Drs. Tiopan Manihuruk, M. Th
Kitab Galatia adalah surat Paulus satu-satunya yang tidak dimulai dengan pujian dan ucapan syukur. Ada dua teori mengenai dimana Paulus menuliskan surat ini, yaitu Teori Galatian bagian Selatan dan Teori Galatia bagian Utara. Dari sumber-sumber yang ada teori Galatia bagian Selatan lebih biblikal daripada Teori bagian Utara.
Berdasarkan teori Galatia bagian Selatan, surat ini ditulis Paulus sekitar tahun 31-33 M. Ada dua pemahaman mengenai dimana Paulus menuliskan surat ini, pertama di Antiokhia dan kedua, di Korintus. Surat ini dialamatkan kepada jemaat di propinsi Romawi bagian Asia, Galatia. Galatia bukan satu jemaat tetapi terdiri dari Listra, Ikonium, dan Derbi (atau Derbe). Inilah jemaat yang menerima surat ini dan semua jemaat ada di sebelah bagian selatan Galatia.
Ada dua alasan mengapa Paulus menuliskan surat ini. Pertama adalah mengenai perkembangan Judaisme. Judaisme mengatakan orang-orang yang sudah mengenal Kristus dan telah dilahirkan kembali tidak sah jika mereka tidak disunat (band. Gal 3:20-28; Rom 2:28-29). Paulus menentang sebuah pemahaman Judaisme yang dicampurkan dengan kekristenan. Pengajar palsu yang ada di Galatia mengatakan bahwa orang yang menerima Kristus tidak cukup untuk keselamatannya kecuali disunat lagi. Ketika Paulus tidak mewajibkan orang yang beriman kepada Kristus tidak disunat, maka pengajar palsu dan beberapa orang jemaat yang ada di daerah Galatia meragukan kerasulan Paulus dan mengatakan Paulus tidak sah sebagai rasul karena mengurangi apa yang diperintahkan dalam PL, dimana Paulus menghapuskan apa yang namanya sunat.
Hal kedua yang terjadi di jemaat Galatia adalah adanya libertinisme, yaitu orang yang sudah beriman kepada Kristus oleh anugerah Allah adalah orang yang merdeka. Sebagai orang yang merdeka di dalam Kristus mereka menganggap bebas melakukan apa saja termasuk dosa asalkan hidup tetap rohani. Ini adalah pemahaman yang salah. Dan itulah sebabnya Paulus menuliskan dalam Gal 5:13 demikian, “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih”.
Penerima surat ini mengalami konflik karena ada sekelompok orang yang merasa superior, merasa lebih rohani yaitu orang Yahudi. Dalam satu jemaat didaerah itu biasa dalam jemaat itu bergabung orang Yahudi dan Yunani. Jadi orang Yahudi merasa lebih superior karena menganggap kepada merekalah wahyu yang pertama sekali dturunkan oleh Allah (Perjanjian Lama dan Hukum Taurat) dan merekalah yang melakukan kegenapan hukum Taurat dengan tetap melakukan sunat (orang Yahudi disunat pada hari kedelapan). Karena itu, orang Yunani yang masuk dalam jemaat itu merasa inferior dan itulah sebabnya ada konflik. Dalam ay 14-15 dikatakan, ”Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan”. Inilah kondisi orang Yahudi dan Yunani dalam jemaat. Itulah sebabnya Paulus berkata, “Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.” Solusi yang ditawarkan oleh Paulus adalah menghancurkan Juadisme, libertinisma, dan perpecahan dalam jemaat adalah dengan mengingatkan mereka untuk hidup oleh Roh.
Ini adalah titik awal dari satu kehidupan rohani, bahwa orang memulai kehidupan rohani harus hidup oleh Roh. Kata yang dipakai untuk hidup oleh Roh memiliki bentuk present yang memiliki arti hidup secara berkelanjutan, pertama dihidupkan kembali oleh Roh (lahir baru) dan sekaligus hidup dalam tuntunan Roh. Di dalam Yoh 3:2-3 kita melihat jawaban Yesus ketika Nikodemus bertanya kepadaNya. “Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya." Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” (Yoh 3:2-3). Kata dilahirkan kembali dalam Yoh 3 yang memiliki arti yang sama dengan lahir dari Roh, dalam bahasa aslinya disebut genete anoten. Genete anoten dibuat dalam bentuk auris pasif, yang berarti menunjukkan bahwa genete anoten mutlak karya Allah dan bukan tindakan manusia dan hanya sekali untuk selamanya. Maka lahir baru tidak pernah dua kali.
Jika orang dilahirkan oleh Roh maka kita tidak akan menuruti keinginan daging. Mengapa orang diperbudak kedagingan adalah karena belum dilahirkan oleh Roh. Dalam ay 17 dikatakan, “Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging -- karena keduanya bertentangan -- sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.” (band Rom 7:18-20). Inilah pergulatan orang yang belum mengenal Tuhan. Itulah sebabnya dikatakan hiduplah oleh Roh supaya kita tidak menuruti keinginan daging. Karena keinginan daging bertentangan dengan keinginan Roh sehingga orang setiap kali tidak melakukan apa yang dia kehendaki melainkan apa yang tidak dia kehendaki. Di dalam diri seseorang ada perjuangan/peperangan rohani. Jika kita bergulat dalam pergumulan ini, pertanyaan kepada kita ada dua, pertama, sungguhkah kita sudah dilahirkan kembali?, dan kedua, jika kita sudah dilahirkan kembali sejauh mana kita punya penyerahan kepada Allah. Kedua hal ini adalah pergulatan. Bapa Gereja Agustinus berkata bahwa orang yang belum lahir baru tidak mampu untuk tidak berdosa. Tetapi orang yang sudah dihidupkan kembali oleh Roh dimampukan untuk tidak berdosa. Jika kita berjuang dalam kondisi ini, mari mengevaluasi diri dengan kedua pertanyaan tadi. Tidak heran kita menemukan seseorang ketika mahasiswa adalah seorang yang sangat militant dan berdedikasi di dalam pelayanan tetapi ketika alumni memliki kesaksian hidup yang tidak jelas dan tidak benar. Pertanyaannya adalah sungguhkan dia sudah dilahirkan oleh Roh? Memberikan diri dipimpin oleh Roh merupakan rahasia kemenangan bagi kita untuk hidup benar dihadapan Allah.
Ay 18 berkata, “Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.” Orang bisa tetap diperbudak oleh dosa dan tidak mampu melakukan kebenaran karena belum dilahirkan kembali. Tetapi yang kedua juga menunjukkan keadaan seseorang yang sudah lahir baru tetapi tidak memberikan diri untuk dipimpin oleh Roh, maka dia tetap dia diperhamba. Meskipun dia selamat tetapi dia tidak bisa berkemenangan secara rohani dan selalu jatuh bangun. Agar kita bisa bertahan dan bisa berkemenangan atas dosa adalah dengan memberikan hidup kita dipimpin oleh Roh. Kata memberi diri memiliki arti bahwa ada kerelaan dan ada penyerahan. Tidak mungkin Roh Kudus memimpin kita jika kita tidak rela menyerahkan diri untuk dipimpin. Jadi bukan paksaan. Inilah yang perlu kita miliki sebagai orang Kristen agar bisa berkemenangan dari kedagingan. Sejauh mana kita menyerah diri dikendalikan atau dipimpin oleh Roh maka itulah yang membuat hidup kita mengalami pembaharuan. Rom 8:2-4 berkata, “2 Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. 3 Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, 4 supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh”. Memberikan hidup dipimpin dan dikendalikan oleh Roh adalah rahasia hidup berkemenangan dari dosa.
Dalam ay 24-25 dikatakan, “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh”. Semua orang yang sudah dilahirkan kembali dan beriman kepada Kristus adalah orang yang sudah hidup oleh Roh. Pertanyaannya adalah sejauh mau kita mau menyerahkan diri untuk dipimpin oleh Roh? Hidup oleh Roh hanya sekali, tetapi hidup dipimpin oleh Roh kita butuhkan setiap saat, situasi , atau setiap keadaan. Tidak ada satu segment hidup kita yang tidak dikendalikan oleh Roh. Dipimpin Roh berarti menyerahkan diri dikuasai, dikendalikan dan diarahkan oleh Roh Kudus.Yang dipimpin Roh berarti dia menyerahkan emosinya, perasaannya, pikirannya dan seluruh hidupnya, dikuasi, dikendalikan, dan diarahkan oleh Roh. Jadi tidak mungkin orang yang dipimpin Roh tetap nyaman di dalam dosa atau melakukan dosa. Orang yang hidup dipimpin Roh memiliki hidup yang tertib.
Mengapa kita sebagai seorang alumni seringkali jatuh kedalam dosa dan memiliki hidup yang tidak benar adalah karena kurang menyerahkan diri untuk dipimpin oleh Roh. Bagaimana caranya untuk bisa hidup dipimpin oleh Roh? Ay 24 mengatakan, “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.” Hidup yang dipimpin oleh Roh adalah hidup yang menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Kata menyalibkan memiliki pengertian yang sama dengan mematikan. Hanya dengan menyalibkan hawa nafsu daging dan segala keinginnyalah kita bisa hidup dipimpin oleh Roh. Kata salibkan atau matikan memberikan arti jangan berikan kesempatan untuk hidup atau berkembang. Jadi mari belajar untuk mematikan dan menyalibkan segala keinginan daging kita yaitu: : percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (ay 19-21). Hanya dengan cara mematikan keinginan daging kita bisa dipimpin oleh Roh. Apa dosa yang tetap kita lakukan hari ini? Jangan kita tetap ibadah setiap minggu, tetapi tetap hidup dalam dosa. Segera matikan! Kegagalan anak-anak Tuhan bukan tidak lahir baru tetapi hidup yang tidak dipimpin oleh Roh.
Ay 25 berkata, “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,”. Orang yang dipimpin oleh Roh Kudus akan menghasilkan buah Roh (ay 22-23). Inilah cara hidup yang dipimpin Roh, hidup yang otomatis menghasilkan buah Roh. Ay 26 berkata, “dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.” Jika orang menyalibkan kedagingan dengan segala hawa nafsu, muncul buah Roh, maka gereja akan rukun, persekutuan akan damai, dan apa yang dikatakan dalam ayat 26 akan terjadi. Itulah sebabnya penyerahan dan ketundukan kepada Roh Kudus itu penting. Mari menyalibkan/mematikan hal-hal dosa tertentu yang kita biarkan hidup dalam diri kita yang menghalangi kita untuk bertumbuh.
Solideo Gloria!
No comments:
Post a Comment