Tuesday, December 6, 2011

[Seri Eksposisi] Habakuk 1 (Habakuk Pasal I)

[Kotbah ini dibawakan oleh Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div pada ibadah Mimbar Bina Alumni, Jumat, 30 Oktober 2009]


Eksposisi kita pada hari ini adalah kitab Habakuk pasal 1. Habakuk hidup dalam zaman yang saman dengan nabi Yeremia. Habakuk juga adalah nabi yang mengakar dalam tradisi Yahudi. Kitab Habakuk ini ditulis sewaktu perang Terkemis (600 sM) dan Habakuk merupakan nabi yang masih hidup ketika nubuatannya terjadi. Kitab Habakuk merupakan dialog antara nabi Habakuk dengan Allah bukan antara bangsa Israel dengan Allah walaupun hal ini terjadi di tengah-tengah bangsa Israel.
Dua pasal yang pertama berisikan argumentasi Habakuk dengan Allah. Pasal pertama ini memperlihatkan bahwa jalan-jalan Allah tidak terselami dan terduga bahkan bisa dikatakan ’tidak adil’. Setelah mendapat jawaban, Habakuk berespon dengan pengakuan iman yang indah (pasal 3). Habakuk menunjuk dengan jelas akan perasaan yang dalam yang menyertakan beberapa frasa kenangan dalam Perjanjian Lama. Hal yang sama dan biasa dilakukan para nabi lain- mengingatkan Allah akan janjiNya di masa lalu kepada bangsa Israel.

Dalam ayat 1 dikatakan: ”Ucapan ilahi dalam penglihatan nabi Habakuk.” ’Ucapan Ilahi’ adalah sebuah penglihatan atau oracle melalui visi berisi peringatan juga bisa pengharapan. Jadi oracle itu adalah penglihatan Ilahi yang sifatnya pribadi melalui visi bisa berupa teguran, peringatan, atau pengharapan dan juga nubuatan. Ada dua oracle dalam kitab Habakuk. Pertama dalam pasal 1:5-11 dan kedua pasal 2:2-20.

Dalam ayat 2 kita melihat ada keluhan atau jeritan Habakuk. Ada dua hal yang di keluhkannya yaitu ’mengapa kejahatan sepertinya tidak dihukum’ dan ’mengapa Allah diam atau tidak mendengarkan jeritan umatNya’. Ini adalah dua pergumulan yang berat yang dirasakan Habakuk. Dia berkata: ”Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: "Penindasan!" tetapi tidak Kautolong?” Ini bukan sesuatu yang gampang. Ini adalah pergumulan yang berat pada seorang nabi akan umat Allah dimana ketika umat mengalami penindasan, maka Habakuk, sebagai Hamba Allah, berseru kepada Tuhan akan pembebasan. Seruan ini terjadi karena bangsa Kasdim atau Babilonia itu sangat menindas dengan kejam bangsa Israel, padahal mereka adalah bangsa yang fasik sedangkan Israel adalah umatNya. Hal inilah yang membuat Habakuk berseru kepada Tuhan.

Pergumulan yang dialami Habakuk juga bisa kita alami. Mungkin kita sudah menunggu Allah menyembuhkan kita dari penyakit kita, melepaskan kita dari diskriminasi di kantor kita dan dari setiap penindasan yang kita alami. Kita bertanya kepada Tuhan ’Berapa lama lagi Tuhan?’. Kita bertanya dan berseru kepada Tuhan mengapa Ia tidak menolong kita. Sudah berapa lama kita berseru tetapi tidak didengarkan oleh Allah? Sepertinya Allah memalingkan telinga, jauh dari kita sehingga kita bertanya Allah bagaikan tembok yang tidak mendengar apapun. Bahkan persoalan yang kita hadapi semakin bertambah besar. Akhirnya kondisi ini bisa membuat kita kecewa, marah, frustrasi bahkan menyerah dan tidak mau berurusan lagi dengan Tuhan. Ini adalah pergumulan yang berat bagi setiap orang dan dialami Habakuk sendiri. Apakah kita sudah pernah kecewa dan ingin berhenti mengikut Tuhan, karena Ia tidak mendengar seruan kita? Saya harap tidak akan terjadi demikian karena Habakuk juga mengalami hal yang sama tetapi memberikan respon yang indah (pasal 3).

Habakuk juga menyerukan bahwa ada ketidakadilan dan bertanya mengapa Allah diam melihat ketidakadilan tersebut. Dalam ayat 3 dikatakan : ”Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi.” Apa yang dimaksudkan Habakuk adalah agar Allah menyingkirkan ketidakadilan tersebut dari hadapan mereka. Habakuk melanjutkan dalam ayat 4: “Itulah sebabnya hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar; itulah sebabnya keadilan muncul terbalik.” Bagaimana sebenarnya keadaan bangsa Israel sehingga Habakuk berseru seperti ini? Orang Kasdim atau Babilonia menindas orang Israel. Selain menindas mereka juga menganiaya, melakukan kekerasan, dan menimbulkan pertikaian. Inilah yang dikatakan Habakuk sebagai ketidakadilan. Ketidakadilan yang sama mungkin juga bisa terjadi kepada kita. Ada banyak hal dalam negara ini yang kita rasakan merupakan ketidakadilan. Keadilan justru terbalik. Yang benar dianggap salah dan yang salah dibenarkan. Orang yang menyuap dan korupsi cepat naik jabatan atau mendapat promosi, tetapi yang jujur semakin lama semakin tertindas. Orang yang jahat mudah dalam mengurus segala sesuatu, tetapi yang benar selalu dipersulit dalam mengurus sesuatu. Di depan mata kita terjadi ketidakadilan sosial, penindasan maupun kekerasan .

Yehuda berada di bawah pemerintahan Yoyakim. Yoyakim adalah seorang raja muda yang sangat ambisius, jahat dan sangat korup. Keadaan ini semakin parah dengan penindasan orang Kasdim yang lebih jahat lagi lagi. Harapan orang Yehuda sepertinya hilang dan menguap. Ketika Raja masih berkuasa, bangsa Israel tertindas, ketika orang Kasdim datang, mereka juga tertindas lagi bahkan lebih parah. Inilah yang membuat Habakuk berseru kepada Allah. Habakakuk menyuarakan korupsi sosial dan ketidakadilan. Hukum lumpuh dan keadilan hancur (4) karena tuan tanah dan orang kaya menguasai peradilan dengan suap.

Jika kita melihat kondisi negara kita ini, hal yang sama bisa terjadi. Seseorang yang mencuri ayam dapat dihukum lebih dari lima tahun, tetapi koruptor yang mencuri uang negara dengan jumlah yang sangat besar dapat lepas dan bebas dari jeratan hukum. Ini adalah kebobrokan peradilan yang terjadi di negara kita ini. Mafia peradilan sangat bebas beroperasi untuk membela yang bayar (bukan yang benar). Keadaan yang sama di Israel membuat Habakuk bertanya kepada Tuhan ’Berapa lama lagi Tuhan?’. Apakah pergumulan Habakuk pada zamannya menjadi pergumulan kita pada zaman ini? Apakah kita melihat ketidakadilan di depan mata kita atau apakah kita disingkirkan dan ditekan, dan kita mengalami penindasan?

Apa jawaban Tuhan? Mari melihat ayat 5 dimana Tuhan berkata: ”Lihatlah di antara bangsa-bangsa dan perhatikanlah, jadilah heran dan tercengang-cengang, sebab Aku melakukan suatu pekerjaan dalam zamanmu yang tidak akan kamu percayai, jika diceriterakan.” Inilah jawaban Tuhan! Tuhan sedang bekerja dan kita akan tercengang, heran dan tidak mengerti melihat pekerjaan Tuhan. Kita tidak menduga dan tidak pernah memikirkan bahwa Allah bekerja dengan cara demikian. Kita menginginkan semua tertata dengan baik, mulus dan lancar sesuai dengan apa yang telah kita rencanakan. Tetapi Allah bekerja dengan cara yang membuat kita tak habis pikir (band Rom 8:28, ”Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”). Mungkin diakhir dari semuanya kita bisa memahami, tetapi di awal dari persoalan kita tidak akan bisa mengerti karena Allah bekerja dengan cara yang luiar biasa. Kita mungkin bertanya-tanya kepada Tuhan akan apa yang terjadi di dalam hidup kita, tetapi ingat bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Hal ini tidak gampang, tetapi ketika kita melihat jawaban Tuhan kelak, maka kita akan tercengang dan terheran-heran. Mari belajar bahwa Allah sedang melakukan sesuatu kepada kita. Inilah yang harus kita nantikan dengan sabar, tenang, dan dengan iman.

Dalam ayat 6, Tuhan berkata: ”Sebab, sesungguhnya, Akulah yang membangkitkan orang Kasdim, bangsa yang garang dan tangkas itu, yang melintasi lintang bujur bumi untuk menduduki tempat kediaman, yang bukan kepunyaan mereka. Bangsa itu dahsyat dan menakutkan; keadilannya dan keluhurannya berasal dari padanya sendiri.” Melihat ayat ini, tentu saja kita tidak habis pikir mengapa Tuhan membangkitkan bangsa yang jahat untuk menindas bangsa Israel. Bagaimana mungkin bangsa yang dahsyat dan dan menakutkan itu Allah bangkitkan untuk menindas bangsa Israel? Sungguh tidak masuk akal! Tetapi, semua tindakan Allah yang tidak masuk akal menguatkan bahwa Ia adalah Allah. Jika semua tindakan Allah masuk akal, maka ia bukan Allah. Tindakan manusia saja bisa membuat kita merasa tidak habis pikir, apalagi tindakan Allah. Hal ini terjadi karena kita dikuasai oleh target, prinsip, dan konsep kita. Jadi ketika Allah memberikan sesuatu yang diluar dari apa yang kita duga dan rencanakan, maka sering sekali kita anggap tidak masuk akal.

Habakuk juga merasa demikian. Ia merasa sangat tidak masuk akal mengetahui bahwa bangsa Kasdim dibangkitkan oleh Allah untuk menghukum umatNya (band Yes 42-49 dimana Allah menggunakan Raja yang tidak mengenal Allah, yaitu raja Koresh, menyelamatkan bangsa Israel dari pembuangan. Juga sesuatu yang tidak masuk akal bukan?).

Mari melihat dalam kehidupan kita. Adakah kejadian dalam hidup kita yang diluar pemikiran dan perhitungan kita dimana orang yang lebih jahat dari pada kita bisa dipakai Allah untuk mendidik, menegor dan menghajar kita. Ingat, ketika Bileam tidak mau mendengarkan malaikat Tuhan berbicara kepada dia? Apa yang terjadi? Tuhan memakai keledai untuk berbicara kepada Bileam baru ia mendengar. Dalam hidup kita juga mungkin kita perlu ’dirotan’ oleh Allah. Tetapi kiranya jangan seperti orang Yehuda yang begitu jahat sehingga Allah mendatangkan orang yang lebih jahat lagi untuk menegur mereka. Allah ingin menegur Yehuda karena kejahatannya bukan melalui nabi, tetapi melalui bangsa yang kejam dan sadis. Ketika ada orang jahat yang berbuat jahat kepada kita, jangan langsung kecewa atau putus asa. Mungkin Allah sedang bekerja membentuk kita.

Dala ayat selanjtnya digambarkan bagaimana sebenarnya orang Kasdim itu. Dalam ayat 8-12 dikatakan: ”Kudanya lebih cepat dari pada macan tutul, dan lebih ganas dari pada serigala pada waktu malam; pasukan berkudanya datang menderap, dari jauh mereka datang, terbang seperti rajawali yang menyambar mangsa. Seluruh bangsa itu datang untuk melakukan kekerasan, serbuan pasukan depannya seperti angin timur, dan mereka mengumpulkan tawanan seperti banyaknya pasir.Raja-raja dicemoohkannya dan penguasa-penguasa menjadi tertawaannya. Ditertawakannya tiap tempat berkubu, ditimbunkannya tanah dan direbutnya tempat itu. Maka berlarilah mereka, seperti angin dan bergerak terus; demikianlah mereka bersalah dengan mendewakan kekuatannya.” Yoyakim yang dipilih Allah tetapi karena ketidak setiannya dihukum Allah melalui bangsa yang jahat. Jangan sampai kita sangat jahat sehingga Allah mendatangkan orang yang lebih jahat untuk menegur kita.

Habakuk berespon terhadap jawaban Tuhan ini. Habakuk berkata: ”Bukankah Engkau, ya TUHAN, dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus? Tidak akan mati kami. Ya TUHAN, telah Kautetapkan dia untuk menghukumkan; ya Gunung Batu, telah Kautentukan dia untuk menyiksa.” Apa yang mau dikatakan Habakuk disini? Habakuk berseru bahwa Allah adalah gunung batu, yang Maha Kudus, dan Allah mereka, tetapi mengapa Allah membiarkan semuanya ini terjadi. Rom 8:31 berkata: ”Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita”. Ini jugalah yang dipamahi oleh Habakuk. Sebagai umat pilihan Tuhan, mengapa mereka ditindas oleh bangsa kafir. Bukankah jika mereka dipihak Allah tidak akan ada yang melawan mereka? Pemahaman yang sama juga bisa terjadi kepada kita ketika orang berkata kepada kita: ”Dimana Allahmu? Kalau Allahmu itu betul-betul ada, mengapa kau tidak sembu-sembuh?” atau pertanyaan-pertanyaan lain yang senada dengan pertanyaan tersebut. Adakah kita berkata kepada Tuhan: ”Tuhan mengapa hal ini terjadi, bukankah Engkau Allahku?” Mungkin dalam respon kita, kita mulai meragukan Allah karena banyaknya masalah yang kita hadapi dan mempertanyakan Tuhan.

Tetapi belajar dari Habakuk, apa yang menjadi respon Habakuk adalah sebuah keluhan juga sekaligus pernyataan iman. Perhatikan ayat 13: ”Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman. Mengapa Engkau memandangi orang-orang yang berbuat khianat itu dan Engkau berdiam diri, apabila orang fasik menelan orang yang lebih benar dari dia.” Ini adalah pernyataan yang luar biasa. Habakuk berkata bahwa mata Tuhan terlalu suci untuk memandang kejahatan atau kelaliman tetapi mengapa ia membangkitkan bangsa yang jahat untuk menghukum orang Israel. Ini bisa terjadi dimana pergumulan ketidakadilan sosial dalam pergumulan sebuah bangsa. Dalam negara kita sepertinya orang jahat sangat gampang mendapat apa yang diinginkannya. Night Club dan Cafe sangat gampang untuk didirikan, tetapi tidak demikian halnya dengan gereja. Kejahatan sepertinya bertumbuh dengan suburnya. Kita miris melihat ini. Habakuk menlihat bahwa Allah terlalu suci melihat kejahatan, tetapi mengapa ia membiarkan kejahatn terjadi. Hal ini jugalah sesuatu yang tidak masuk akal dalam pikiran Habakuk.

Habakuk melanjutkan dalam ayat 14 dengan berkata demikian: ”Engkau menjadikan manusia itu seperti ikan di laut, seperti binatang-binatang melata yang tidak ada pemerintahnya?” Dan orang Kasdim menjajah mereka dalam situasi yang seperti ini. Dalam ayat 15-16 dikatakan: ”Semuanya mereka ditariknya ke atas dengan kail, ditangkap dengan pukatnya dan dikumpulkan dengan payangnya; itulah sebabnya ia bersukaria dan bersorak-sorai. Itulah sebabnya dipersembahkannya korban untuk pukatnya dan dibakarnya korban untuk payangnya; sebab oleh karena alat-alat itu pendapatannya mewah dan rezekinya berlimpah-limpah. Sebab itukah ia selalu menghunus pedangnya dan membunuh bangsa-bangsa dengan tidak kenal belas kasihan?” Selain menganiaya, bangsa Kasdim juga memeras orang Yehuda dan mengambil harta mereka. Inilah yang digambarkan oleh Habakuk. Orang Yehuda sangat powerless dan tidak memiliki apapun. Rajanya dicopot dan dipermalukan, bangsa diobrak-abrik dan akhirnya tidak ada pemerintahan. Mereka ditindas, diperas, dan dianiaya. Habakuk protes kepada Tuhan karena terjadi penindasan dan ketidakadilan sosial.

Adakah selama tahun 2009 kita protes kepada Allah dimana Allah seolah-olah tidak mendengar seruan kita dan akhirnya kita berbantah dengan Allah sampai mempertanyakan Tuhan dan akhirnya Tuhan menjawab? Adakah keluhan dan jeritan kita kepada Allah dan merasakan bahwa Allah memalingkan wajahnya dari kita? Apakah orang seenaknya berbuat kejahatan kepada kita? Silahkan berkeluh, silahkan protes, tetapi ingat, ada maksud Tuhan dalam segala hal. Ini penting bagi kita. Tidak ada doa yang tidak didengar oleh Allah. Mari melihat Maz 27:7-10. dikatakan di sana: ”Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku! Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN. Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku! Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku.” Kalaupun kita mengalami seperti apa yang Habakuk rasakan dan bertanya ’Berapa lama lagi Tuhan?’, mari tetap akui kedaulatan Tuhan dan belajar dari Daud dalam Maz 27:7-10 tadi.

SoliDeo Gloria!

No comments: