Thursday, October 13, 2011

Knowing God 2011: MURKA ALLAH

Drs. Tiopan Manihuruk, M. Th



Kata ‘murka’ atau ‘berang’ berarti kemarahan yang benar yang ditimbulkan oleh ketidakadilan ataupun penghinaan. Jadi, jika amarah merupakan sebuah karakter memiliki konotasi negatif, maka murka memiliki konotasi positif karena ditimbulkan dari ketidakadilan dan penghinaan kepada hakekat dan esensi Allah. Ingat, Allah selalu menempatkan Israel sebagai kekasih jiwa atau pengantin wanitaNya. Maka ketika Israel melakukan penyembahan kepada Baal, ini dianggap sebagai sebuah perzinahan. Dan sangat wajar jika Allah murka oleh karena perzinahan ini.

Murka adalah sebuah atribut Allah yang communicable (dapat dikomunikasikan) atau disebut juga yang ‘antropomorfik’. Jika kita perhatikan Yes 59:1 dikatakan, “Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar;”. Apakah Allah memiliki tangan yang panjang atau telinga yang lebar? Tentu tidak! Tetapi ada sebuah penggambaran sifat-sifat Allah seperti sifat-sifat manusia agar manusia bisa memahaminya. Inilah yang dimaksud dengan antropomorfik. Kemarahan Allah ini juga merupakan sebuah antropomorfik. Murka Allah adalah kesempurnaan karakter ilahi yang perlu direnungkan secara benar dan berulang-ulang. Kadang-kadang kita tidak terlalu meyukai hal ini. Hal ini bisa dilihat dari berapa banyak pendeta yang mengotbahkan tentang Allah yang murka. Pasti kebanyakan kita mendengar pengajaran bahwa Allah itu baik dan sedikit sekali mengenai murka Allah.

Menurut studi konkordansi, Alkitab lebih banyak mencatat tentang Allah yang murka (kemurkaan Allah) daripada kasih dan kelembutan-Nya. Tetapi orang Kristen lebih suka berbicara tentang Allah yang baik, setia dan penuh kasih daripada Allah yang murka. Ini adalah sesuatu pengenalan yang tidak seimbang akan Allah. Dalam bagian Firman Yoh 3:18-20 ini kita melihat mengenai dua hal soal penghakiman dan murka Allah. Pertama, tindakan hukuman atas orang yang terhilang merupakan hukuman yang mereka jatuhkan atas diri mereka sendiri dengan menolak terang yang datang kepada mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus dan melalui Kristus karena Kristus adalah terang (Yoh 1:4). Ketika orang menolak terang yang datang melalui Yesus Kristus sebenarnya mereka sedang menyiapkan diri mereka akan hukuman yang dari Allah. Kedua, semua yang dilakukan Allah berikutnya dalam tindakan yudisial (penghakiman) atas orang yang tidak percaya, entah dalam hidup ini atau sesudahnya adalah untuk menunjukkan dan menuntun orang tersebut pada implikasi sepenuhnya dari pilihan yang sudah ia buat sebelumnya (ketika ia masih hidup). Jadi tidak ada orang yang mengatakan bahwa murka Allah itu adalah karakter yang bersifat negatif tetapi justru apa yang dialami manusia adalah buah dari apa yang dikerjakannya. Dalam Rom 2:5-11 kita melihat bahwa ada kesempatan untuk pertobatan, tetapi ia tidak mau bertobat dan ia menimbun murka Allah (ay 5). Dan Allah akan membalas setiap orang menurut perbuatannya (ay 6). Kemurkaan Allah adalah bagian daripada akibat tindakan manusia yang tidak percaya kepadanya. Jadi, jangan pandang negatif mengenai kemurkaan Allah.

Mengapa kita perlu memahami dan merenungkan kemurkaan Allah ini berulang-ulang? Ada beberapa alasan. Pertama, agar kita menyadari kebencian Allah terhadap dosa sebagaimana mestinya. Orang sering menganggap sepele akan dosa, melalaikan dampaknya yang mengerikan serta membuat dalih akan dosa. Semakin merenungkan kebencian Allah akan dosa dan pembalasan-Nya yang keras, maka kita semakin menyadari dampaknya yang mengerikan tersebut. Kebanyakan orang hanya mengenal bahwa Allah itu adalah Allah yang murah hati apalagi jika teologia lutherannya mantap (sola gratia- semua karena anugerah). Tetapi karena anugerah Allah inilah orang terkadang tidak takut melakukan apapun di dalam hidupnya termasuk dosa. Anugerah dan murka Allah itu sejalan. Itulah sebabnya kita perlu memandang seimbang antara kasih (anugerah) dengan kemurkaan Allah sehingga sehingga kita bisa menyadari kebencian Allah terhadap dosa. Ya, Allah sangat membenci dosa, dan oleh sebab itu kita juga tidak boleh bermain-main dengan dosa. Allah memang mengampuni Abraham akan kesalahannya ketika mengambil Hagar menjadi isterinya. Tetapi pilihan Abraham ini memberikan dampak dalam hidupnya dimana hidup Abraham menjadi tidak maksimal seperti apa yang Tuhan inginkan. Jangan pernah berpikir untuk melakukan dosa karena menganggap Allah akan mengampuni. Allah memang mengampuni, tetapi ada konsekuensi yang kita terima akibat dosa yang kita lakukan. Misalnya, jika seorang mahasiswa bermain-main selama ia kuliah, Allah akan mengampuni jika dia bertobat. Tetapi tindakannya in menghasilkan konsekuensi yaitu dia sulit mencari kerja karena IPK nya rendah dan tidak bisa bersaing di dunia profesi. Allah itu benci kepada dosa dan mari jangan bermain-main dengan dosa. Anugerah Allah itu sempurna, dan seharusnyalah kesempurnaan anugerah itu membuat kita takut berbuat dosa. Tidak ada orang yang ingin berbuat jahat kepada orang yang berbuat baik kepadanya. Demikian juga dengan anugerah Allah. Jika kita merasakan anugerah Allah maka hal itu akan membuat kita semakin takut untuk berdosa karena menyadari bagaimana Allah menyucikan dirinya dari kejahatan, bukan menjadi seenaknya berbuat dosa. Jika ada orang yang senantiasa mencemplungkan diri ke dalam dosa, berarti konsep anugerahnya salah. Murka Allah perlu dipahami secara jelas.

Kedua, untuk menumbuhkan rasa takut yang positif (hormat) terhadap Allah. Kesadaran akan Allah adalah api yang menghanguskan (Ibr. 12: 28-29), akan menimbulkan rasa hormat/takut atas murka-Nya yang benar. Masih ingat ketika tabut perjanjian dibawa dari pembuangan ke tanah Kanaan? Orang yang menyentuh saja, jika tidak ditugaskan, akan mati. Konsep inilah yang harus ditanamkan. Dengan adanya sebuah sikap hormat kepada Allah yang lahir dari pemahaman yang benar bahwa Allah adalah api yang menghanguskan. Jika orang menghadap Gubernur orang bisa tunduk dan hormat, lebih-lebih lagi seharusnya sikap hormat kita ketika menghadap kepada Allah pencipta Alam semesta ini.

Ketiga, tanpa memahami murka Allah, kita tidak akan memahami Injil keselamatan secara benar sebagai dampak pendamaian salib, atau keajaiban kasih Allah yang menebus (bd. Yes. 53: 3-5, “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh”; band. Yoh. 3: 16). Kematian Yesus di kayu salib ialah pemuasan murka Allah. artinya, semua manusia berdosa dan harus dimurkai dan dihukum Allah. Tetapi jika dosa itu ditimpakan kepada manusia, dimana akhirnya semua manusia binasa, maka murka Allah itu ditimpakan kapeda Krsitus. Inilah maksudnya ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya. Tetapi Allah yang adil juga adalah kasih. Itulah sebanya salib Kristus itu adalah perpaduan murka Allah dengan kasihNya. Di satu sisi Allah harus adil dengan menghukum dosa, tetapi di satu sisi yang lain Allah mengasihi manusia dan ingin menyelamatkan manusia. Itulah sebanya salib merupakan pernyataan kasih dan keadilan Allah. Dan orang yang memahami murka Allah pasti memahami penebusan dengan darah Kristus di kayu salib dan ia akan memahami betapa besarnya cinta Kristus yang merelakan dirinya sebagai pemuasan murka Allah.
Keempat, mendorong hati orang percaya untuk sungguh-sungguh memuji Yesus karena Dia telah membebaskan kita dari murka yang akan datang. Inilah sukacita kita. Murka itu telah ditimpakan Allah kepada Kristus. Itu sebabnya orang yang beriman kepada Kristus tidak akan mengalami murka Allah lagi. 1 Tes 1:10 berkata, “dan untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang” (band Rom 5:9, “Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah”). Itulah sebabnya ada jaminan keselamatan. Jadi bukan keyakinan karena kita selamat. Tetapi jaminan keselamatan itu adalah pembenaran di dalam Kristus.

Kelima, jika kita ingin mengenal Allah dengan sungguh-sungguh, kita harus memandang realitas murka Allah dengan benar. Jika kita hanya memahami karakter Allah yang lain, berarti pemahaman kita tentang Allah tidak sempurna murka Allah juga harus kita pahami agar kita bisa mengenal Allah itu secara objektif dan berimbang.

Keenam, hal itu membantu kita untuk menyadari pentingnya penginjilan dan mendorong untuk setia melayani (PI). Bagaimana kita bisa membiarkan orang yang kita kasihi dan terdekat dengan kita sedang menimbun murka Allah. Jika mereka tidak bertobat dan berbalik dari dosa mereka, maka murka Allah akan ditimpakan kepada mereka pada waktunya. Bagaimana agar mereka dilepaskan dari murka Allah adalah dengan memberitakan Injil kepada mereka. Sebuah pertanyaan besar jika ada orang yang mengaku lahir baru tetapi tidak melayani. Pasti ada yang salah di dalam dirinya. Orang yang memahami Allah yang murka pasti mendorong ia memahami pentingnya pemberitaan Injil dan senantiasa memiliki dorongan untuk semangat melayani (apakah memimpin KTB, guru Sekolah Minggu, dll).
Bagaimanakah murka Allah itu? Allah adalah kasih dan hal ini bukan berarti Ia membiarkan umat-Nya untuk melakukan tindakan yang bodoh, impulsif, jahat atau amoral. Allah yang kasih, suci, benar dan adil harus disejajarkan dengan Allah yang murka. Murka Allah merupakan reaksi yang benar dan perlu untuk menentang kejahatan moral. Allah hanya akan marah di mana kemarahan itu diperlukan (kemarahan/murka yang suci). Jadi murka Allah itu bukan seenaknya dan bukan sebuah balas dendam. Tetapi sesuatu yang suci yang diterapkan secara objektif. Reaksi penolakan Allah terhadap kejahatan merupakan bagian yang diperlukan untuk kesempurnaan moral yang ditunjukkan Alkitab ketika membicarakan tentang murka Allah. orang yang sudah dibenarkan tidak memiliki hidup yang sembarangan dan mendorong orang untuk memiliki etika moral yang benar. Murka Allah tidak bisa diartikan sebagai kekejaman Allah karena murka Allah sesuai dengan hukum. Artinya sama seperti murka oleh hakim yang menjalankan keadilan.

Beberapa Catatan tentang Murka Allah
  1. Peristiwa kejatuhan dimana Allah mengusir manusia dari Taman Eden dan menghukum mereka (Kej. 3: 16-19, 24).
  2. Air bah yang muncul karena orang tidak beriman kepada Yahwe. Hanya satu keluarga yang diselamatkan oleh Allah (Kej. 6-7). Kemudian Allah berjanji tidak akan pernah menghukum lagi dengan air bah dengan pelangi sebagai tanda perjanjiannya (Kej 8:21-22; 9:11-17). Jadi, bagamana dengan gempa dan tsunami? Apakah kedua bencana alam ini merupakan bagian dari murka Allah? Tidak ada catatan alkitab yang mengatakan bahwa bencana alam adalah bagian dari murka Allah. Hal ini bisa saja menjadi teguran Allah tetapi bukan bagian dari murka Allah. Gempa dan tsunami adalah bagian dari proses alam, bukan bagian dari murka Allah. Allah tidak akan pernah menghanguskan bumi ini lagi dengan air bah. Jika kita melihat hal ini sebagai bagian dari murka Allah kita akan sapai pada kesimpulan bahwa Allah itu kejam. Misalnya, kejamkahkah Allah ketika tsunami di Aceh menewaskan ratusan ribu orang, tetapi ada dua orang Kristen yang selamat. Seandainya kita adalah yang selamat dari tsunami, maka kita akan menyaksikan dan berkata, “Terpujlah Tuhan yang baik kepada saya. Saya diselamatkan dari tsunami!” Jadi apakah Allah tidak baik kepada mereka yang mati oleh karena tsunami? Ini adalah pemahaman yang salah akan kedaulatan Allah. Ini adalah sikap yang bisa muncul jika menganggap bencana alam adalah bagian dari murka Allah (band Rom 8:28).
  3. Musa yang menolak panggilan Allah (Kel. 4: 14). Allah murka oleh karena penolakannya ini. Allah bukan hanya murka kepada orang yang tidak beriman, tetapi Allah juga murka bagi mereka yang tidak menerima panggilannya. Jika Tuhan panggil kita untuk melakukan sebuah misi, jangan menunggu sampai Allah murka. Jika allah memanggil kita untuk menjadi pengurus di Persekutuan Alumni, jangan menunggu sampai Allah murka. Apapun panggilan Allah bagi kita, mari segera melakukannya. Jangan menunggu sampai Allah murka.
  4. Api Tuhan, karena orang Israel bersungut-sungut akan hidup mereka dihadapan Tuhan (Bil. 11: 1).
  5. Allah juga murka kepada Miryam dan Harun ketika mereka menghina Musa. Mereka langsung sakit kusta, dan ketika Musa berdoa kepada Tuhan untuk kesembuhan mereka baru mereka sembuh (Bil. 12: 9-10).
  6. Murka Allah ketika Israel menyembah berhala yaitu Baal-Peor (Bil. 25: 1-5). Mungkin kita tidak menyembah berhala seperti patung. Mungkin kita tidak seperti parmalim. Apa yang menjadi berhala kita di zaman modern ini? Kol 3:5-6 berkata bahwa seksualitas dan percabulan sama dengan berhala. Bisa saja berhala kita adalah uang. Uang sudah menjadi nomor satu dari pada Allah. Mungkin berhala kita adalah pekerjaan, karena pekerjaan kita lebih utama daripada Allah. Dan masih banyak yang bisa menjadi berhala bagi kita. Jika ada sesuatu yang kita cintai lebih daripada Kristus, itu adalah berhala bagi kita. Jangan pernah tempatkan Yesus menjadi nomor dua.
  7. Yehuda 70 tahun dimurkai Allah (Zak. 1: 12). Dimurka sehari saja sudah merupakan pengalaman yang mengerikan apalagi 70 tahun.
Selain catatan dalam PL, dalam PB juga dituliskan mengenai Yesus yang murka. Yesus murka dan mengutuk pohon ara yang tidak berbuah (Mrk. 11: 12-14). Pohon ini sebenarnya sudah saatnya berbuah dan subur sekali. Tetapi ketika Yesus mencari buahnya, Dia tidak menemukan dan Ia mengutuk pohon Ara itu. Ini adalah simbol dari Israel yang diharapkankan menghasilkan buah, tetapi Israel ditemukan tidak menghasilkan buah. Dan hal ini mengecewakan Yesus dan memunculkan murkaNya. Yesus juga menunjukkan murkanya dalam tindakannya yang revolusioner di Bait Allah (Mark 11:15-19). Murka Yesus kepada Farisi dan ahli Taurat (Mat 23: 13-36). Yesus mengucapkan ucapan “celaka”kepada mereka. Sebuah ucapan yang sangat keras. Kemudian murka Yesus kepada Petrus (Mark 8:33). Ketika Yesus memberitakan tentang kematianNya, Petrus berusaha mencegah dan akhirnya Yesus menghardik Petrus “Enyahlah kau, Iblis”. Ini adalah kemurkaan. Jangan sampai terhalang rencana kekekalan karena rencana manusia. Ini adalah murka yang suci.

Allah juga murka bagi mereka yang menolak dia (yang tidak mau percaya). Dalam Nahum 1:2-8 kita melihat bagaimana murka Allah ditimbun bagi orang yang tidak beriman yang pada gilirannya akan ditimpakan Allah kepada mereka. Kemudian dalam Ef 5:6 kita menemukan bagaimana mueka Allah atas orang durhaka karena tidak mau percaya kepada Allah. Juga murka yang dinyatakan dalam bentuk pembalasan Allah dengan berbagai sarana (Rom. 1: 18; 2:4-6; 5: 9; 12: 19; 13: 4; 1 Tes. 1: 10; 2: 16; 5: 9; Why. 6: 16; 16: ,1, 19; Lk. 21: 22-24 dst). Kemudian soal cawan murka Allah pada penghakiman (Why. 14: 9-10). Dan juga murka dalam penghukuman besar (Why. 17-18, 20; 21: 8). Mari sadari anugerah Allah yang luar biasa. Oleh sebab itu jangan bermain-main dengan dosa. Meskipun kita sudah pasti diselamatkan dan tidak binasa dan lepas dari murka yang mendatang kematian kekal tidak akan kita alami tetapi kita tidak akan lepas dari konsekuensi dosa yang kita lakukan.

No comments: