Tuesday, December 6, 2011

Kebaktian Penyegaran Iman 2 (2008): Yohanes 21:15-19

"True Love"

[Kotbah ini dibawakan oleh Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div pada Mimbar Bina Alumni, Jumat, 21 November 2008]


Topik ini merupakan bagian terakhir dari Mimbar Bina Alumni untuk tahun 2008 dan kita akan berbicara mengenai True Love atau Cinta Yang Sejati. Kita akan membahas tema ini dengan membaca Yoh 21:15-19 dan belajar dari Petrus yang mencintai Kristus sebagai satu respon dari panggilan Kristus setelah bangkit dari kematian.

Kisah ini diawali dengan Yesus yang menampakkan diri kepada para murid di pantai danau Tiberias (21:1). Tetapi para murid tidak mengenal Yesus yang sedang berdiri di pantai (4). Ketika mereka sampai di pantai dan Yesus menyuruh mereka menebar jala dan menangkap banyak ikan, barulah mata mereka terbuka dan mengenal bahwa Yesuslah yang memerintah mereka. Selanjutnya Yesus menyediakan makanan dan mengajak mereka untuk serapan pagi (12). Ini adalah momen ke tiga kalinya dimana Yesus menampakkan diri kepada mereka sebelum Dia naik ke Surga (14).

Jika kita perhatikan, peristiwa percakapan Yesus dengan Petrus terjadi setelah mereka serapan (15) dan disinilah terjadi dialog dan panggilan Yesus kepada Petrus apakah dia sungguh-sungguh mencintai Yesus. Dalam ayat 20 kita melihat bahwa kalimat ini hanya ditujukan kepada Petrus, atau peristiwa khusus ini hanya diberikan kepada Petrus dimana murid-murid yang lain tidak terlibat. Barangkali Yesus dan Petrus berjalan berduaan (dengan lambat) di sepanjang pantai dan bertanya secara pribadi. Melalui peristiwa ini muncul pertanyaan ‘Kenapa hanya Petrus yang dikhususkan?’ Ada pandangan yang menyatakan bahwa hal ini terjadi dapat dilihat melalui latar belakang Petrus yang beberapa kali gagal (mis. Penyangkalan Petrus akan Tuhan Yesus). Ada juga pandangan lain yang menyatakan bahwa Petrus sedang dipersiapkan oleh Yesus sebagai pemimpin besar setelah dia (dan dari Kisah Para Rasul kita melihat bagaimana Petrus menjadi kepala para Rasul, band Kis 15). Kedua pandangan ini dapat diterima dan dimengerti.

Dalam ayat 15, 16, da 17 kita melihat pertanyaan Yesus yang diulang kepada Petrus, ”Apakah engkau sungguh-sungguh mengasihi Aku?” Frase ‘sungguh-sungguh mengasihi Aku’ dalam teks ini berbicara mengenai keterlibatan emosi, hati dan pikiran yang melahirkan sebuah komitmen. Jadi bukan hanya sekedar dipengaruhi oleh perasaan. Kemudian Yesus melanjutkan dengan ‘..lebih dari mereka ini..’. Ada dua pemahaman dari frase ini. Pertama dapat berarti mengasihi Yesus lebih dari pada murid yang lain, dan kedua mengasihi Yesus lebih daripada dia mengasihi yang lain. (Catt. Kedua pemahaman ini benar. Tetapi jika digali lebih jauh lagi. Pemahaman pertamalah yang lebih tepat untuk menggambarkan hal tersebut.)

Jika kita melihat beberapa waktu ke belakang, kita melihat peristiwa penyangkalan Petrus (sebanyak tiga kali) terhadap Yesus. Tetapi dalam peristiwa ini kita bisa melihat Yesus mengampuni Petrus. Petrus yang belum lama pernah menyangkali Yesus dan meninggalkan Dia, sekarang setelah kebangkitan, pengampunan diberikan Yesus kepadanya. Kegagalan masa lalu diperbaharui dengan pengampunan dan didorong untuk lebih setia. Inilah kuasa pengampunan yang diberikan Kristus kepada Petrus. Mari melihat perjalanan hidup kita selama tahun 2008 . Betapa banyaknya dosa kita yang telah kita perbuat yang sudah diampuni oleh Kristus yang bisa melahirkan semangat yang baru di dalam diri kita yang mendorong kita lebih setia dalam tahun 2009. Dalam pemulihan setelah pengampunan ada persekutuan. Setelah persekutuan bersama barulah moment itu dipakai oleh Kristus untuk kembali meneguhkan komitmen apakah Petrus sungguh-sungguh mengasihi Yesus. Murka tidak selalu dipakai Allah untuk menegur dan dalam bagian ini kita melihat bahwa berkat juga bisa dipakai Kristus sebagai sarana untuk menegur.

