Tuesday, December 6, 2011

[Seri Eksposisi] Habakuk 3 (Habakuk Pasal III)

[Kotbah ini dibawakan oleh Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div pada ibadah Mimbar Bina Alumni, Jumat, 20 November 2009]

Mari membuka Habakuk pasal yang ke-3. Pasal yang ke-3 ini adalah doa dari nabi Habakuk yang ditulis dalam syair Ibrani dan biasa dinyanyikan seperti Mazmur (1, 19b) dalam bentuk ratapan. Pasal ini hanya memiliki satu permohonan yaitu ”TUHAN, telah kudengar kabar tentang Engkau, dan pekerjaan-Mu, ya TUHAN, kutakuti! Hidupkanlah itu dalam lintasan tahun, nyatakanlah itu dalam lintasan tahun; dalam murka ingatlah akan kasih sayang! (Hab 3:2)”.

Pasal in dibagi dalam dua bagian besar. Pertama adalah ayat 3-15 yaitu rekoleksi akan siapa Allah dan karyaNya bagi Israel, khususnya pembebasan dari Mesir. Kedua ayat 16-19 yaitu pernyataan keyakinan dan kepercayaan (confidence and trust) dari Habakuk.

Dalam bagian pertama ini kita melihat bahwa ada kekaguman Habakuk pada Allah dimana dalam ayat 2 dikatakan ‘I stand in awe of Your deeds’. Rekoleksi adalah mengingat kembali apa yang Allah lakukan di dalam hidup. Ketika Habakuk melakukan rekoleksi dalam hidupnya, dia merasa kagum kepada Allah. Ketika mendengar karya Allah di dalam hidupnya, dia merasa merasa ‘gemetarlah hatiku, mendengar bunyinya, menggigillah bibirku; tulang-tulangku seakan-akan kemasukan sengal, dan aku gemetar di tempat aku berdiri; namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan, yang akan mendatangi bangsa yang bergerombolan menyerang kami.” (16). Di dalam rekoleksi ini, Habakuk kembali mengingat karya Allah khususnya dalam konteks pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Di dalam ayat 3 digambarkan bahwa Allah Sang Pembebas itu datang dari Teman (selatan Yehuda) dan Paran (Barat Daya teluk Aqaba). Ini adalah sebuah gambaran untuk menyatakan dari hal yang tidak mungkin pun pembebas dapat datang. Hal ini disebabkan oleh karena daerah yang dipakai sebagai gambaran bukanlah daerah orang Israel.

Siapakah Allah yang datang itu? Pertama, Allah yang datang itu adalah Allah “Keagungan-Nya menutupi segenap langit, dan bumipun penuh dengan pujian kepada-Nya. Ada kilauan seperti cahaya, sinar cahaya dari sisi-Nya dan di situlah terselubung kekuatan-Nya.” (3b-4). Ini adalah sesuatu yang penting. Jika seseorang tidak pernah melihat kebesaran dan kemuliaan Allah, maka tidak akan pernah berkata: “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” (17-18).

Kedua, siapakah Allah yang datang itu? Dia adalah Allah yang ‘mendahului-Nya berjalan penyakit sampar dan demam mengikuti jejak-Nya’ (5). Allah yang datang dengan kemuliaan itu adalah Allah yang akan menghakimi musuh-musihNya. Mungkin kita ,memiliki banyak persoalan di sepanjang tahun 2009 ini. Tetapi di dalam semua itu, apakah kita bisa memahami bahwa Allah itu adalah Allah yang membawa penghakiman? Jadi ketika kita mengalami ketidakadilan di kantor, keluarga atau masyarakat kita bisa terhibur. Inlah pentingnya rekoleksi untuk menghayati kembali karya Allah di dalam hidup kita.

Ketiga, siapakah Allah yang datang itu? Dalam ayat 6-7 dikatakan: ”Ia berdiri, maka bumi dibuat-Nya bergoyang; Ia melihat berkeliling, maka bangsa-bangsa dibuat-Nya melompat terkejut, hancur gunung-gunung yang ada sejak purba, merendah bukit-bukit yang berabad-abad; itulah perjalanan-Nya berabad-abad. Aku melihat kemah-kemah orang Kusyan tertekan, kain-kain tenda tanah Midian menggetar.” Inilah gambaran yang diingat Habakuk ketika Israel keluar dari Mesir. Pada waktu itu bangsa Mesir penuh ketakutan dan gemetar ketika bangsa Israel keluar dari sana (Kel 15:14-16; Yos 2:9-10). Inilah yang diingatkan Habuk dalam rekoleksinya dimana Habakuk mengatakan bahwa ketika Allah hadir dan melakukan karyaNya maka semua orang akan mengalami kegentaran dan keterkejutan. Jika ini kita pahami, kita tidak akan pernah berkeinginan untuk mengakhiri hidup kita karena tidak punya harapan karena Allah kita bukanlah pribadi yang biasa, tetapi Allah yang karyanya membuat semua orang gemetar.

Keempat, siapakah Allah yang datang itu. Allah itu adalah Allah yang kedatanganNya juga membuat alam ikut gemetar. Ayat 8 berkata: ”Terhadap sungai-sungaikah, ya TUHAN, terhadap sungai-sungaikah murka-Mu bangkit? Atau terhadap lautkah amarah-Mu sehingga Engkau mengendarai kuda dan kereta kemenangan-Mu?” Inilah Allah yang kita sembah. Apakah kita memiliki pengalaman empiris bahwa Allah yang kita sembah itu adalah Allah yang maha kuasa? Atau apakah kita merasa bahwa Allah adalah Allah yang diam karena doa kita belum terjawab dan sepertiunya semua buntu? Jika kita merasakan bahwa Allah diam, mari belajar dari Habakuk dalam rekoleksinya yaitu Allah kita bukanlah Allah yang biasa, tetapi Dia adalah Allah yang luar biasa yang kedatangannya bahkan membuat alam gemetar.

Kelima, kedatangan Allah bukan hanya membuat alam gemetar, tetapi ”Matahari, bulan berhenti di tempat kediamannya, karena cahaya anak-anak panah-Mu yang melayang laju, karena kilauan tombak-Mu yang berkilat. Dalam kegeraman Engkau melangkah melintasi bumi, dalam murka Engkau menggasak bangsa-bangsa.” (11-12). Dia adalah Allah yang jagat raya juga tunduk kepadaNya (band. Kemenangan Israel di Gibeon, Yos 10:12-13). Jika kita bisa memahami bahwa Allah adalah penguasa jagat raya, bukankah dia juga adalah Allah yang berkuasa atas hidup, pekerjaan, persoalan besar yang kita alami? Habakuk mengalami penantian yang panjang akan jawaban Tuhan (ayat 1-2) tetapi bukan berarti dia menganggap Allah itu adalah Allah yang pasif, tetapi dia tetap melihat Allah itu sebagai Allah yang luar biasa, Maha Besar dan Maha Kuasa yang penuh dengan kemuliaan.

Keenam, Allah yang datang itu adalah Allah yang kedatanganNya adalah untuk menyelamatkan umat dengan menghancurkan Mesir dan Laut Merah. Ayat 13-15 berkata: ”Engkau berjalan maju untuk menyelamatkan umat-Mu, untuk menyelamatkan orang yang Kauurapi. Engkau meremukkan bagian atas rumah orang-orang fasik dan Kaubuka dasarnya sampai batu yang penghabisan. Sela. Engkau menusuk dengan anak panahnya sendiri kepala laskarnya, yang mengamuk untuk menyerakkan aku dengan sorak-sorai, seolah-olah mereka menelan orang tertindas secara tersembunyi. Dengan kuda-Mu, Engkau menginjak laut, timbunan air yang membuih.” Allah berperang bagi kita untuk musuh-musuh kita. Apakah pengalaman ini kita alami dalam tahun ini dimana Allah berperang melawan musuh kita atau kita merasakan kalah dan musuh kita semakin besar? Ingat, jika Allah dipihak kita siapa yang dapat menjadi lawan kita?

Waktu untuk melakukan rekoleksi itu sangat penting. Mengapa kita lemah dan susah untuk bersyukur? Seberapa banyak dari kita bersyukur kepada Allah dalam tahun 2009 ini? Mari hitung berkat, karya, pertolongan, dan apa yang Tuhan anugerahkan kepada kita selama tahun-tahun dalam kehidupan ini. Hal ini akan menghiburkan kita dan mebuat kita bersyukur serta berharap kepada Allah. Melalui rekoleksi yang dilakukannya Habakuk berkata: ”Ketika aku mendengarnya (nyanyian rekoleksinya tadi), gemetarlah hatiku, mendengar bunyinya, menggigillah bibirku; tulang-tulangku seakan-akan kemasukan sengal, dan aku gemetar di tempat aku berdiri; namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan, yang akan mendatangi bangsa yang bergerombolan menyerang kami.” (16). Inilah pentingnya sebuah rekoleksi dan perenungan. Mengapa seseorang susah bersyukur adalah karena ia kurang menghitung berkat Allah di dalam hidupnya dan kurang bisa menikmati rahmat Allah. Ia dikuasai keinginan dan target sehingga menimbulkan kekuatiran. Tetapi jika kita dikausai oleh ucapan syukur yang muncuk ketika menghitung berkat Allah, maka akan muncul ketenangan dalam menjalani hidup. Ketenangan batin dan jiwa akan hilang jika kita kurang bersyukur kepada Allah. Mari memberikan waktu untuk rekoleksi di penghujung tahun ini.

Dengan rekoleksi ini akan muncul komitmen kepada Allah. Dalam ayat 17-18 dikatakan: ”Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” Komitmen yang muncul dari Habakuk ini adalah buah dari rekoleksi yang benar dihadapan Allah. Ketika dia melakukan rekoleksi, dia tahu bagaimana invasi dan devastasi dari Babilonia dan kehancuran yang terjadi. Tetapi Habakuk memberikan komitmen tanpa syarat apa-apa. Dia tetap memberikan komitmennya walaupun semua yang diharapkan tidak ada hasilnya seperti pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah dan pohon zaitun mengecewakan, pertanian/usaha hancur, dan simpanan juga habis. Yang sudah ada pun lenyap, yang sedang dikerjakan pun gagal, dan yang ditabunganpun habis. Semua hilang dan hal ini mengerikan.

Jika kita jatuh dalam situasi yang sama dimana kita ditimpa berbagai masalah, apa yang akan kita lakukan. Habakuk dengan jelas berkata ”namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” Apakah kalimat ini juga bisa muncul dari mulut kita ketika mengalami hal yang sama dengan Habakuk? Apakah kita bisa berkata sekalipun masalah menerpa aku tetap beria-ria kepada Tuhan? Mungkin semua mengecewakan, tetapi mari kita berkata sekalipun bayak masalah aku tetap beria-ria kepada Tuhan. Ada hal yang sangat kontradiksi antara Habakuk dengan cara berpikir dunia. Dunia akan bersukacita jika uangnya banyak, jabatannya naik, atau semua bisa berjalan sukses, tetapi Habakuk berkata bahwa sukacitanya bukan di dalam uang, kesuksesan, atau jabatan, tetapi sukacitanya di dalam Tuhan. Selama kita menempatkan sukacita kita di dalam uang, harta, dan jabatan, selama itu juga kita akan kehilangan sukacita. Kenapa Habakuk bisa bersukacita dalam berbagai masalah sekalipun adalah karena dia bersukacita di dalam Tuhan. Hal ini yang penting untuk kita miliki. Jangan pernah bangun sukacita kita di dalam apapun atau siapapun kecuali di hadapan Tuhan.

Hal kedua yang membuat Hbakuk bersukacita adalah keyakinan bahwa Allah yang akan menyelamatkan dia dan bangsa Israel. Di dalam Dialah Habakuk besorak-sorai dan beria-ria. Walaupun kita merasa banyak ’awan yang gelap’ di sekitar kita, tetap di dalam kita tetap meiliki terang bersama dengan Allah.

Allah itu adalah kekuatan. Ayat 19 berkata: ”ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.” (bd. Fil 4:13, ”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”.; 1 Kor 10:13, ”Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”). Dia adalah Allah yang menguatkan kaki umatNya bagaikan kaki rusa dan memampukan berjalan di tempat yang sulit. Di dalam kelemahan kita, Allah akan menguatkan kita dalam menghadap banyaknya persoalan di dalam hidup ini. Kita mungkin menghadapi banyak onak duri dan berjalan di tempat yang berbatu-batu. Tetapi rekoleksi akan karya Allah memampukan kita untuk senantiasa beroleh kekuatan dari Tuhan. Inilah sumber kekuatan untuk bertahan dalam kesulitan dan sumber pengharapan di masa yang akan datang.

Ingat, pada waktu Habakuk berdoa, semua yang diharapkan belum terjadi. Walaupun bangsa Babilonia menjajah bangsa Israel, Habakuk bisa beria-ria di hadapan Tuhan dan menghadapi penuh iman dan kekuatan. Ingat, sekembalinya dari ibadah in, masalah kita belum tentu selesai, mungkin bertambah berat. Tetapi mari miliki apa yang Habakuk lakukan dimana hal ini akan melahirklan iman dan pengharapan dan kita berani melangkah dengan iman dan semangat yang baru untuk mengakhiri tahun 2009 dan semangat yang baru untuk menghadapi 2010.

Soli Deo Gloria!

No comments: