Indrawaty Sitepu, MA
Hari ini kita akan belajar mengenai Musa seri yang kedua: The Heart Between Two Worlds---bagaimana seorang Musa, sang pemimpin umat, mengabdikan hidupnya bagi Tuhan dan sesama. Ini adalah kesempatan yang berharga untuk kembali melihat tokoh ini, seorang nabi yang besar dan hebat. Kita akan melihat lebih detail secara khusus bagaimana dia menjalani pergumulan dan tantangan sebagai pemimpin umat di hadapan Tuhan dan dihadapan umat sendiri. Bagaiman dia bisa berdiri di hadapan Tuhan dan di hadapan manusia.
Pada seri pertama kita melihat pemanggilan Musa. Begitu Musa bersedia memimpin bangsa Israel, kita bisa melihat apa yang terjadi kepada dirinya. Mari melihat Kel 5:1-14. Hal pertama yang dia hadapi adalah penolakan yang datang dari musuh, di mana Firaun dengan tegas mengatakan tidak mengenal Tuhan [ayat 2, ” Tetapi Firaun berkata: "Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga aku akan membiarkan orang Israel pergi.”]. Bahkan Firaun menuduh Musa dan Harun sebagai pengacau para pekerja rodi yang malas [ayat 4, ”Tetapi raja Mesir berkata kepada mereka: "Musa dan Harun, mengapakah kamu bawa-bawa bangsa ini melalaikan pekerjaannya? Pergilah melakukan pekerjaanmu!"]. Kemudian hal ini mengakibatkan penindasan bagi bangsa Israel lebih kejam dan lebih berat lagi (7-14). Padahal Musa dipanggil ke Mesir untuk memimpin bangsa Israel keluar dari penderitaan, karena penderitaan mereka sudah dilihat Tuhan dan Tuhan akan melepaskan mereka. Tetapi kenapa justru mereka semakin menderita. Pasti menjadi sebuah pergumulan yang berat bagi Musa. Tidak hanya sampai disitu saja. Jika kita melihat ayat 15-21 kita melihat hal kedua yang terjadi pada Musa dimana ia disalahkan dan diumpat (aya 21, ”lalu mereka berkata kepada keduanya: "Kiranya TUHAN memperhatikan perbuatanmu dan menghukumkan kamu, karena kamu telah membusukkan nama kami kepada Firaun dan hamba-hambanya dan dengan demikian kamu telah memberikan pisau kepada mereka untuk membunuh kami."). Hati Musa pasti hancur mendengar semua itu. Dia ingin menyelamatkan/menolong umat itu. Tetapi yang terjadi justru umat itu semakin berat penderitaannya. Musa dipersalahkan dan dituduh oleh para mandor Israel sebagai penyebab bertambah beratnya kerja paksa mereka. Dia diumpat dan dikutuk.
Pergumulan Musa tidak hanya sampai disitu. Masih banyak rentetan-rentetan kedepan yang akan kita lihat. Di dalam Bill 11:11-15 kita melihat adanya keputusasaan dan depresi. Dalam bagian ini umat tidak memperdulikan perjuangan Musa. Mereka meminta daging kepada Musa. Hal yang sangat sepele. Mereka juga membenadingkan dengan kehidupan mereka di Mesir. Mereka juga mengomentari soal manna. Oleh sebab itu Musa menyatakan semuanya di ayat 11, ” Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Mengapa Kauperlakukan hamba-Mu ini dengan buruk dan mengapa aku tidak mendapat kasih karunia di mata-Mu, sehingga Engkau membebankan kepadaku tanggung jawab atas seluruh bangsa ini?” Bisa saja Musa tidak ambil pusing dengan semuanya itu. Tetapi dikarenakan karakternya, Musa tidak bisa. Ia tidak tega melihat umat itu menangis. Musa protes kepada Tuhan, dan minta lebih baik Tuhan membunuhnya. Pada bagian ini,di dalam ayat 16 dan seterusnya, kita melihat bagaimana Tuhan menyelesaikan masalah ini.
Mari kita melihat Bil 11:28-29, ” Maka menjawablah Yosua bin Nun, yang sejak mudanya menjadi abdi Musa: "Tuanku Musa, cegahlah mereka!" Tetapi Musa berkata kepadanya: "Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Ah, kalau seluruh umat TUHAN menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi Roh-Nya hinggap kepada mereka!” Bagian ini diawali dengan bagaimana Musa diperintahkan Tuhan untuk mengumpulkan 70 orang tua-tua di kemah dan Allah memberikan sebagian dari Roh yang hinggap pada mereka. Kemudian ada dua, Eldad dan Medad, orang tidak ikut kupul dikemah, tetapi Roh itu juga memenuhi mereka. Inilah yang ingin dicegah oleh Yosua. Kita melihat bagaimana Musa berhadapan dengan orang-orang yang iri hati dan merasa diri penting. Bagi seorang pemimpin ada godaan untuk iri hati dan bisa berlaku dengan memanfaatkan wewenangnya, tetapi Musa tidak melakukannya. Mari kembali melihat pergulatan hati Musa di dalam Bil 12:1-4, ” Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush. Kata mereka: "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN. Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi. Lalu berfirmanlah TUHAN dengan tiba-tiba kepada Musa, Harun dan Miryam: "Keluarlah kamu bertiga ke Kemah Pertemuan." Maka keluarlah mereka bertiga.; 6-8, ”Lalu berfirmanlah Ia: "Dengarlah firman-Ku ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi. Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku. Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hamba-Ku Musa?"; 10-12, ”Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta, putih seperti salju; ketika Harun berpaling kepada Miryam, maka dilihatnya, bahwa dia kena kusta! Lalu kata Harun kepada Musa: "Ah tuanku, janganlah kiranya timpakan kepada kami dosa ini, yang kami perbuat dalam kebodohan kami. Janganlah kiranya dibiarkan dia sebagai anak gugur, yang pada waktu keluar dari kandungan ibunya sudah setengah busuk dagingnya."; 13, ” Lalu berserulah Musa kepada TUHAN: "Ya Allah, sembuhkanlah kiranya dia.” Sewaktu Musa disalah mengerti, dikata-katai dan disalah pahami, apa yang dilakukannya adalah berdoa mohon ampun buat orang itu. Akhirnya Miryam dan Harun sembuh. Jika kita dikata-katai oleh orang lain, apa yang menjadi doa kita bagi orang itu? Musa adalah seorang yang lembut hatinya di atas muka bumi ini. Kelembutan hatinya tidak tergoyahkan oleh apa yang orang lakukan kepadanya. Walaupun dia disalah mengerti, dia tidak membalasnya, justru dia berdoa bagi mereka.
Dalam Bil14:4-10 kita melihat situasi ketika pengintai pulang. Dikatakan disana, ” Dan mereka berkata seorang kepada yang lain: "Baiklah kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir." Lalu sujudlah Musa dan Harun di depan mata seluruh jemaah Israel yang berkumpul di situ. Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya, dan berkata kepada segenap umat Israel: "Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka." Lalu segenap umat itu mengancam hendak melontari kedua orang itu dengan batu. Tetapi tampaklah kemuliaan TUHAN di Kemah Pertemuan kepada semua orang Israel.. Yosua dan Kaleb menjadi penentang yang lain yang tidak yakin bisa merebut Kanaan. Lalu segenap umat berencana melempar keduanya dengan batu, lalu tampaklah kemuliaan Tuhan. Apa yang disusun oleh Musa untuk mengirim pengintai ke sana, dan untuk meudian menyusun strategi untuk merebut Kanaan, ditentang habis oleh umat, bahkan umat hendak melempari. Dengan kata lain, umat pada waktu ini bukan hanya bersungut-sungut tetapi juga menolak kepemimpinan Musa. Tidak mudah bagi seorang pemimpin yang telah mempertaruhkan hidupnya dan siap mati bagi mereka ditolak oleh umat. Untuk itu pun Musa tidak Mundur.
Mari melihat Bil 14:11-14, ” TUHAN berfirman kepada Musa: "Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku, dan berapa lama lagi mereka tidak mau percaya kepada-Ku, sekalipun sudah ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka! Aku akan memukul mereka dengan penyakit sampar dan melenyapkan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang lebih besar dan lebih kuat dari pada mereka." Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Jikalau hal itu kedengaran kepada orang Mesir, padahal Engkau telah menuntun bangsa ini dengan kekuatan-Mu dari tengah-tengah mereka, mereka akan berceritera kepada penduduk negeri ini, yang telah mendengar bahwa Engkau, TUHAN, ada di tengah-tengah bangsa ini, dan bahwa Engkau, TUHAN, menampakkan diri-Mu kepada mereka dengan berhadapan muka, waktu awan-Mu berdiri di atas mereka dan waktu Engkau berjalan mendahului mereka di dalam tiang awan pada waktu siang dan di dalam tiang api pada waktu malam. Seandainya kalimat ini datang kepada kita, apa respon kita. Musa berada di dalam posisi yang sulit. Umat mengabaikan dan menolak dirinya. Justru pada kondisi seperti itu Tuhan memberikan tawaran yang ’menarik’ kepada Musa. Tetapi Musa menolaknya dengan mengingatkan Tuhan akan janjinya kepada bangsa Israel. Ayat 15 dan 16 mengambarkan dengan jelas alasan Musa. Dikatakan disana, ” Jadi jikalau Engkau membunuh bangsa ini sampai habis, maka bangsa-bangsa yang mendengar kabar tentang Engkau itu nanti berkata: Oleh karena TUHAN tidak berkuasa membawa bangsa ini masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan bersumpah kepada mereka, maka Ia menyembelih mereka di padang gurun.” Ayat 19 juga dikatakan,” Ampunilah kiranya kesalahan bangsa ini sesuai dengan kebesaran kasih setia-Mu, seperti Engkau telah mengampuni bangsa ini mulai dari Mesir sampai ke mari."” Musa berdiri memohon ampun untuk ketegaran tengkuk bangsa Israel, yang menolak dirinya, agar mereka tidak dimusnahkan, bahkan ’mengingatkan’ Tuhan akan kasih karunia maupun karakter Tuhan. Heart between two worlds---hati yang sedemikian bergulat antara hati Tuhan dan permintaan umat. Akhirnya permohonan Musa didengarkan oleh Tuhan (ayat 20, ” Berfirmanlah TUHAN: "Aku mengampuninya sesuai dengan permintaanmu.) dan perjalanan pun dilanjutkan.
Perjalanan dilanjutkan bukan berarti segala sesuatunya berjalan dengan baik. Umat yang dibela mati-matian oleh Musa dihadapan Tuhan langsung berterimakasih kepada Musa. Bagian berikutnya adalah sesuatu yang menggenaskan. Mari melihat Bil 20:1-12. Peristiwa demi peristiwa, penolakan demi penolakan, sakit hati demi sakit hati, tintutan demi tuntutan, telah Musa lalui. Tetapi pada bagian ini, Musa menuai buah pahit dari kemarahannya. Ada lima tingkat kemarahan: 1) Kejengkelan yang ringan, 2) Kedongkolan, 3) Kegusaran, 4) Kegeraman, dan 5) Kemurkaan yang luar biasa. Jadi sangat mungkin, Musa berada pada tingkat kemurkaan yang luar biasa. Pada waktu ini mereka mengerumuni Musa minta air dan bertengkarlah bangsa Israel dengan Musa. Penolakan yang berulang terus pada Musa membuat ia kehilangan kesabaran dan menjadi murka bagi bangsa Israel. Dan hasilnya sangat menggenaskan. Ayat 12 mengatakan, ” Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: "Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka." Hati-hati dengan kemarahan. Musa yang adalah orang yang sangat lembut hantinya akhirnya marah dan akibatnya fatal.
Ada tiga poin yang bisa kita pelajari dari buah pahit kemarahan Musa.
1. Tindakan ketidaktaatan Musa berasal dari ketidak percayaan (12).
Tuhan tidak menyuruh Musa memarahi umat dan memukul batu, tetapi Musa marah dan memukul batu itu untuk mengeluarkan air (8, ” "Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul; katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya." ). Tetapi Musa melakukan berbeda (10-11, ” Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: "Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?" Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum.) Sering sekali jika kita tidak melakukan apa yang Tuhan katakan karena kita kurang percaya kepadaNya. Kita melakukan apa yang kita mau dan rancang karena kita kurang percaya kepada Tuhan.
2. Musa tidak meghormati kekudusan Allah.
Dengan melanggar apa yang Alah perintahkan, Musa tidak menghormati kekudusan Tuhan.
3. Walau diampuni konsekuensinya pasti ada.
Konsekuensinya adalah dia tidak bisa masuk ke tanah Kanaan. Sangat tragis. Sebuah perjalanan panjang, perjuangan yang sedemikian berat harus diakhiri dengan konsekuensi seperti ini. Di dalam Keluaran Musa meminta untuk pengampunan ini, tetapi Tuhan tidak mengijinkannya memasuki tanah Kanaan.
Apa refleksi semua ini untuk hidup kita.
• Pergumulan dan tantangan yang mana yang saudara hadapi dalam menjalani panggilan Tuhan selama ini? Apakah pergumulan disalahmengerti, sakit hati, putus asa, tertolak, depressi,.....?
• Bagaimana selama ini saudara menghadapinya?
• Apakah ada kemarahan yang saudara simpan?
Ingat Bil 20:12, sebagai sebuah peringatan bagi kita ! Allah kita adalah Allah yang punya standart akankekudusan. Sangat mungkin dunia ini membuat kita menurunkan standar kekudusan Allah, teapi Allah tidak pernah menurunkan standatnya. Standart yang ada pada Musa, itu juga yang menjadi standart bagi kita. Mungkin kita jauh dari Musa melihat kasih kepada jemaat, tetapi dari segi kemarahan dan tidak menghormati kekudusan Allah, sangat mungkin kita sama dengan Musa.
Solideo Gloria!
No comments:
Post a Comment