Sunday, October 30, 2011

Communication & Relationship 1

[Kita & Komunitas Iman Kita]

Drs. Tiopan Manihuruk, M. Th


Dalam 1 Kor 12:12-31 kita menemukan lanjutan pemamaparan Paulus di Jemaat Korintus atas perpecahan yang terjadi dimana ada sebagian jemaat yang merasa superior dan ada yang merasa inferior. Yang merasa superior adalah jemaat yang memiliki banyak karunia. Perlu kita ketahui bahwa jemaat Korintus adalah satu-satunya jemaat dalam alkitab yang memiliki karunia yang lengkap (1 Kor 1:7). Maka dalam rangka menciptakan persatuan umat Allah dalam relasi sebagai orang percaya maka Paulus memaparkan tubuh Kristus dengan ilustrasi tubuh jasmani (12).

Setelah memaparkan ilustrasi mengenai tubuh jasmani sebagai metafora dari tubuh Kristus, ia melanjutkan dengan menyatakan syarat untuk menjadi anggota adalah kelahiran kembali di dalam Kristus. “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” (ay 13). Jadi syarat untuk menjadi bagian dari tubuh kristus bukanlah tercatat sebagai anggota gereja atau sudah melakukan sakramen, atau mendapatkan jabatan posisi gerejawi. Dengan jelas Paulus berkata bahwa syarat satu-satunya adalah bahwa kita menjadi satu dalam bagian tubuh Kristus oleh karena iman kepada Kristus. Kita menjadi satu dengan orang lain bukan karena kita satu gereja, tetapi karena kita sama-sama dilahirkan kembali oleh Allah dalam Kristus. Atas dasar inilah Paulus menuliskan, “Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota. Andaikata kaki berkata: "Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Dan andaikata telinga berkata: "Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman.” (ay 14-17). Maksudnya adalah untuk menjadi anggota dalam tubuh Kristus tidak terjadi karena adanya pengakuan dan pembatalan sebagai anggota pun terjadi terjadi karena pernyataan. Menjadi anggota tubuh Kristus terjadi karena kita telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. Dengan kata lain sebagai saudara di dalam Kristus kita harus meyakini bahwa tidak akan ada kuasa yang dapat memisahkan kita. Saudara kita yang belum lahir baru hanyalah saudara sebatas daging, tetapi kita dengan orang yang seiman (beriman kepada Kristus) akan tetap menjadi saudara sampai kepada kekekalan. Inilah persaudaraan yang sejati. Jika konsep ini jelas, semarah apapun kita kepada anak Tuhan, hal itu tidak serta merta membuat kita terpisah dan menciptakan gap antara kita dengan dia.

Karena itu di dalam konsep kita menjadi satu tubuh dalam Kristus ada persaudaraan yang tanpa tembok suku dan status sosial. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh (ay 13; band Kol 3:11). Sesama orang Kristen seharusnya tidak ada lagi sukuisme atau pembatas-pembatas lainnya diantara kita. Jangan sampai kita lebih kuat diikat oleh ikatan jurusan atau ikatan-ikatan lain lebih daripada ikatan oleh Kristus. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua (Ef 4:3-6).

Satu iman bukan berarti harus satu denominasi dan cara beribadah. Sebagai sesama orang percaya (satu tubuh) bukan berarti satu jenis (15-17). Mari kita bayangkan jika tubuh kita semuanya mata? Apa yang akan terjadi? Aneh bukan? Dalam prinsip ini kita harus berkata bahwa kita tidak pandang dari gereja mana asalkan berdasarkan Kristus. Kita harus bersatu dealam kepelbagaian. Unity not uniformity-unity in diversity (ay 18). John Wesley pernah berkata bahwa in essential is unity, in non essential is liberty and in all things is charity.

Dalam hal kepelbagaian jangan sampai sesama orang Kristen juga akhirnya dependent atau tergantung terus dan juga independent sehingga senantiasa berpisah. Ingat mata bekerja dengan cara interdependent atau untuk seluruh tubuh, demikian juga telinga bekerja untuk kebutuhan semua tubuh. Semuanya saling interdependent dan saling membutuhkan. Oleh sebab itu jangan pernah berkata sebagai anak Tuhan kita tidak membutuhkan orang lain di dalam hidup kita atau dalam pelayanan kita. Ini adalah cara iblis untuk memecah kita. Mata pastilah membutuhkan anggota tubuh yang lain agar berfungsi dengan maksimal. Demikian juga halnya kita, dimana kita saling membutuhkan dengan anggota tubuh Kristus lainnya. Harus kita sadari juga bahwa setiap orang mempunyai kekhususan yang dari dan atas kehendak Allah. Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya. Andaikata semuanya adalah satu anggota, di manakah tubuh? Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh (18-20). Allah menempatkan semua bagian anggota tubuh secara proporsional. Oleh sebab itu mari menerima dan mensyukuri apa adanya. Hidup ini adalah anugerah. Kita harus mensyukuri apa adanya kita.

