tajam dimana kita harus berdebat meyakinkan orang lain melalui segenap aspek kehidupan kita bahwa apa yang kita miliki, nilai-nilai yang kita perkenalkan adalah yang terbaik yang bisa memberikan jalan keluar dan menjawab persoalan orang lain. Ada kompetisi yang tinggi yaitu keinginan untuk mempengaruhi orang lain bahwa apa yang kita perkenalkan adalah sesuatu yang sangat baik.
Persoalannya sebenarnya adalah ada gap dalam kehidupan orang percaya. Ada gap antara kehidupan di hari minggu dengan kehidupan di hari Senin-Sabtu. Sehingga ada ungkapan mengatakan bahwa Mr. Bisnis akan pergi ke gereja pada hari minggu, dan pada hari Senin-Sabtu dia pergi ke neraka. Ada perbedaan. Sehingga seringsekali kehidupan alumni itu adalah kehidupan yang disassociated personality. Ada beda antara kehidupannya ketika di gereja dengan kehidupannya di tempat kerja. Dalam gereja atau persekutuan kita sering menunjukkan cara hidup yang sangat rohani, yang menunjukkan nilai-nilai yang diajarkan firman Tuhan. Tetapi ketika kita di luar pesekutuan atau gereja kita masuk dalam lingkungan yang lain kita bisa berubah. Yang paling berbahaya adalah kita tidak menyadari bahwa hal ni adalah sesuatu yang menakutkan dan menganggap hal ini adalah hal yang biasa. Ini adalah perjuangan dan persoalan kita para alumni yaitu mengkotak-kotakkan hidup kita. dalam persekutuan atau gereja kita dengan mantap memegang nilai-nilai kekristenan. Tetapi di dunia kerja kita seperti hidup dalam dunia yang berbeda. Ada sikap kompromi dan membenarkan diri sendiri.
Mengapa kita penting memahami marketplace adaah karena sebagian besar hidup kita tidak kita habiskan dengan keluarga tetapi waktu kita paling banyak beinteraksi dengan rekan-rekan di tempat kita bekerja. Jadi sangat sayang sekali jika kita memisahkan dunia kerja dengan dunia spiritualitas kita. Berapa lama waktu yang kita habiskan di gereja, persekutuan, atau KTB? Ingat, sebagian besar dari waktu yang kita miliki kita pergunakan dengan rekan sekerja kita.
Siapakah yang mengakibatkan bangsa ini mengalami kemunduran yang luar biasa ini?. Sering sekali kita mengatakan hal ini disebabkan oleh kebobrokan moralitas para pemimpin. Permasalahannya bukanlah ‘mereka’ , tetapi kita sendiri. Orang-orang yang tidak mengenal Allah tidak bisa dan tidak mungkin diharapkan untuk melakukan sesuatu yang baik dalam dunia ini. Dalam Matius 5, ketika Yesus mengatakan “kamu adalah garam dan terang dunia’ , kata yang dipakai dalam terjemahan aslinya adlah ‘you and you alone- kamu dan hanya kamu saja’. Jadi, hanya kita yang bisa menjadi garam dan terang dalam dunia ini. Oleh sebab itu dalam dunia tempat kita bekerja kita tidak bisa mengharapkan orang lain untuk mencerahkan atau menerangi kondisi yang sangat carut marut. Kita dan hanya kita saja yang sanggup. Kita tidak perlu mengutuki presiden, jajaran menterti atau pihak-pihak lain, tetapi kitalah yang dituntut oleh Allah untuk menjadi garam dan terang. Dunia ini berkata ingin menggarami dunia ini, tetapi hal ini sama seperti garam yang telah kehilangan keasinannya. Dunia ini berkata ingin menjadi terang, tetapi hanya akan menjadi lentera di bawah kolong. Firman Tuhan berkata kita dan hanya kitalah yang bisa menjadi garam dan terang. Ketika Allah memberikan perintah ini dalam Mat 5, hal ini berbicara tentang marketplace yang totalitas yaitu dunia. Kita tidak boleh memilah-milah dengan mengatakan ada dunia kerja, gereja, persekutuan sehingga cara hidup kita bisa berbeda-beda. Hidup dengan cara memilah-milah seperti ini adalah sebuah penderitaan dan penuh dengan bahaya apalagi kita tidak menyadari dan tidak menganggap hal ini menjadi masalah.
Sebagai alumni kita diingatkan untuk tidak melakukan pengkotak-kotakan dengan mengatakan ini rohani dan itu sekuler dan dalam dunia sekuler tidak perlu dipaksakan nilai-nilai rohani, beda halnya jika kita berada di gereja, maka kita harus ketat dengan nilai-nilai rohani. Oleh sebab itu tidak jarang kita mendengar alumni berkata “Ah, sistemnya kan sudah seperti itu.” Kita sering mereduksi nilai-nilai itu sendiri. Kita kompromi agar cocok dan match dengan dunia ini. Inilah gap antara kehidupan minggu dengan kehidupan Senin-Sabtu.
Kita seharusnya tidak perlu membedakan cara hidup kita. Sering sekali para profesionalitas tidak benar-benar mengikuti ibadah karena cara hidup yang membeda-benadakan ini. Hidup alumni menjadi lesu dan lelah. Lesu dan lelah adalah gambaran hidup yang mengkotak-kotakkan. Kenapa kita kurang bersukacita dalam dunia profesi? Jangan-jangan ada pertentangan dalam batin kita, ada konflik, karena kita melakukan apa yang sebenarnya bertentangan dengan nilai-nilai yang kita pelajari ketika kita mahasiswa. Orang yang lelah secara professional tetapi dalam rangka menerapkan nilai-nilai yang ia miliki, memiliki ungkapan atau ekspresi yang sama seperti Paulus ketika menuliskan surat kepada jemaat Filipi. Pada waktu itu Paulus berada dalam penjara, tekanan dan mengalami keterikatan secara fisik, tetapi tidak ada yang bisa menghambat sukacitanya (band Fil 4:14).
Bagaimana caranya kita mengatasi gap ini? Bagaimana caranya tidak mengkotak-kotakkan hidup ini? Jika kita mengkotak-kotakkan hidup kita maka aka nada benturan yang menghasilkan perasaan tidak damai dan tidak bahagia. Persekutuan yang tidak disertai sukacita mungkin merupakan indikasi bahwa hidup kita adala dalam benturan yang terjadi akibat pengkotak-kotakan yang kita lakukan. Alkitab tidak pernah membeda-bedakan sesuatu, bahkan Allah sendiri sangat menghargai keberagaman. Allah mencintai dunia pekerjaan termasuk dunia profesi di mana kita mengaktualisasikan diri kita. Allah sering menggunakan profesi untuk menggambarkan karakternya yang menunjukkan bagaimana Allah menghargai profesi itu. Dalam Maz 23 Allah mengatakan dirinya adalah gembala. Sebuah profesi yang pada masa itu adalah pekerjaan yang paling rendah. Oleh sebab itu, seorang yang bekerja sebagai OB pun bukan berarti dia memliki pekerjan yang rendah. Inilah yang dimaksud Paulus ketika berbicara soal tuan dan hamba. Tuan tidak lebih besar dari hamba, dan hamba tidak lebih kecil dari tuan. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana mereka melakukan tugas dan tanggungjawab mereka dengan baik.
Dalam Kel 15:3 juga Allah menggambarkan dirnya sebagai pahlawan. Dan hal ini berarti Allah menghargai profesi ini. Dalam Maz 143:10 Allah menggambarkan dirinya sebagai guru atau pengajar. Bahkan dalam Yer 18:6 Allah juga menghargai pekerjaan Pembuat Periuk. Semua profesi di mata Tuhan adalah berharga asalkan profesi ini dipergunakan bagi kemuliaan nama Tuhan. Banyak orang berpikir bahwa satu-satunya pekerjaan yang paling menyenangkan Tuhan adalah menyerahkan hidup untuk semumur hidup melayaninya. Hal in tidak benar. Alkitab mengingatkan dimanapun kita bekerja itu adalah marketplace kita, tempat kita berinteraksi dengan orang lain, berargumen tentang nilai-nilai yang kita yakini. Oleh sebab itu penting sekali bagi kita untuk bangga dengan nilai-nilai yang kita miliki dan tawarkan dalam hidup kita. jika tidak, maka kita akan gampang menyerah dan melarikan diri dari marketplace kita. Dengan meyakini nilai yang kita miliki maka hal itu bukan hanya baik bagi kita secara pribadi, tetapi juga baik bagi komunitas di mana kita berada di mana kita bisa menolong mereka ke arah yang lebih baik.
Kita tidak boleh menjadi alumni yang pasif. Tujuan kita bukan sekedar hidup yang sesuai dengan nilai-nilai yang kita yakini tanpa peduli dengan sekeliling kita. tetapi ada penetrasi dalam marketplace di mana kita berada agar mereka bisa melihat ada nilai yang berbeda dari hidup kita yang mempengaruhi mereka menjadi lebih baik. Tuhan akan kecewa jika kita tidak menghargai apa yang sedang kita kerjakan dalam pekerjaan kita. Apakah kita bangga dengan profesi kita atau sebaliknya kita setiap hari mengeluh dalam profesi kita? Bagaimana kita bisa meyakinkan orang akan nilai yang kita anut jika kita senantiasa mengeluh?
Sesuatu yang menyedihkan juga jika ada orang yang belajar bertahun-tahun dalam satu bidang ilmu tetapi mencari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan bidang yang telah dipelajarinya. Hal ini sering terjadi dan sebenarnya kondisi yang sangat mengecewakan. Kecuali seseorang menerima dan meyakini Allah memanggil dia untuk hal yang lain.
Mari melihat Yusuf. Dari segi keilmuan dalam marketplace, Yusuf dalam kategori biasa-biasa saja. Tetapi apa yang berbeda dari Yusuf? Kehidupannya tetap konsisten dengan nilai-nilai yang ia yakini dimanapun ia berada (ditempatkan). Kisah hidup Yusuf sangat luar biasa dimana kita bisa melihat pada bagian akhir ketergantungannya kepada Allah. Hal ini terungkap ketika dia berkata kepada saudara-saudaranya, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” (Kej 50:20). Sebuah gambaran keyakinan Yusuf akan penyertaan Allah.
Ada tiga tempat (marketplace) dalam kehidupan Yususf.
- Marketplace di tengah-tengah keluarganya
Bagaimana dengan kita? Apakah kita siap dengan konflik dalam marketplace kita, atau apakah kita menghindar, atau kompromi atau negosiasi? Yusuf tidak demikian. Ia konsisten, walaupun akhirnya saudara-saudaranya merancangkan kecelakaan kepada dirinya.
Kita menghadapi hal yang sama dengan apa yang Yusuf hadapi. Pertentangan ketika kita menjadikan keluarga menjadi marketplace kita. yusuf menyadari resikonya tetapi ia percaya kepada Allah yang memegang kendali hidupnya. Hal ini menjadikan Yusuf tidak pernah mengeluh dalam menerapkan nilai-nilai dalam keluarganya. Dunia mungkin tidak menerima, apakah kita tetap berjalan?
- Menjadi budak (dalam rumah Potifar)
Mengelola dengan baik, bertanggungjawab adalah karakter orang-orang yang bisa menang dalam marketplace. Ketika kita melakukannya, kekuatan kita bukan hanya berasal dari kita tetapi Allah berperan. Allah mengintervensi peristiwa-peristiwa yang kita hadapi. Bagaimana hal ini bisa terjadi. Dengan hidup sesuai dengan firman Tuhan. Sejauh mana kita hidup benar dalam marketplace kita? Tuhan akan memberikan semua keperluan kita untuk hidup dalam marketplace yang keras ini. Marketplace adalah area peperangan dan Allahlah yang berperang bagi kita. Jadi, apa yang kita kuatirkan?
- Penjara
Jangan kuatir sebagai alumni jika karir kita diperlambat. Mari belajar menerapkan apa yang Tuhan inginkan. Tuhan akan hadir dalam segala situasi yang kita hadapi. Marketplace dimana kita berada adalah dunia yang tidak gampang, penuh persoalan, nilai-nilai yang berbeda, kepentingan yang berbeda. Tetapi ketika kita konsisten denagn sitem nilai yang kita miliki, maka akan ada intervensi dari Tuhan. seperti Yusuf yang akhirnya menjadi berkat bagi bangsa Mesir bahkan lebih lagi menjadi berkat untuk kelangsungan hidup bangsa Israel.
Kesetiaan kita akan nilai-nilai dalam marketplace akan memiliki dampak yang besar. Hal ini bukan ilusi. Yesus telah membuktikannya melalui hidup keduabelas muridnya yang mempengaruhi dunia secara luar biasa. Kita bisa melihat bagaimana latar belakang ke dua belas muridnya bukanlah sesuatu yang luar bisa. Tetapi melalui mereka Allah bekerja dengan cara luar biasa. Allah menjadikan mereka besar. Kita sering mengatakan bahwa Allah besar tetapi kita memiliki cara pikir yang kecil. Kita mengatakan Allah berkuasa atas segala sesuatu tetapi kita senantiasa mengeluh.
Mengapa Yusuf total dalam marketplacenya? Karena dia menyadari intervensi Allah dalam hidupnya (Kej 50:20). Kita tidak perlu mengeluh ketika kita mendapat tantangan dalam marketplace kita. jangan membatasi kuasa Allah. Tetapi mari berjuang melakukan apa yang tuhan inginkan. Mari menyaksikan bagaimana Allah akan menolong kita. Menjadikan kita berkat bagi orang di dalam marketplace kita.
No comments:
Post a Comment