[Kotbah ini dibawakan oleh Denni B. Saragih, M. Div pada ibadah Mimbar Bina Alumni, Jumat, 29 Februari 2008]
Hari ini kita akan membahas topik pertama dari seri Stress Fracture, yaitu Stress. Kita akan membaca bagian dari Firman Tuhan dari Luk 10:38-42. Kita hidup dalam dunia yang penuh dengan stress. Bahkan stress adalah bagian dari hidup manusia. Tentu saja ada stress yang baik atau positif dan ada stress yang tidak baik atau negative. Salah satu contoh dari stress yang positif adalah stress yang dialami seorang suami ketika isterinya akan melahirkan. Jika dia tidak stress, maka ada yang salah dengan suami tersebut.
Ada motto dari Yunani yang mengatakan : "You will break the bow if you keep it always bent!" [Kamu akan mematahkan busurnya jika kamu terlalu membengkokkannya]. Ini adalah satu kalimat yang ditujukan pada dunia yang penuh dengan stress. Sama seperti senar gitar yang akan putus bila terus kita terus memutar untuk mengencangkan senar tersebut. Demikian juga dengan masalah manusia dimana banyak yang ‘harus’. “Harus beginilah…, harus begitulah…, harus tanggal sekian selesainya…”, dll. Misalnya pengangguran yang harus kerja dalam tempo satu bulan. Jika tidak bekerja, menjadi stress. Semua yang ‘harus’ ini membuat stress. Bayangkan sebuah keluarga yang telah menikah selama lima tahun, belum mendapat anak? Dan satu tahun ke depan mereka belum mendapatkannya, jadi stress. Segala sesuatu yang namanya ‘harus’, menciptakan stress dan seringkali ‘harus’ ini dibuat oleh diri kita sendiri. Kita punya target dan keinginan pribadi. Seringkali antara target dan keinginan susah dibedakan. Kadang-kadang waktu yang sempit membuat kita stress. Waktu pada zaman sekarang memainkan peranan yang sangat penting. Kadang-kadang dateline menjadi deadline. Hal ini menjadi sebuah tekanan untuk bisa segera menyelesaikan apa yang dituntut. Tekanan dan tuntutan membuat kita menjadi stress di tengah-tengah dunia ini. Dalam Luk 10:38-42, kita juga melihat ada tekanan dan tuntutan disitu. Baik dari sekeliling dan (seringkali) juga dari dalam diri sendiri. Hal ini menjadikan kita menjadi orang yang terburu-buru. Biasanya jika terburu-buru cenderung melakukan kesalahan, cenderung menjadi dangkal. Seorang psikolog, Carl Jung, mengatakan bahwa keterburu-buruan bukanlah dari si iblis, tetapi si iblis itu sendiri. Kita bisa melihat dalam dunia yang stress yang ditandai dengan kedangkalan. Kedangkalan adalah kutukan dari manusia modern. Misalnya, pacaran menjadi dangkal dan buru-buru. Baru kenalan seminggu sudah pacaran bahkan ingin menikah.
Jika kita melihat kisah dalam Lukas tadi, maka kita menemukan/melihat dalam cerita itu ada satu konsep. Kita melihat Yesus memuji Maria yang duduk diam mendengarkan Firman Tuhan, dan menegur Marta yang sangat stress dan terganggu dengan berbagai macam urusan-urusan. Cerita ini akan pahami dalam konteksnya.
Pertama, cerita ini terjadi ketika Yesus dalam perjalanan ke Yerusalem. Kita tahu di Yerusalem, Yesus akan disalibkan. Dalam perjalanan ke Yerusalem, Yesus singgah di Betania. Betania adalah kampung Maria dan Marta serta saudara mereka Lazarus yang sangat dekat dengan Yerusalem. Mungkin Yesus pergi ke Betania karena Ia ingin beristirahat sejenak. Ia ingin menenangkan diri setelah pelayanan yang sedemikian sibuk dan Dia akan berhadapan dengan salib di Yerusalem. Oleh sebab itu Yesus singgah ke Betania. Ini adalah konteksnya. Jadi kita bisa memahami bahwa ada salib di balik cerita ini dimana Yesus akan sampai pada puncak pelayanannya. Ia akan disalibkan. Dengan kata lain, Yesus pun sedang stress. Ingat, jangan pernah mengira bahwa stress itu tidak rohani (sudah dibahas dalam MBA tahun 2007 yang lalu). Di taman Getsemani, karena stress Yesus begitu hebat, keringatNya bercampur dengan darah. Ini bisa terjadi. Salah seorang ahli bernama Alexander Metherell, M.D., PH.D membuktikan bahwa stress yang tinggi akan menyebabkan kapiler darah dalam kelenjar keringat pecah dan akan keluar bersama dengan keringat. Metherell mengatakan bahwa apa yang dialami oleh Yesus disebut dengan Hematidrosis. Jadi Yesus dalam perjalanan. Ia bergumul dan ingin beristirahat dan menenangkan diri.
Kedua, dalam konteks budaya, keramah tamahan adalah sesuatu yang penting bagi orang Yahudi. Jadi, jika ada tamu, mereka akan layani [mirip dengan budaya Batak]. Marta pada waktu itu, dalam konteks sosial budaya, memang harus melayani tamunya sebagaimana norma pada waktu itu. Jika kita perhatikan, ada dua orang stress dengan tuntutan yang berbeda. Yesus stress karena akan menghadapi masa-masa puncak dari misiNya, dan Marta stress karena dituntut untuk melayani tamu. Apalagi tamunya tamu penting, rabbi yang terkenal.
Ketiga, konteks yang harus kita pahami adalah Yesus beberapa kali ikut makan dalam jamuan yang besar (dengan Zakkeus, Simon). Jamuannya spesial bahkan dengan arak dan mereka mungkin bersenang-senang dengan muridNya dan Yesus tidak pernah menolak hal itu.
Keempat, perlu kita perhatikan juga bahwa Yesus datang bersama dengan murid-muridNya. Setidaknya jumlah mereka sebanyak 13 orang. Ini adalah jumlah yang banyak dan sangat repot untuk mempersiapkan makanannya.
Jika kita baca pada ayat 40, ”...Marta sibuk sekali melayani”. Dalam terjemahan lain, menarik sekali NIV menangkap kata yang digunakan oleh Lukas. NIV menerjemahkan, ”Marta distracted by all the preparation [Marta terganggu dengan segala persiapan-persiapan]. RSV menerjemahkannya dengan “Marta distracted with much service” [Marta terganggu dengan banyak pelayanan]. Bayangkan, dalam kondisi seperti ini Maria duduk tenang di kaki Yesus dan menikmati ajaran-ajaran Yesus. Sekarang kita mengerti situasi Marta. Wajar dia stress dan bergumul dengan keadaan itu. Bahkan dalam terjemahan NRSV, hal ini lebih dijelaskan lagi. NRSV menerjemahkan, “Marta distracted by her many task” [Dia terganggu dengan tugasnya yang banyak]. Berarti dia memiliki banyak tugas.
Keadaan Marta ini hampir sama dengan kisah Musa dalam Kel 18:13-18, dimana Musa juga pusing dengan tugas yang terlalu banyak (overloaded). Dalam kisah ini kita melihat bagaimana mertua Musa mengatakan kepada Musa bahwa pekerjaan tersebut sangat berat bagi Musa dan kita perhatikan Musa mengalami semua itu karena dia ingin menanggung semua persoalan yang ada di tengah-tengah bangsa Israel. Bandingkan dengan Marta pada sisi yang lain. Dia melayani (sedikitnya) 13 orang tamu dan tamu tersebut istimewa. Kemudian dia berpikir untuk menyiapkan makan besar dan mungkin juga mengundang rekan sekampungnya. Tetapi Yesus mengatakan ini semua tidak penting. Pada konteks dan situasinya, Marta melakukan hal yang tidak tepat. Tentu saja ada waktu-waktu dimana apa yang Marta lakukan tepat. Tetapi apa yang Marta lakukan tidak tepat pada waktu itu, karena Yesus tidak membutuhkan itu. Yang Yesus butuhkan adalah suasana yang tenang dan sederhana dimana orang-orang bisa mendengarkan ajaran-ajaran Nya menjelang puncak dari pelayananNya.
Kita bisa melihat ada tiga ciri khas Marta yang stress (mungkin menjadi ciri khas jika kita stress).
- Marta (atau kita) yang stress seringkali berasumsi bahwa orang lain tidak peduli dengan apa yang kita lakukan. Marta berasumsi bahwa Yesus tidak peduli. Mereka tidak bisa berpikir secara normal. Merasa menjadi korban di tengah-tengah kesibukan yang ada. Masalahnya ada di dalam diri kita, tetapi kita menyalahkan masalah yang ada di luar kita. Ini adalah tanda stress.
- Marta, waktu dia sedang stress, dia menyalahkan orang lain yang dianggap tidak bertanggungjawab atau tidak melaku- kan bagian yang harusnya dilakukan. Marta menganggap Maria tidak mengerjakan tanggungjawabnya sehingga dia menjadi sibuk seorang diri.
- Waktu Marta stress, dia mencoba untuk mencari jalan keluar yang justru menggam- barkan tekanan yang dialami. Dan dia mengajari Yesus. Dia mengatakan, ”Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri?” Kenapa Marta tidak bicara langsung kepada Maria, melainkan kepada Yesus? Jika dia bicara langsung kepada Maria, mungkin masalahnya akan selesai. Tetapi, justru dia mengatakannnya kepada Yesus. Hal ini mungkin terjadi bahwa dia bukan hanya melihat Maria yang bermasalah, tetapi Yesus pun bermasalah.
Inilah masalah-masalah bagi orang yang lagi stress. Oleh sebab itu dianjurkan bagi orang yang lagi stress untuk tidak mengambil sebuah keputusan. Karena keputusannya akan menggambarkan stress tersebut dan keputusannya akan menghasilkan keputusan yang salah.
Beberapa nasihat Yesus bagi Marta (atau kita) yang sedang stress.
- Yesus mengatakan, ” Marta....Marta.....” Dengan kata lain, Yesus prihatin karena Marta terkurung dalam lingkaran stress. Sewaktu Yesus memberikan nasihat bagi Marta yang sedang stress, Yesus ingin Marta sadar akan kondisinya. Jika kita stress, kita perlu menyadari bahwa kadang-kadang kita mungkin terlalu bodoh dan mengambil tindakan-tindakan yang membuat kita menjadi stress. Jangan terlalu keras dengan diri kita ketika sendiri. Tetapi ingat, jangan melakukan hal-hal yang tidak perlu.
- Yesus menunjukkan bahwa masalahnya ada di dalam diri Marta, bukan dari luar diri Marta. Yesus mengatakan, ”Marta, engkau kuatir...”. Ini adalah masalahnya. Masalahnya bukan ’Aku’ (Yesus) tidak peduli tetapi engkau’ (Marta) mengkuatirkan diri dengan banyak hal. Masalahnya ada di dalam diri Marta.
Ada sebuah kisah yang menarik:
Ada seorang bangsawan yang ingin memesan lukisan. Dia bertanya pada penduduk di kota mengenai pelukis yang terhebat di kota tersebut. Penduduk menyebutkan ada dua orang pelukis. Bangsawan ini pergi pada pelukis yang pertama dan memesan lukisan yang menggambarkan ’peace’[damai sejahtera]. Pelukis pertama ini menjanjikan bahwa lukisannya akan selesai dalam satu minggu. Kemudian bangsawan ini pergi ke pelukis kedua dan memesan lukisan dengan tema yang sama. Pelukis kedua ini pun menjanjikan waktu satu minggu. Setelah satu minggu, bangsawan ini pergi mengambil pesanannya kepada pelukis pertama. Ketika dia melihat gam- barnya, dia melihat gambar sebuat telaga yang sangat tenang. Ada gambaran angin sepoi-sepoi berhembus dan ada rumah kecil dan ada setitik air jatuh dengan riak kecil. Sangat tenang dan damai. Bangsawan itu berkata, ”Ini adalah lukisan damai yang sangat indah.” Dia senang sekali. Dia hampir tidak jadi pergi ke pelukis kedua. Tetapi akhirnya dia pergi dan mengambil pesanannya kepada pelukis yang kedua. Ketika dia melihat gambarnya, dia melihat gambaran badai yang sangat dasyat. Gambarnya adalah gambar pantai dengan ombak yang keras sedang menghantam batu karang. Angin pun berhembus sangat kencang sampai semua pohon hampir patah dibuatnya. Bangsawan ini berkata kepada pelukis kedua, ”Mana damai sejahtera? Ini bukan damai.” Pelukis tersebut menjawab,” Ini damai pak.” Mana, saya tidak melihat damai, tetapi melihat kekacauan! ” kata bangsawan tersebut. Pelukis tersebut berkata, ”Coba bapak lihat di tengah batu karang itu.” Bangsawan ini kemudian melihat di tengah batu karang itu, ada satu lubang kecil, dan di dalam lubang ini ada sarang burung dengan induk burung dan anak-anaknya yang terlindungi. Pelukis itu berkata, ”Bapak melihat, badai bertiup dengan keras, tetapi dalam batu karang itu ada sarang burung dengan induk burung dan anaknya yang dengan tenang merasakan damai sejahtera karena terlindung oleh batu karang yang sangat teguh.” Bangsawan ini mengangguk mengerti dan pulang dengan senang.
Yang mana damai sejahtera? Apakah kita suka pada damai sejahtera yang pertama atau kedua? Tentu damai sejahtera yang kedua. Damai sejahtera yang pertama adalah damai sejahtera yang diimpikan oleh Marta. Tetapi damai sejahtera yang kedua adalah damai sejahtera yang dialami oleh Yesus dan Maria. Ketika salib datang membayang-bayangi Yesus dan kesibukan dan tuntutan budaya ada di sekeliling Maria, tetapi Maria dan Yesus dengan tenang diajar dan mengajar. Inilah damai sejahtera di tengah-tengah stress yang ada yang dialami oleh Maria.
- Yesus mengatakan kepada Marta bahwa dia menyusahkan dirinya dalam banyak perka- ra. Itu menjadi sumber stress dalam diri Marta Oleh sebab itu dalam stress, mungkin yang perlu kita lakukan adalah melepaskan perkara-perkara itu sebagai beban dalam hidup kita. Mungkin juga masalah-masalah itu tidak sebesar yang kita duga. Just do your best, God will do the rest.
- Kemudian Yesus mengatakan agar Marta memperhatikan apa yang perlu. Marta dalam hal ini mungkin memerlukan banyak hal yang akan dilakukannya untuk melayani Yesus. Tetapi Yesus hanya memerlukan hal-hal yang sederhana, tempat beristirahat yang tenang, makanan yang sederhana, dan suasana yang tenang. Dalam zaman modern ini kita didorong bukan melakukan apa yang penting, tetapi apa yang mendesak untuk dikerjakan. Dalam bukunya Seven Habits of High Efectly People, Steven Covey berbicara mengenai empat kuadran. (1) Penting dan mendesak, (2) tidak penting tetapi mendesak, (3) tidak mendesak tetapi penting, dan (4) tidak penting dan tidak mendesak. Dia mengatakan bahwa jika orang orang banyak sekali mengerjakan hal-hal yang mendesak, termasuk penting dan mendesak, maka orang tersebut akan mengalami stress yang sangat besar. Yang menarik adalah hal-hal penting dan mendesak terjadi karena hal-hal penting yang tidak mendesak kita tunda pengerjaannya. Agar hidup kita tidak stress, Steven Covey mengatakan agar kita melakukan hal-hal penting sewaktu hal tersebut belum mendesak.
- Yesus mengatakan bahwa Maria telah mengambil pilihan yang terbaik yang bernilai kekal yang tidak akan diambil dari pada kita. Ada banyak hal yang menuntut kita harus dan harus dan harus. Tetapi kita tidak harus mendengarkan teriakan minta tolong dari sekeliling kita. Dalam bukunya Spritual Leadership, Sanders mengatakan, ”Tidak semua teriakan minta tolong berasal dari Tuhan.” Artinya tidak semua teriakan minta tolong di tengah-tengah dunia ini harus kita kerjakan. Dalam bagian Luk 10 tadi, Yesus memuji Maria yang tenang duduk diam mendengarkan Yesus di tengah-tengah segala kebisingan dan tuntutan budaya.
Soli Deo Gloria!
No comments:
Post a Comment