Kita harus menyadari bahwa ada ketergantungan mutualis dengan melakukan fungsi yang berbeda. Jadi mata tidak dapat berkata kepada tangan: "Aku tidak membutuhkan engkau." Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: "Aku tidak membutuhkan engkau." Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan” (21-22). Dalam pengkotbah 4:9-12 dikatakan, “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas”. Karena itu mari belajar untuk mematikan sikap yangbepusat kepada diri sendiri tetapi mari mendekatkan hati kita dengan belas kasihan kepada orang lain (Fil 2:1-5).
Sebagai bagian dalam tubuh Kristus penting perhatian dan penghargaan khusus bagi mereka yang kelihatannya lemah (ay 23 band Yak 2:1-9). Jika ada jemaat yang merasa inferior dan merasa tidak terlalu berguna yang bisa mengarahkan hidupnya menjadi minder, kepada merekalah kita seharusnya, sebagai orang beriman, memberikan perhatian khusus. Harus kita sadari bahwa hal inilah yang menjadi kelemahan kita dalam persekutuan. Sering sekali kita lebih ingat dan lebih gampang menawarkan bantuan kepada mereka yang cantik dari panda yang kurang cantik. Bagi mereka yang presentable parts hal itu tidak perlu (ay 24) supaya ada kesatuan dan equal concern (ay 25).

Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita (ay 26). Inilah yang disebut dengan partisipasi dan solidaritas anak Tuhan dengan empati. Jika ada anak Tuhan, yang bukan anggota KTB kita, mengalami kegagalan, kita juga melihat hal itu sebagai kegagalan kita. jika ada anak Tuhan yang mengalami penganiayaan, itu juga merupakan penderitaan kita. pertanyaan yang harus kita munculkan adalah apakah aku peduli dengan sesamaku? Jangan seperti Kain yang tidak peduli dengan adiknya, Habel (Kej 4:9). Siapakah kita bagi sesama? (Luk 10:25-27, band Gal 6:9-10).

Perbedaan adalah kekayaan atau potensi untuk sebuah harmoni (27-30). Perbedaan bukan pemisaah tapi kekayaan yang menjadi potensi untuk membuat kita bisa lebih berkembang lagi. Jangan melihat perbedaan sebagai sumber permusuhan tapi melihat sebagai sebuah kekuatan dan kesempatan yang akan membuat kita jauh lebih kaya. Hal ini dapat diibaratkan dengan sebuah konser dimana berbagai alat musik di mainkan secara bersama yang menghasilkan sebuah harmoni dnegan kekayaan suara yang demikian indah.
Di atas semuanya ini Paulus menekankan sesuatu tentang kasih. Jika kita perhatikan dalam surat 1 Korintus ini, pasal 12 adalah tentang karunia dan demikian juga pasal 14 (kembali lagi) mengenai Karunia, tetapi pada pasal 13 adalah mengenai Kasih. Jadi kasih adalah hal terutama yang mengikat (ay 31; band 1 Kor 13). Kasih yang tanpa batas yang menembus tembok, kasih yang bukan ‘karena’ atau ‘supaya’ (sejujurnya hal ini bukanlah kasih) tetapi kasih yang ‘meskipun’. Inilah relasi kita sebagai sesama anak Tuhan. Sesama anak Tuhan beda gereja silahkan, tetapi kasih yang kita miliki haruslah kasih ‘meskipun’. Mungkin banyak yang menyakiti kita, tetapi mari membangun relasi dengan tetap memiliki kasih ‘meskipun’ (Mat 18:21-22).

Pentingnya teladan dalam hidup kita. Yesus berkata, “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh 13:15). Paulus berkata dalam 1 Kor 4:6, “Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: "Jangan melampaui yang ada tertulis", supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain” . Kemudian dalam Fil 3:17, Paulus berkata, “Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.“ Dan juga dalam 1 Tim 4:12 Paulus kembali mengatakan, “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” Menjadi teladan bagi orang yang tidak percaya itu gampang, tetapi menjadi teladan bagi orang seiman itu susah tetapi hal ini yang diminta oleh Tuhan agar kita dapat membangun relasi dan komunikasi dengan sesama anak Tuhan.
Solideo Gloria!

No comments: