Wednesday, April 28, 2010

Eksposisi Rut 1 (2009) - Seorang Sahabat Tatkala Hidup Tak Kunjung Dirundung Malang (Rut Pasal 1)

[Kotbah ini dibawakan oleh Denni Boy Saragih, M. Div pada ibadah Mimbar Bina Alumni, Jumat 20 Februari 2009]


Selamat datang di dunia Ruth! Kita patut bersyukur ada Ruth di dunia ini karena jika tidak ada Ruth maka yang ada adalah Ruthless [bhs Inggris; Kejam]. Judul untuk MBA kali ini adalah “Seorang Sahabat Tatkala Hidup Tak Kunjung Dirundung Malang”. Mari kita mendahului renungan kita--- dari empat seri mengenai kisah Rut--- dengan membaca kisah Rut pasal 1.

Kita perlu memahami kitab Rut dalam konteks latar belakangnya. Di dalam ayat 1 dikatakan bahwa kisah ini terjadi pada zaman Hakim-Hakim. Ada ciri khas yang unik dari zaman Hakim-Hakim, yaitu orang Israel pada umumnya tidak setia kepada Tuhan. Di dalam Hakim-Hakim 2:11-13 dikatakan, ”11Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal. 12Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati TUHAN. 13Demikianlah mereka meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada Baal dan para Asytoret.” Kesalehan Boas, Naomi, dan Rut dalam kisah ini adalah kesalehan yang terjadi ketika zaman itu penuh dengan ketidaksetiaan kepada Tuhan. Setiap hakim muncul itu terjadi karena Tuhan menghukum Israel karena kefasikan mereka. Hakim-Hakim 3:7 mengatakan, ”Orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, mereka melupakan TUHAN, Allah mereka, dan beribadah kepada para Baal dan para Asyera”. Dan hal ini diulang dalam Hakim-Hakim 6:1, ”Tetapi orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN; sebab itu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Midian.”, dan di dalam Hakim-Hakim 13:1, ”Orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN; sebab itu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Filistin empat puluh tahun lamanya.” Dalam zaman dan para hakim yang tidak setia inilah Rut pasal 1 menceritakan tentang desa kecil yang bernama Bethlehem, dan sekelompok orang-orang yang tidak terkenal, yaitu Naomi - seorang yang tidak memiliki jabatan apa-apa, Boas yang hanya seperti saudagar kecil di kampung Bethlehem, dan Rut seorang asing yang belajar mengikut Tuhan. Suatu kisah yang sangat menghibur mengenai kesalehan di tengah-tengah kefasikan.

Sama dengan kisah dalam kitab Hakim-Hakim yang tidak menguatkan kita, kita menemukan pada masa sekarang banyak gereja yang memiliki pendeta-pendeta yang memiliki kisah yang tidak menyenangkan. Gereja-gereja yang ada tidak memiliki pelayanan yang hidup, dimana tidak ada kotbah yang baik. Tetapi seperti kisah Naomi, Rut, dan Boas, dalam situasi ini kita juga bisa dihibur. Jika kita bersedia terbuka, maka di gereja-gereja seperti kita kita akan menemukan iman yang tulus dan murni yang mencari Tuhan dalam bentuk sintua-sintua yang sudah sangat tua tetapi setia melayani. Penginjil Wanita yang tidak menjabat jabatan apapun tetapi setia melayani Tuhan dan jemaat-jemaat yang datang setiap minggu, berdoa, beribadah, dan melayani orang lain dengan setia walaupun mereka tidak terkenal. Kisah seperti ini persis terjadi di dalam kisah Rut. Orang-orang kecil yang berada di tengah kebobrokan tetapi terus menjadi gambaran kesetiaan Tuhan.

Secara garis besar tema dari kitab Rut adalah kita melihat bagaimana kesaksian orang-orang yang kecil bagi Tuhan dan Tuhan melakukan hal-hal yang besar bagi mereka. Kelak kita akan melihat dari keturunan orang-orang kecil yang setia seperti inilah lahir Daud dan Yesus Kristus, sang Juruselamat dunia. Kisah yang sangat besar yang dimulai dari kisah kecil di desa kecil yang bernama Betlehem.

Ada tiga hal yang bisa kita renungkan dalam kitab Rut ini. Pertama adalah mengenai Naomi yang dirundung malang (1-6). Kedua adalah mengenai Ruth yang berkerudung cinta (7-18). Ketiga adalah Tuhan yang menenun karunia (19-22). Tuhan yang hadir dalam hakim-hakim yang hebat adalah Tuhan yang juga hadir dalam kehidupan wanita sederhana seperti Naomi. Kita juga akan merenungkan Ruth, seorang yang memiliki karakter yang setia yang merupakan gambaran kesetiaan Tuhan dalam wujud seorang perempuan Moab. Orang Israel melarang kawin dengan perempuan Moab, tetapi justru Ruth yang adalah orang Moab menjadi gambaran kesetiaan Tuhan. Sering sekali Tuhan melakukan sesuatu yang out of the box. Kenapa orang setia itu dan yang paling besar cintanya adalah perempuan Moab, seorang perempuan yang sebenarnya tidak mengenal Tuhan.

Naomi: Tak Kunjung Dirundung Malang (1-6)

Naomi memiliki arti baik atau menyenangkan. Tetapi si Naomi ini adalah perempuan yang tak kunjung dirundung malang. Pertama, dia bersama suaminya menghindari bencana kelaparan. Di sini digambarkan bagaimana mereka sedikit tidak setia atau kurang beriman kepada Tuhan. Mereka meninggalkan Israel yang adalah tanah perjanjian. Mereka merasa di tanah orang lain lebih menjanjikan. Kedua, Naomi---setelah menjadi janda---menikahkan anaknya dengan perempuan Moab. Dalam perjalanan hidupnya yang seperti itu, Naomi kehilangan suaminya di negeri orang. Kehilangan suami adalah sesuatu yang menyedihkan karena pada zaman dahulu kehilangan suami sama dengan kehilangan mata pencaharian utama. Bukan hanya itu, dia juga kehilangan kedua anaknya, yang telah menikah tetapi tanpa cucu meskipun telah 10 tahun menikah. Naomi kemudian menjadi janda dengan dua menantu di negeri orang. Yang menyakitkan lagi adalah sewaktu dia mengalami semua ini, ternyata Tuhan memberkati tanah Kanaan dengan kelimpahan. Dia pergi meninggalkan dengan maksud meninggalkan bencana tetapi yang ia temui adalah bencana dan yang sebenarnya ia tinggalkan adalah berkat. Sehingga kita melihat bahwa arti namanya yang baik atau menyenangkan sudah berubah. Ia meminta agar dipanggil dengan nama Mara atau pahit.

Mungkin di sekeliling kita juga kita melihat ada orang-orang yang memiliki kehidupan seperti Naomi. Apa yang dilakukan orang ketika mengalami apa yang dialami oleh Naomi ini? Mungkin ada persamaan tetapi ada juga perbedaan. Persamaannya yang pertama adalah orang yang megalami hal ini merasa bahwa apa yang menimpa dirinya merupakan hukuman Tuhan. Mulai mencari-cari apa dosanya. Yang kedua adalah terluka. Dan akibatnya adalah hal yang ketiga yaitu menghindarkan diri dari ingatan-ingatan akan kepahitan. Makanya, alasan Naomi kembali ke Kanaan adalah mungkin dia selalu teringat akan suami dan anaknya di negeri Moab itu. Tetapi ada juga perbedaan antara Naomi dengan orang lain. Naomi tidak jatuh ke dalam self-pity yang membuat dia menggantungkan dirinya kepada orang lain. Sering sekali kita menemukan seseorang yang mengalami bencana mengharapkan orang lain mendukung dia. Naomi berbeda. Ia mengasihi menantunya dengan melepaskan mereka untuk menemukan hidup yang lebih baik. Naomi dalam penderitaannya punya karakter tidak membebani menantunya dengan kesusahan hidup yang dialaminya. Mari belajar dari hal ini. Ketika kita dalam kesusahan jangan menjadikan diri kita menjadi beban bagi orang lain. Dalam kesusahan pun tidak berarti kita tidak mengasihi orang lain atau terlupu dari panggilan untuk mengasihi orang lain. Tetapi tentu saja yang paling menonjol dalam kisah ini adalah Ruth.

Ruth yang berkerudung cinta (7-18)

Ruth dalam ayat 7-18 menunjukkan kasih seorang menantu kepada mertua miskin yang menjanda. Mari melihat pilihan Ruth dan Orpa dalam bentuk perbandingan. Pertama adalah antara kesempatan menikah atau menjanda sampai tua. Kedua antara Orang Tua yang masih ada atau Mertua yang miskin dan tidak punya apa-apa. Ketiga antara Tuhannya atau Tuhannya Mertua. Keempat antara Bangsanya atau bangsa mertua. Dan keempat adalah antara Miskin atau kesempatan merubah nasib. Pilihan Orpa adalah pilihan yang wajar dan merupakan anjuran dari Naomi sendiri. Menurut kita pilihan yang baik itu sudah jelas yaitu meninggalkan Naomi dan memulai hidup yang baru.

Ayat 16-17 merupakan inti sari dari pasal 1 ini dan di sinilah terjadi ungkapan kasih Ruth kepada Naomi. Pilihannya jelas bahwa Ruth seharusnya meninggalkan Naomi tetapi Ruth memilih tidak meninggalkan Naomi. Ia berkata, "16Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; 17di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!" Biasanya kita mendengar kalimat terakhir ini hanya di dalam acara pernikahan, bukan hubungan antara mertua dan menantu. Tetapi di dalam kisah ini kita melihat bagaimana ungkapan yang biasanya untuk suami isteri itu diungkapkan dalam kasih Ruth kepada Naomi. Mengapa Ruth mampu memilih untuk mengikut Naomi? Inilah namanya cinta. Cinta bukan hanya bersama-sama dalam masa senang. Tetapi cinta adalah agave yang tidak mengharapkan balasan. Kasih berarti rela masuk dalam penderitaan orang yang kita kasihi. Hari ini kita ditantang untuk mengevaluasi seberapa besar kasih kita kepada orang-orang yang kita kasihi. Hal ini tergambar dari harga yang berani yang kita bayar buat mereka. Kasih tanpa komitment bukan kasih. Mari melihat hal ini dalam kisah C. S Lewis.

C. S Lewis adalah seorang atheis yang bertobat menjelang umur 50-an. Dia seorang yang berpikir terus. Saking nikmatnya berpikir dia lupa untuk asmara-asmaraan dan cinta-cintaan. Hampir sampai umur 50-an C. S Lewis belum menikah. Kemudian dia bertobat. Ketika dia bertobat, Tuhan juga memulihkan unsur asmaranya. Mulailah ia jatuh cinta. Dasar kutu buku, ia jatuh cinta pada seorang kutu buku, seorang wartawati dari Amerika. Mereka mulai menjadi sahabat pena. Mereka surat-surat dan berpacaran dan kemudian si wartawati yang adalah janda pindah ke London dan mereka berencana untuk menikah. Singkat cerita, sewaktu mereka mempersiapkan pernikahan, si wanita jatuh sakit. Mereka mengira karena kecapaian untuk mempersiapkan pernikahan. Di bawa kerumah sakit dan ternyata wanita ini terkena penyakit kanker dan umurnya tinggal enam bulan lagi. Pertanyaannya, jika anda menjadi C. S Lewis apakah anda akan lanjut untuk menikah atau berkata, ”Sudahlah! Mari menjalani enam bulan ini sebagai sahabat dan saya akan menolong kamu. Tidak perlu menikah. Buat apa memaksakan hal yang tidak bisa dipaksakan.”? Apa yang dilakukan CS Lewis? Ia tetap menikah dengan wanita itu. Seolah-olah ia berkata, ”Kaupun jika kamu harus meninggal, maka kamu akan meninggal sebagai Nyonya Lewis.”

C. S Lewis tetap menikah dengan wanita itu. Realita itu memang kejam. Setelah enam bulan menikah, maka meninggallah perempuan itu. C. S Lewis pernah menulis buku The Problem of Pain, satu analisis yang sangat logis dan sistematis mengenai sebab-sebab penderitaan dan pemecahannya. Lalu kemudian setelah isterinya ini dikuburkan dan C. S Lewis pulang ke Apartemennya yang hening dan sunyi maka ada kesunyian yang luar biasa dan dia berkata bahwa dalam penderitaan ketika dia paling membutuhkan Tuhan, kemanapun dia mengetuk, seolah-olah Tuhan tidak menjawabnya. Ia menulis buku namanya The Grief Observed, satu buku lain mengenai penderitaan yang berbeda sekali dengan bukunya yang pertama, The Problem of Pain. Buku ini ditulis dengan sangat emosional dan mengiris hati, tetapi merupakan satu buku yang sangat indah dan dalam dan sangat empatik menggambarkan apa itu penderitaan manusia.

Pertanyaannya mengapa C. S Lewis mau masuk ke dalam kehidupan isterinya? Mengapa ia rela mengalami apa yang dialami meskipun ia tahu bahwa dalam enam bulan kemudian ia akan mengalami penderitaan yang menyakitkan akibat keputusan menikah dengan isterinya. Apa jawabnya? Itulah cinta. Cinta yang rela masuk kedalam penderitaan orang yang kita sayangi. Bukankah ini yang telah dilakukan Yesus ketika Dia mengasihi dunia ini? Demi kasihNya kepada manusia Ia rela datang ke dunia dan mati di Golgota untuk membawa kita kepada keselamatan. Bahkan seorang teolog mengatakan kalau hanya satu orang saja yang berdosa dari bermilyard orang dimuka bumi ini, dan orang itu adalah anda, Tuhan Yesus rela datang ke dunia, menderita dan mati dengan cara yang sama di bukit Golgota untuk anda. Karena Dia mencintai anda dan kita semua dengan cinta yang dalam. Karena cintaNya itu, Dia rela masuk ke dalam dosa dan kejahatan kita. Martin Luther berkata bahwa kitalah yang sesungguhnya menyalibkan Yesus dan membuat Dia binasa. Oleh karena itu setiap orang Kristen membawa sebuah paku yang telah memaku Tuhan Yesus di atas kayu salib di dalam sakunya. Kita orang berdosa yang sangat hina dan tidak layak dicintai, tetapi Tuhan mencintai kita sebagaimana adanya karena itulah hakekat daripada agave, mengasihi dan rela masuk ke dalam penderitaan orang yang kita kasihi agar dengan demikian kita belajar mencintai sesama kita seperti Allah telah mencintai kita sebagaimana adanya kita.

Kasih Ruth adalah kasih seorang menantu kepada mertua miskin yang menjanda. Kasih kepada mertua yang kaya mungkin gampang, tetapi kasih kepada mertua yang miskin, janda serta tidak memiliki apa-apa itu adalah sesuatu yang sulit. Karena cintanya Ruth lebih memilih mendampingi mertuanya dan tidak meninggalkannya sendirian. Kesetiaan yang tidak memikirkan diri sendiri mendapatkan reward yang indah. Sungguh, dengan adanya Ruth maka hidup Naomi tidak lagi ruthless [kejam], tetapi hidup yang punya sahabat.

Ada dua pertanyaan refleksi bagi kita sebelum kita lanjut kepada Tuhan. Pertama apakah dalam hidup, anda bisa menemukan seorang’Ruth’ ketika dalam kesakitan? Jika ya maka hargai dengan sangat. Mungkin selama ini anda tidak menghargai dan berterima kasih kepada dia karena menurut anda dia sudah sewajarnya demikian. Biarlah pada sore hari ini jika ada seperti itu dalam hidupmu belajar mengapresiasi. Kedua, apakah anda adalah seorang ’Ruth’ bagi ’Naomi’ disekitar anda? Jika disekitar anda ada ’Naomi’ apakah dia akan merasakan kehadiran ’Ruth’ ketika anda hadir dalam hidupnya?

Tuhan yang menenun karunia (19-22).

Dalam kisah ini kita melihat Tuhan yang jalanNya melampau segala pikiran, rencana, dan pengalaman manusia. Tuhan melampui segala peristiwa kehidupan untuk membawa cinta dan keselamatan bagi mereka yang percaya padaNya. Bagi Naomi Tuhan memberikan Ruth dan bagi Ruth Tuhan menghadirkan seorang Boas. Pada saat yang sama membelokkan hidup mereka kepada tujuanNya. Tuhan tetap tersembunyi, tetapi sedang bekerja melalui kehidupan sehari-hari untuk memenuhi janjiNya bagi umatNya. Jika kita mereview kembali jalan-jalan Tuhan dalam kasus Naomi kita bisa melihat bahwa semuanya ityu adalah rancangan Allah yang indah dibalik kepahitan yang luar biasa. Jika Elimelekh dan Naomi tetap setia kepada Tuhan, maka mereka seharusnya tidak meninggalkan tanah Kanaan untuk pergi ke tanah Moab. Jika mereka tetap di tanah Kanaan, mungkin hidup Elimelekh lebih panjang. Jika hidup Elimelekh lebih panjang ia tidak akan mengijinkan anak-anaknya menikah dengan perempuan Moab. Jika anak-anaknya tidak menikah dengan perempuan Moab mungkin Ruth tidak akan menjadi janda dan tidak akan pulang ke Kanaan. Jika Ruth tidak pulang ke Kanaan, mungkin dia tidak akan ketemu dengan Boas. Tetapi jika Ruth tidak jatuh cinta pada Boas dan Boas tidak jatuh cinta kepada Ruth, maka mereka tidak akan menikah. Jika mereka tidak menikah maka tidak akan ada Isai, jika tidak ada Isai maka tidak akan ada Daud, jika tidak ada Daud maka tidak akan ada Yesus Kristus. Ini adalah sebuah cerita yang indah yang bisa kita pahami dari luar. Tetapi mungkin Naomi yang mengalami sendiri tidak bisa memahami seperti ini.

Tetapi cerita ini memberitahukan kita mengenai hikmat. Mari mengevaluasi hidup kita dan melihat cara Tuhan bekerja dalam hidup kita. Mungkin banyak hal yang kita alami, suka maupun duka, silih berganti mulai dari kita kecil sampai sekarang, mari kita evaluasi. Bukankah Tuhan sedang merangkai satu jalan yang indah sehingga kita menjadi apa adanya kita. Seorang hamba Tuhan pernah berkata, ”Jika aku bisa mengulangi hidupku sekali lagi, dua kali lagi, atau seribu kali lagi, aku akan tetap memilih mengikut Yesus, melayaniNya, dan menjadi Hamba Tuhan karena aku tidak pernah menyesalinya.” Beranikah kita berkata hal yang sama pada hari ini? Karena kita menghayati jalan Tuhan yang indah sejak kecil sampai sekarang, meski ada bagian dalam hidup kita yang tidak menyenangkan, tetapi ada satu penerimaan atau contentement bahwa kita tidak menyesal mengikut Tuhan dan menyadari bahwa Tuhan bekerja dalam ketersembunyianNya untuk memenuhi janjiNya bagi orang yang percaya kepadaNya.

Tiga pesan pada renungan hari ini. Pertama, ingatlah kekuatan Naomi. Ketika Naomi mengalami hidup yang kejam dan tak bermakna, dia tidak membebankannya pada orang disekelilingnya. Kedua, hayatilah kasih Ruth. Ruth memilih untuk mendampingi mertuanya, dan tidak meninggalkannya sendiri. Kesetiaan yang tidak memikirkan diri sendiri mendapatkan reward yang indah dari Allah. Ketiga, hiduplah dalam hikmat Allah. Tuhan mengubah tragedi Moab membawa akhir bahagia di Jerusalem.

Solideo Gloria!