Tuesday, December 6, 2011

[Knowing God 2009-04]: The Adequacy of GOD

[Kotbah ini dibawakan oleh Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div pada ibadah Mimbar Bina Alumni, Jumat 6 Februari 2009]



Mari melihat dan membaca Roma 8:1-39! Berbicara mengenai The Adequacy of God berarti kita berbicara mengenai kecukupan Allah. Dan kita akan mempelajari hal ini dengan melihat Rom 8. Perlu kita ketahui bahwa Rom pasal 1-3 memaparkan mengenai manusia yang adalah orang berdosa yang terhilang dan tidak berdaya untuk menyelamatkan dirinya. Dalam Rom 1:18 kita melihat bagaimana Allah menyatakan dirinya tetapi manusia tidak mengenal tetapi menyembah berhala. Dan di dalam ayat 22 sampai seterusnya kita melihat bagaimana manusia diserahkan oleh Allah kepada hawa nafsunya yang jahat, maka muncullah homoseks dan dosa-dosa yang lain di sana. Dalam pasal 2 berbicara hal yang sama dan pasal 3 menyatakan bahwa manusia semua berdosa. Pasal 4-5 berbicara mengenai bagaimana manusia hanya bisa dibenarkan melalui iman atau anugerah Allah di dalam Kristus. Oleh sebab itu di dalam Rom 3:1-10 dinyatakan bahwa manusia telah berdosa secara totsl di dalam hidupnya dan dalam ayat 11-21 dinyatakan bahwa Taurat tidak bisa membenarkan. Di dalam Rom 3:20 dinyatakan, “Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa”, kemudian barulah dalam ayat 21 dinyatakan, “Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi”. Hal ini disebabkan oleh karena tidak ada perbedaan (ayat 22) yaitu semua manusia telah berdosa (23). Dan di dalam ayat 24-25 digambarkan bahwa semua manusia telah dibenarkan oleh kasih karunia secara cuma-cuma melalui penebusan di dalam Yesus Kristus karena Kristus Yesus ditetapkan Allah sebagai jalan pendamaian orang percaya yang merupakan ketetapan Ilahi yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, jika kita perhatikan pembenaran oleh anugerah atau iman di dalam kasih karunia Allah dimunculkan lagi pada pasal 4 dengan mengambil contoh Abraham. Abraham dibenarkan oleh Allah bukan karena mengerjakan Taurat, tetapi oleh karena iman. Dalam Roma 5:1-11 dinyatakan bahwa manusia dibenarkan, ditebus, dan diperdamaikan. Di dalam Rom 5:8-10 dinyatakan, ”Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya”.

Kemudian di dalam Rom 6 dinyatakan bahwa orang yang sudah dibenarkan memiliki hidup yang secara total harus dipersembahkan kepada Allah dan hidup di dalam kekudusan. Artinya, dibenarkan atau sudah benar secara status menghasilkan pembenaran yang bertumbuh terus yang menghasilkan hidup yang semakin suci. Dalam Rom 6:12-23 dinyatakan, ”Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran”.

Di dalam pasal 7 ada kontradiksi. Daging bertentangan dengan Roh sehingga manusia hidup yang kontradiksi. Maksudnya adalah manusia tidak bisa sepenuhnya mencapai apa yang baik yang Allah kehendaki.(ayat 19-20, ”Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku”). Di dalam ayat 24 Paulus mengatakan, ”Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini” tetapi kemudian di dalam ayat 25, ia berkata, ”Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita”.

Itulah sebabnya, di dalam pasal 1-3 kita melihat ada konsep teologia dimana manusia yang berdosa not able not to sin---tidak mampu untuk tidak berdosa. Tetapi oleh karena anugerah, dari pasal 3:20 sampai pasal 7 ada pemahaman teologia dimana orang yang sudah beriman able not to sin---dimampukan untuk tidak berdosa. Barulah kita mencapai puncak, di dalam pasal 8, yang memaparkan bagaimana kekayaan Allah yang penuh yang diberikan kepada kita. Dan dalam bingkai inilah kita akan membahas the adequacy of God---kecukupan Allah bagi umatNya.

Di dalam pasal 8 Paulus seolah-olah kembali membicarakan apa yang terdapat di dalam pasal 5:1-11. Ayat 1 dari pasal 5 berbicara bahwa orang yang dibenarkan diperdamaikan, dan orang yang diperdamaikan diselamatkan. Hal inilah yang diulang Paulus kembali lalu muncullah soal keselamatan dengan pembenaran (pasal 5:8-11). Jika kita perhatikan Rom 8:1-30, kita melihat pada bagian ini Paulus membentangkan kecukupan kasih karunia Allah untuk menyelesaikan seluruh rangkaian keadaan yang sulit dalam diri manusia. Di sini dipaparkan dengan jelas oleh Paulus permasalan manusia. Pertama, oleh anugerah Allah, rasa bersalah dan kuasa dosa yang ada di dalam diri manusia diselesaikan(1-5); kedua, fakta maut (6-13); ketiga, ketakutan untuk menghadap kekudusan Allah (15-16); keempat, kelemahan dan keputusasaan saat menghadapi penderitaan (17-25); kelima, kelumpuhan dalam doa (26-27); keenam perasaan bahwa kehidupan itu tidak berarti dan tidak memiliki pengharapan (28-30). Dalam setiap permasalahan yang kita miliki, seperti yang Paulus paparkan, Allah cukup bagi kita untuk menyelesaikan semua hal tersebut.

Ada empat karunia yang diberikan oleh Allah sehingga kita berani berkata bahwa Allah cukup bagi kita. Pertama. Pembenaran. Karena pembenaran yang dilakukan oleh Allah bagi umatNya tidak ada lagi penghukuman (ayat 1). Karya Allah yang mebenarkan cukup untuk membebaskan kita dari maut. Itulah sebabnya tidak ada Injil plus. Pembenaran bukan karena Injil plus seperti bapis selam atau yang lain. Kedua, karunia Roh Kudus. Di dalam ayat 4-27 kita melihat bahwa Roh Allah diberikan bagi kita sehingga kita menjadi anak-anak Allah dan kita menjadi milik Kristus dan oleh Roh itulah kita bisa bersaksi bahwa kita adalah anak-anak Allah. Status baru sebagai anggota Kerajaan Allah merupakan karunia Allah yang ketiga. Ini adalah karunia yang luar biasa. Bagi kita Allah cukup untuk menyelamatkan dengan RohNya yang menguatkan, menyertai, memateraikan, menghiburkan, dan berdoa bagi kita ketika kita tidak mampu. Dan karunia keempat adalah adalah ada keterjaminan/keamanan kini dan selamanya (28-30).

Karena itu, status kita sebagai orang yang sudah dibenarkan dan ditambah dengan dinamika rohani oleh pekerjaan Roh bagi orang percaya ditambah dengan identitas sebagai anak-anak Allah dan ditambah dengan hidup yang terjamin bersama dengan Allah, membuat kita memahami bahwa kecukupan Allah cukup bahkan lebih dari cukup bagi kita. Hal ini juga lebih daripada cukup untuk mendukung orang kita sebagai orang Kristen apapun persoalan hidup kita. Dengan demikian ketika banyakpun persoalan atau tantangan di dalam hidup kita ingatlah status, dinamika, identitas, dan keterjaminan hari ini sampai selama-lamanya oleh karena Kristus membuat kita berkata bahwa kecukupan Allah cukup bagi kita.

Ada berbagai kemungkinan persoalan yang dihadapi orang. Apakah kehilangan pekerjaan atau sahabat demi integritas; orangtua, anak-anak atau pasangan yang mengecewakan, kesehatan dan keterbatasan jasmani yang serius, merasa orang asing di rumah atau tempat kerja karena iman, kehilangan orang yang dikasihi, merasa Allah tidak memperhatikan, kesulitan ekonomi, usaha bangkrut, PHK, dimarginalkan, difitnah, dikecewakan orang lain dll, kita berani berkata bahwa Allah cukup bagi kita---The adequacy of God is enough for us!

Dalam Rom 8:31-39, ada empat pemikiran utama. Pertama, kalau Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita (31)? Kedua, bagaimana mungkin Dia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama dengan Kristus (32)? Ketiga, siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah (33-34)? Keempat, siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus (35-36)? Dan keempat pemikiran ini akan kita lihat lebih dalam.

Allah Dipihak Kita.
“Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita.” (ay 31)

Berbicara mengenai Allah dipihak kita akan menimbulkan pemahaman mengenai Allah yang cukup untuk diandalkan, di mana tidak ada lawan yang pada akhirnya dapat menghancurkan kita (Kel.34:6; Yes.46:9-10)? Selama Allah dipihak kita, maka tidak ada satu kuasapun yang mampu menggeser kita. Hal ini harus dimiliki oleh anak-anak Tuhan. Kata ‘di pihak kita’ menyatakan komitmen dalam perjanjian (covenant) Allah yang tidak pernah dibatalkan oleh Allah (Kej.17:1,7-; Mzm.56:10. bd. Kel.3:12; Yosua.1:9 ‘Allah menyertai’). Allah cukup sebagai pembela kita. Karena itu mari lebih mengarahkan pandangan kepada Allah dari pada kekuatan para musuh dalam kehidupan. Kegagalan kita sehingga tidak bisa berkata: ”Kecukupan Allah cukup bagiku!”, adalah karena kita lebih fokus pada persoalan dan musuh yang akhirnya melemahkan dan membuat kita kecut. Allah tidak pernah menjanjikan hidup tanpa masalah atau persoalan dan tantangan, tetapi Dia menjanjikan penyertaan dan kekuatan bagi anak-anakNya dalam menghadapi masalah tersebut (1 Kor.10:13; Flp.4:13). Kecukupan Allah dalam persoalan hidup dan menghadapi musuh, - jangan pandang betapa besarnya kekuatan musuh, tetapi lihat dan andalkanlah betapa besarnya kuasa Allah yang dipihakmu. Jika berfokus kepada persoalan dan kekuatan musuh, maka hal itu akan membuat kecut dan melemahkan iman dan semangat kita.

Kebaikan Allah Tidak Ditahan
"Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia" (ay 32)

Mari kita perhatikan ayat ini. Allah tidak menahan kebaikanNya. Allah sebagai dermawan yang maha kuasa. Perhatikan, di sini tampak dua pribadi Allah mampu melakukan kedermawananNya. Dia yang sangat dermawan, sekaligus Allah yang tidak menahan kebaikan dan kepastian karya penebusanNya. Salib adalah puncak pengorbanan terbesar (AnakNya yang tunggal). Rom 5:8 berkata, ”Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”. Tidak ada karunia kasih yang melampaui hal ini – Yesus menyerahkan nyawa untuk memberi apa yang paling kita butuhkan yang paling berharga dan penting di dalam hidup kita melalui kematian dan kebangkitanNya. Dengan pemahaman seperti ini, maka ketakutan dan kekuatiran kita bisa hilang. Allah pemilik segala sesuatu, penuh kasih yang dermawan dan mahakuasa untuk menyatakan segala kebaikanNya. Allah yang menyerahkan diriNya bagi kita, merupakan jaminan bahwa ‘segala sesuatu’ akan diberikan. Kristus dan ‘segala sesuatu’ berjalan bersama-sama seperti ramuan dalam satu karunia tunggal. Ketika Allah memberikan keselamatan itu, maka semua berkat dan semua yang Allah janjikan ada di dalam Kristus. Panggilan, pembenaran dan pemuliaan umat Allah (ay 30) mencakup segala sesuatu dari kelahiran baru sampai kebangkitan tubuh, semuanya telah disebutkan dan disediakan oleh Allah (bd. Mt.6:33; Mrk.10:29-30).

‘Segala sesuatu’ berarti segala sesuatu yang baik menurut Allah, sebab hikmat dan kuasaNya yang tak terbatas memandu kemurahan hatiNya. Hal ini harus kita sadari karena sering sekali kita menjadikan konsep kita menjadi konsep Allah. Allah lebih tahu apa yang lebih tepat dan berguna bagi diri kita. Sama seperti anak kecil yang minta silet kepada bapanya. Siapa bapa yang tega memberikannya. Oleh sebab itu, kita harus mengevaluasi jangan-jangan permintaan kita itu berbahaya bagi kita. Hal inilah yang dikatakan Yakobus, jangan-jangan apa yang kita minta itu memuaskan hati kita dan ketika itu terjadi jangan-jangan kita semakin jauh dari Tuhan. Hikmat Allah dan kemahakuasaan Allah yang tidak terbatas itu cukup untuk memandu kita. ‘Segala sesuatu’ juga dalam waktu dan caranya Allah bagaimana Dia menggenapinya dalam kehidupan kita. Inilah bukti yang menunjukkan kecukupan Allah bagi orang percaya.

Tidak Ada yang Menggugat Kita
"Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? 34Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita." (ay 33)

Tidak ada gugatan yang dapat membatalkan warisan kita sebagai Anak Allah oleh siapapun dan apapun. Kecukupan Allah sebagai Pemenang yang mahakuasa dan kepastian keputusanNya dalam membenarkan kita tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun (bd. Rom.5:1-2). Ini akan menghapus ketakutan atas penolakan Allah – Allah tidak akan menolak kita. Jika kita betul-betul lahir bari, sejauh manapun kita berdosa Allah tidak pernah menolak kita jika kita datang kepadaNya. Keselamatan kita tidak akan pernah diragukan. Tetapi ingat, Dia juga hakim yang adil. Ada 2 jenis hati nurani yang sakit dalam dosa. Pertama, dia tidak sadar bahwa dia berdosa. kedua tidak sadar bahwa dosanya sudah diampuni. Dua hal ini berbahaya.

Paulus melihat betapa mudahnya hati nurani orang dibawah tekanan dosa dan kegagalan akan meragukan pengampunan Allah (Rom.7:14-25). Orang Kristen dapat gagal dan jatuh, dan hal tersebut adalah sesuatu yang menyedihkan. Tetapi Paulus menyangkal bahwa setiap pelanggaran saat ini bisa membahayakan status kita yang sudah dibenarkan. Artinya tidak seorangpun yang sudah dibenarkan berada dalam posisi peninjauan kembali. Mengapa hal ini bisa terjadi? Alasannya adalah yang dibenarkan Allah saat ini sudah dipilih sejak kekekalan berdasarkan kasih karunia Allah untuk mendapatkan keselamatan kekal. Adanya kedaulatan Allah dalam penghakiman. Dia, Sang Hakim telah membenarkan orang percaya dan tidak seorangpun dapat mengubah keputusan tersebut. Karya penebusan dan pembenaran Kristus yang sempurna ada bagi kita sebagai orang yang percaya (34. bd. Kis.5:31).

Tidak Ada yang Sanggup Memisahkan Kita
"Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? 36Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan." (ay 35)

Kasih dalam Kristus adalah kasih yang memilih, membenarkan dan memuliakan orang percaya. Inilah kecukupan Allah dalam segala sesuatu. Artinya adalah Allah cukup sebagai Penjaga kita (1 Ptr.1:5), Allah cukup sebagai tujuan hidup kita (Flp.3:8-14), dan Allah cukup untuk menjaga atau memegang kita, sehingga tidak ada satu kuasa apapun yang dapat merebut kita dari tanganNya (Yoh.10:28-29). Sebagai orang tebusan yang sudah dibenarkan tidak ada satu hal apapun baik maut, penderitaan, kelemahan, kekurangan, kegagalan atau kesengsaraan (35-36) yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah, bahkan kita lebih dari pemenang oleh Dia yang telah mengasihi kita (37). Tidak ada satu kuasa apapun yang cukup kuat untuk memisahkan kita dari Allah (38-39, ”38Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, 39atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”).

Jika demikian bagaimana? Pertama, memiliki Kristus tidah hanya cukup, tetapi lebih dari cukup---to have Jesus is not only enough but more than enough. Kita akan merasa puas jika memahami bahwa Allah telah memberikan yang terbaik bagi kita. Kecukupan Allah membuat kitabisa memahami hal ini dengan baik. Jadi, jika ada hal yang belum atau tidak akan pernah kita miliki tidak akan mengurangi sukacita atau ketenangan batin kita. Kecukupan Allah sempurna bagi kita semua. Having Jesus is more than everything. Maka seandainya jika masih ada hal yang belum atau tidak akan pernah kita miliki atau raih dalam hidup ini, hal itu tidak akan mengurangi sukacita, damai dan ketenangan jiwa kita. Kecukupan Allah menghiburkan, menguatkan dan memberi kedamaian sejati bagi umat-Nya. Apapun yang terjadi di dalam hidup kita, Allah cukup bagi kita.

Solideo Gloria!

No comments: