[Kotbah ini dibawakan oleh Denni B. Saragih, M. Div pada ibadah Mimbar Bina Alumni, Jumat, 14 Maret 2008]
Pada saat ini kita akan membahas mengenai Dealing with the Stress, dengan judul kecil Living within God’s Time Schedule- bagaimana kita belajar hidup dengan skedul Allah. Topik ini akan dimulai dengan terlebih dahulu memperkenalkan sebuah klub. Namanya adalah Klub Penyakit Jantung. Jika anda memenuhi persyaratan yang ada di sini, saudara pasti dijamin akan kena sakit jantung setelah umur 40 tahun ke atas. Persyaratan tersebut adalah:
- Sebagai seorang pekerja/karyawan, utama kanlah kerja. Kebutuhan pribadi adalah nomor dua. Jika ini anda lakukan, mudah-mudahan anda akan diterima dalam klub ini.
- Bekerjalah malam hari, hari Sabtu, atau pada hari-hari libur.
- Bawa tas kerja anda pulang, dan isi dengan kerja ekstra demi karir anda. Kerja yang belum selesai di kantor, bawa pulang dan dikerjakan di rumah.
- Jangan katakan tidak untuk permintaan kerja. Apapun yang diminta atasan, rekan, ataupun bawahan anda berupa bantuan, jangan sekali-kali menolaknya dan berupaya untuk menerimanya.
- Terimalah setiap undangan pertemuan, kerja, gereja, pelayanan, dan setiap undangan lainnya, baik pesta ataupun kepanitiaan.
- Jangan makan dengan tenang. Sambil makan kerjakanlah sesuatu.
- Anggaplah liburan itu adalah pemborosan uang dan waktu.
- Olah raga (renang, bowling, dll) adalah kesia-siaan. Hal ini tidak perlu dikerjakan.
- Jangan delegasikan tugas anda dengan orang lain. Kerjakanlah semua yang menjadi tugas anda.
- Jika dalam perjalanan kerja (travelling), kerjakan semua yang mungkin dikerjakan.
Ini adalah persoalan kita dengan kerja dan schedule. Mari kita melihat pada satu pribadi yang sibuk, punya banyak pekerjaan, tetapi Ia memiliki schedule waktu yang membuat kita terkagum-kagum, karena di tengah kesibukanNya, Ia masih memiliki waktu luang dan ’tidak ikut klub penyakit jantung’. Pribadi ini adalah Yesus Kristus.
Yesus sama seperti kita yang melihat hidup itu sebagai satu pengabdian, pengorbanan untuk mengerjakan panggilan Nya. Dalam Yoh 4:34, Yesus mengatakan, ”Makanan-Ku ialah melaku- kan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya”. ’Melakukan kehendak Allah’ adalah makanan. Ini adalah hidup yang serius. Jika kita baca Mark 1:30-38, kita melihat Yesus bertindak bagaikan seorang yang punya karya besar namun hanya memiliki waktu yang sangat sempit. Sehingga waktu orang mengatakan bahwa semua orang sedang mencariNya, Yesus mengajak mereka pergi ke kota lain untuk menyebarkan Injil. Yesus bukan seseorang yang punya banyak waktu luang. Kelihatannya cocok untuk masuk klub penyakit jantung. Namun setiap waktu bagi Yesus memiliki satu pekerjaan penting untuk waktu tersebut. Mari kita lihat Mark 4:35-36, ”Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang." Mereka mening- galkan orang banyak itu lalu bertolak dan ...” Dalam Markus ini, kita melihat bahwa ada banyak orang yang harus diajar Tuhan Yesus. Tetapi Dia tidak terikat dan meninggalkan mereka, menyeberangi danau untuk bertemu dengan satu orang, yaitu seseorang yang kerasukan roh jahat. Bagi Yesus setiap waktu ada satu pekerjaan penting yang harus dikerjakan. Ada waktu untuk mengerjakan pelayanan bes- ar-besaran, mengajar orang banyak dan ada waktu pergi meninggalkan orang banyak dan melayani satu orang saja. Ini adalah etos dari Yesus. Tetapi jika kita perhatikan, ketika Yesus—yang hidup Nya penuh pengabdian dan pengorbanan ini, yang waktunya sangat sempit, yang punya kerja penting setiap waktu dalam hidupnya—diminta melakukan sesuatu yang belum waktunya, Yesus berkata, bahkan kepada ibuNya, ”waktuKu belum tiba.” (Yoh 2:4).
Hal ini sangat menarik. Kenapa? Karena Yesus punya time schedule. Dia tidak bisa dipaksa mengerjakan sesuatu jika belum waktunya meskipun hal itu penting atau dari seseorang yang dicintaiNya. Jika kita membaca Injil dan merenungkan hidup Yesus, bagi Yesus segala sesuatunya ada waktunya. Sebelum waktunya tiba, Dia tidak kuatir untuk mengerjakan sesuatu. Dia tidak kuatir akan mati, dibunuh orang. Ada seorang teolog mengatakan, Jesus believes that He is immortal until His mission accomplished [Yesus sadar bahwa Dia tidak akan mati sampai misiNya selesai]. Inilah yang seharusnya menjadi filsafat hidup anak Tuhan. Kita punya misi di tengah-tengah dunia. Selagi misi kita belum selesai, maka kita ini immortal, tidak bisa akan mati. Jika kita membaca Injil dan merenungkan hidup Yesus, kita bisa melihat bahwa Yesus adalah pribadi yang tahu bagaimana bekerja dan tahu bagaimana beristirahat.
Yesus selalu berpacu dengan waktu, tetapi Yesus tidak pernah terburu-buru. Dalam segala keadaan, ketika Dia berdebat atau mengajar murid atau menja- wab pertanyaan orang, Yesus selalu tenang dan penuh dengan penguasaan diri. Yang paling ekstrim, Yesus tidak melakukan sesuatu secara mendadak meskipun tuntutannya adalah orang akan mati. Kita tentu ingat kisah Lazarus (Yoh 4:1-44), dimana Yesus tidak langsung menyembuhkannya sewaktu dia sakit, dan ketika mendengar kabar kematiannya pun Yesus tidak terburu-buru bahkan berkata,” Lazarus, saudara kita telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.” Yesus hidup pada waktu dimana Allah berikan. Hal ini penting bagi kita, agar kita lepas dari stress. Banyak orang menjadi stress karena hidup mereka seperti menger- jakan pekerjaan yang kemarin yang belum selesai dan mengerjakan pekerjaan besok yang belum datang. Yesus tidak mengerjakan sesuatu sebelum waktunya ataupun sesudah waktunya. Dia diberikah waktu hari demi hari oleh Tuhan dan hari demi hari Dia menggunakan waktu yang dipercayakan Tuhan kepadaNya. Ini adalah tantangan bagi kita para alumni untuk selalu hidup dalam moment dimana kita hidup saat ini.
Sewaktu kita membaca hidup Yesus, kita juga menemukan bahwa Yesus adalah pribadi yang tidak dilelahkan pada hari ini oleh pekerjaan esok dan tidak dilelahkan hari ini oleh beban kemarin. Ada prinsip bahwa Tuhan tidak ingin kita dilelahkan oleh apa yang dapat dikerjakan dalam satu hari. Dalam perusahaan ini adalah tantangan yang berat. Masih ada hari esok untuk mengerjakan sesuatunya. Pekerjaan itu tidak akan ada habis-habisnya. Perhatikan Luk 5:15-16, ” Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.” Ini adalah bagian mengenai Yesus yang mengatur waktunya yang overloaded. Sewaktu orang banyak ingin diajar dan orang sakit minta disembukan dan tentu saja kita bisa memahami bahwa hal ini sangat urgent untuk dilakukan. Hal ini sangat penting dan Yesus seharusnya meresponi dan melayani mereka. Tetapi apa yang Yesus lakukan adalah mengundurkan diri dan beroda. Sepertinya Yesus agak egois. Tetapi apa yang kita pelajari adalah bahwa Yesus hidup dalam time schedulenya Tuhan. Ada waktu untuk melayani, ada waktu untuk istirahat, ada waktu untuk bekerja. Semuanya ada di dalam waktuNya Tuhan.
Masalahnya adalah kita seringkali kita memaksa mengerjakan sesuatu sebelum waktunya Tuhan bahkan melampaui waktuNya Tuhan. Tuhan menanggung dunia ini, memikul salib dunia ini. Tetapi kita terkadang terlalu sombong dan (maunya) ingin menanggung dunia ini, sehingga kita akhirnya stress dan bergumul dan apa yang seharusnya kita kerjakan menjadi terabaikan.
Ada seorang missionaris yang menjelang ajalnya berkata, ”Tuhan memberikan saya seekor kuda dan berita untuk disampaikan. Tetapi karena saya terlalu ngotot, saya mencambuk kuda itu sampai mati, sehingga berita itu tidak pernah tersampaikan.” Kita pasti memahami bahwa misionaris ini adalah kuda itu. Tidak ada gunanya ’mencambuki kuda yang kelelahan’. Seharusnya diberikan waktu untuk istirahat, diberi rumput yang segar dan waktu yang tenang, sehingga kuda itu akan kuat kembali untuk berlari-lari sehingga akan kuat kembali untuk meyampaikan berita itu. Harus ada pertobatan teologis yang menganggap bahwa leisure adalah sebuah kedagingan atau dosa. Ketika semakin banyak orang menekan dan semakin lama tekanan itu, Yesus mengambil waktu untuk undur dari tengah-tengah orang banyak dan kesibukan-Nya. Kapan kita terakhir sekali undur dari kesibukan dan beristirahat, melakukan apa yang ingin kita lakukan tanpa harus berdosa melakukan hal tersebut? Yesus tidak didorong keinginan untuk terus berkhotbah atau kebutuhan orang sakit yang banyak tidak menunda waktu Yesus untuk beristirahat. Yesus makan, beristirahat, makan, berdoa, dan mencari kesenangan di tengah-tengah kesibu- kan yang Ia miliki. Hal ini sangat penting juga bagi kita untuk hidup di tengah-tengah dunia yang stress ini. Tuhan tidak memanggil kita untuk hidup di tengah-tengah dunia tanpa stress. Ambil waktu untuk memanajemen stress anda, waktu untuk bercanda atau tertawa.
Ada beberapa tanda-tanda kesibukan yang berlebihan.
- Tidak memiliki waktu untuk membaca bacaan yang bermutu. Ada perut yang lapar dan ada otak yang lapar.
- Kehilangan ketajaman dan semakin tumpul untuk berpikir dan menjadi tidak efektif.
- Kehilangan rasa humor.
- Fokus pada apa yang tidak ada. Apa yang bukan menjadi persoalanlah yang selalu kita pikirkan.
- Dorongan yang sangat kuat untuk bersaing dan membanding-bandingkan.
- Dihinggapi perasaan ingin dan ingin lagi.
- Ada harapan-harapan yang tidak realistik akan kehidupan.
- Gagal memberi tempat untuk bermain, kesenangan, istirahat dan hobi.
Saran-saran positif.
- Memiliki istirahat malam yang baik secara teratur. Kita tiap malam pasti tidur, tetapi apakah kita memiliki tidur malam yang berkualitas. Tidur malam bisa tidak berkualitas karena beberapa faktor. Misalnya kurang berolahraga.
- Milikilah satu hari penuh istirahat setidaknya satu kali dalam satu minggu. Jika tidak bisa satu hari setengah hari juga sudah cukup bagus.
- Milikilah waktu beristirahat di tengah-tengah kesibukan sepanjang hari setiap minggunya. Maksudnya ketika anda kerja dari pukul 8 sampai pukul 12 ambil istirahat selama lima menit saja.
- Milikilah waktu untuk berlibur.
- Jika melewati minggu yang sangat padat, hati-hati. Jangan terbawa dan lepaskan diri dari semuanya itu.
Ada dua hal yang perlu kita ketahui yaitu prinsip sabat dan pengem- bangan kebiasaan membaca. Saya ingin mengajak alumni untuk memiliki kebiasaan membaca yang simpel aja.
- Jika anda ingin membaca, sediakan waktu empat sampai enam jam perminggu. Apakah pagi, sore atau hari Sabtu.
- Milikilah satu kali sebulan satu hari penuh untuk membaca. Jika hal ini terlalu sulit anda lakukan berarti anda terlalu sibuk.
- Sekali setahun milikilah satu minggu untuk membaca.
Jhon Stott menganjurkan agar kita mengambil waktu retreat pribadi selama setengah hari. Kita bisa melakukan personal review mengenai hubungan dengan Tuhan, keluarga, pekerjaan ataupun pelayanan. Kemudian kita juga dapat membaca Mazmur dan memiliki waktu tenang yang panjang dan tidak terpotong dengan Tuhan. Kita juga bisa menaikkan doa-doa permohonan buat rekan-rekan kita non Kristen, sahabat, keluarga, pelayanan, mahasiswa/i, staf, dan pendeta gereja. Melakukan hal ini dalam retreat setengah hari menolong kita untuk melepaskan diri dari tirani urgensi dan hal-hal yang mendesak tetapi tidak penting.
Soli Deo Gloria!
No comments:
Post a Comment