Kenapa pertanyaannya tiga kali? Hal ini lebih kepada pengalaman masa lalu. Melihat latar belakang karakter Petrus yang gampang berjanji dan meningkari. Mari melihat perjalanan hidup kita di tahun 2008. Banyak dari kita yang memberikan janji kepada Allah tetapi mengingkarinya. Kita berkomitmen kepada Allah tetapi tidak menepatinya. Oleh sebab itu kita membutuhkan pengampunan dari pada Allah untuk semua kegagalan dan ketidak setiaan kita. Pertanyaan yang sama seperti yang dialamatkan kepada Petrus sekarang dialamatkan kepada kita ”Apakah engkau sungguh-sungguh mengasihi Aku?” Mari melihat hidup kita, mari mereview perjalanan selama 2008, beranikah kita berkata ”Tuhan, aku sungguh-sungguh mengasihi Engkau tahun 2008 ini!” atau kita sama sekali tidak berani mengucapkannya. Petrus yang pernah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali perlu diteguhkan kembali panggilannya. Peneguhan Petrus berelasi dengan misi setelah kenaikan Yesus dikemudian hari. Dua kali Petrus menjawab dengan jawaban yang sama bahwa dia sungguh-sungguh mengasihi Yesus (15-16). Setelah pertanyaan yang ketiga Petrus menjadi sedih (17). Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” ’Memang dulu aku sering berjanji dan aku gagal dan bahkan menyangkali Engkau. Engkau tahu itu masa laluku yang hancur dan ketidak taatanku. Tetapi Engkau tahu sekarang aku sungguh-sungguh mengasihi Engkau’, inilah maksud dari Petrus. Kalimat Petrus inilah juga yang ucapkan ketika Yesus bertanya apakah kita mengasihi Dia.

Tensi atau suasana ini bagaikan saat penyiksaan Yesus dihadapan para mahkamah agama dimana Petrus menyaksikannya bahkan menyangkaliNya. Ketika Yesus bertanya, kemungkinan besar Petrus mengingat bagaimana dia menyangkal Tuhan Yesus sebanyak tiga kali dan juga berbagai kegagalannya di masa lampau. Bayangkan betapa hancurnya hati Petrus. Hati seperti Petrus sangat dibutuhkan oleh alumni sekarang ini. Hati yang berkabung oleh karena dosa. Tetapi pengampunan Allah memulihkan engkau dan saya. Ketika pengampunan itu ada pada kita, mari bersama-sama memunculkan komitmen yang baru bahwa kita bena-benar mengasihi Tuhan. Apakah kita terbukti mengasihi Tuhan melalui cara kerja kita, cara hidup, dan pelayanan kita. Harapan kita bersama tidak ada alumni yang tidak melayani di tahun 2009. Pengampunan Allah melahirkan semangat yang baru utuk melayani Kristus agar hidup kita tidak lebih buruk tetapi menjadi hidup yang lebih taat.

Bukan hanya pengampunan, Yesus juga memberikan mandat kepada Petrus, yaitu feed my lambs (15), take care of my sheep (16), dan feed my sheep (17). Ketiga kalimat ini diartikan satu hal yaitu ‘gembalakanlah kawanan dombaku’. Kristus memerintahkan hal ini kepada Petrus, pertama, Yesus akan naik ke Surga, maka Petrus dan murid-murid yang lainlah melanjutkan tugas penggembalaan memimpin umat Allah yang ada dibumi sebagai agennya Allah. Kedua, Yesus memberikan teladan bagaimana gembala yang baik (Yoh 10:11-14). Kemudian Yesus berkata kepada Petrus, ”Gembalakanlah domba-dombaku.” Pengampunan dan rekonsiliasi yang dari pada Allah melahirkan cinta sejati yang tulus kepada Dia. Cinta sejati ini dibuktikan dengan berkarya bagi Allah. Inilah yang harus kita miliki. Darimana kita tahu orang mencintai kita, bukan dari kalimat tetapi dari apa yang dilakukannya bagi kita. Kata ’kasih’ dalam bagian ini diartikan sebagai kasih yang didemonstrasikan melalui ketaatan pada panggilanNya dan pelayanan kepada umatNya (band. Yeh 34:11-16). Dari manakah kita tahu bahwa kita mencintai Tuhan adalah melalui ketaatan pada FirmanNya (Yoh 14:21, ”Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."). Mari di tahun 2009 ini kita tidak gagal lagi, tetapi belajar mencintai Kristus dan kita semakin setia mentaati Firman Allah. Bagaimana kita menyatakan cinta kepada Allah itu adalah dengan mendemonstrasikan dengan ketaatan kepada panggilan Allah untuk bermisi, yaitu merawat dan memelihara domba-domba Allah.

Di dalam ayat 18 dan 19 dikatakan demikian, ”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku.". Gereja mula-mula memahami ayat 18 ini sebagai sebuah nubuatan penyaliban. Inilah prediksi bagaimana kematian Petrus nantinya. Tradisi sejarah mengatakan bahwa Petrus mati martir (disalibkan terbalik) di Roma dibawah pemerintahan Kaisar Nero pada tahun 64 AD. Setelah meminta keseriusan Petrus untuk mengasihi Yesus dan dengan lahirnya komitmen, maka Yesus memerintahkan Petrus untuk mengikuti Dia. Dalam peristiwa ini yang terjadi adalah lahirnya komitmen yang diikuti oleh panggailan (berbeda dengan Musa dimana panggilan Allah terhadap dirinyalah yang melahirkan komitmen). Kita tidak tahu yang mana dipakai Tuhan dalam kehidupan kita. Apakah ketika kita komitmen sungguh-sungguh mencintai Allah maka ada panggilan atau sebaliknya.

Sangat dibutuhkan sebuah komitmen dan jangan ada seorangpun kita tanpa komitmen. Komitmen melahirkan semangat, mendorong kita untuk setia, dan membuat kita rela membayar harga di dalam pelayanan. Mengikut Yesus berarti meneladani cara hidupnya dan menapaki jalan yang dilaluiNya, yaitu Jalan Salib. Jangan pernah berpikir bahwa kita bisa memuaskan hati Allah tanpa Jalan Salib. Jalan Salib adalah jalan yang harus ditapaki dan dilalui oleh setiap anak Tuhan jika ingin setia. Tidak ada jalan yang mulus untuk tetap setia dan taat dan bermisi bagi Allah. Bukankah Tuhan yang kita sembah memapaki Via De Lorosa sampai Dia dimuliakan melalui salib. Kita sedang berjalan bersama dengan Dia. Memandang kepada salib Kristus. Kita akan tertaih-taih, tetapi maju terus dan biarlah kita dimuliakan sama seperti Kristus dimuliakan ketika kita setia menapaki Jalan Salib. Saya tidak tahu Jalan Salib yang kita tempuh selama tahun 2008 dan Jalan Salib yang akan kita tempuh untuk tahun 2009, tetapi mari kita berkata, ”Tuhan, aku sungguh mencintai Engkau!” Jalan Salib yang sulit bisa menjadi ringan karena ada cinta yang memberi semangat dan berambisi memuaskan hati Allah. Walaupun jalan itu penuh dengan onak duri dan membuat sakit, tetapi cinta kepada Allah memapukan kita untuk tetap melangkah dengan baik. Ketika Yesus berkata, ”Ikut Aku!”, jalan itu berarti Jalan Salib. Tahun 2009 belum tentu mulus, tetapi jangan skeptis dan apatis, tetapi melangkah dengan iman. Apapun kondisi tahun 2009, baik keluarga, gereja, ataupun di kantor, Jalan Salib yang kita lalui bersama Kristus, yang walau penuh dengan onak duri, akan menjadi enak dan ringan oleh karena kita mencintai dia.

Mari kita merefleksikan beberapa hal. Pertama, pengampunan memperbaharui semangat dan sukacita. Kedua, pengampunan melahirkan komitment yang baru untuk mengikut Tuhan (ketaatan). Ketiga, pengampunan dan pertemuan dengan Yesus mendorong untuk setia melayani Dia meski menderita. Semuanya akan terasa ringan jika kita berjalan bersama-sama dengan dia dan mencintai Kristus dengan sungguh-sungguh.

Soli Deo Gloria!

No comments: