Wednesday, April 28, 2010

Eksposisi Rut 2 (2009) - Siapa Menyemai Kasih, Akan menuai Sayang (Rut Pasal 2)

[Kotbah ini dibawakan Denni Boy Saragih, M. Div pada ibadah Mimbar Bina Alumni, Jumat, 27 Februari 2009]

Tema pada hari ini diberi judul ‘Siapa Menyemai Kasih, Akan Menuai Sayang’. Hal ini berlaku bagi Rut yang menyemai kasih kepada mertuanya, Naomi, dan kepada Boas yang menyemai kasih kepada seorang perempuan asing yang bernama Rut. Rut pasal 2 ini dapat dibagi ke dalam tiga garis besar. Ayat 1-3 adalah mengenai kehidupan Rut dan Naomi yang di dalam kemiskinan dan bagaimana mereka mengalami pemeliharaan Tuhan. Ayat 4-17 berbicara mengenai Boas seorang yang kaya tetapi memiliki tangan yang bermurah. Kemudian ayat 18-23 berbicara mengenai sebuah harapan yang terbit dan benih cinta yang disemai.

Kemiskinan dan Pemeliharaan Tuhan

Dalam ayat 1-3 kita melihat adanya pemeliharaan Tuhan dalam bentuk Divine Ordered Society, artinya masyarakat yang diatur secara ilahi yang menolong orang miskin. Ini adalah satu konsep Perjanjian Lama mengenai umat yang telah ditebus oleh Tuhan yang memiliki aturan-aturan main dimana orang miskin memiliki tempat dan dipelihara. Rut dan Naomi berada di dalam kemiskinan. Rut dan Naomi tiba di Kanaan ketika musim menuai tiba. Rut berinisiatif untuk memungut bulir-bulir jelai yang jatuh. Memungut bulir-bulir jelai adalah tindakan orang miskin (untuk konteks masa kini kira-kira sama dengan mengemis). Penting bagi kita untuk memahami bukan saja tindakan Rut ini, tetapi aspek-aspek yang ada di belakang kemiskinan yang dialami Rut dan Naomi yang sebenarnya juga dialami oleh semua orang miskin yang ada di tengah-tengah dunia ini. Orang yang miskin adalah orang yang kehilangan kemampuan untuk menghidupi dirinya dan orang seperti ini adalah mereka yang biasa lapar. Kita bisa melihat Rut yang hanya bisa makan karena mengambil bulir jelai yang jatuh. Orang miskin bukan hanya menahan rasa lapar atau tidak mampu menghidupi dirinya tetapi juga kehilangan martabat dan kehormatan karena mereka hidup dalam belas kasihan. Karena itu, dalam kehilangan martabat dan kehormatan, orang miskin tidak segan-segan untuk mengemis. Mengemis berarti mengharapkan gerakan emosi belaskasihan orang untuk melihat keadaan mereka yang papa. Orang miskin juga cenderung kehilangan moral dan kompas kebaikan. Jarang orang miskin itu menjadi orang yang baik oleh karena mereka biasanya tergoda untuk kehilangan moral dan kompas kebaikan oleh karena kemiskinannya. Ada orang yang tega menjual anaknya karena kemiskinan dan ada orang yang mau melacurkan dirinya oleh karena dia miskin. Apa yang ingin dikatakan adalah bahwa dalam negara manapun kemiskinan bisa menjadi sesuatu yang sangat kejam sehingga manusia turun derajatnya seperti binatang. Tiap kali kita melihat manusia, kita perlu melihat mereka sebagai orang-orang yang diciptakan sebagai gambar dan rupa Allah dan hal ini tidak hanya berlaku bagi alumni-alumni pelayanan, bukan orang kaya tetapi juga bagi mereka yang mengemis dipinggir jalan. Mereka sama dengan kita. Mereka itu mulia karena diciptakan menurut gambar dan rupa Allah secara sejati.

Karena itu, dalam satu masyarakat yang sudah ditebus oleh Tuhan, Tuhan mengatur bagi Israel bagaimana cara memanen dengan mempertimbangkan tempat orang miskin dalam penghasilan mereka. Sebenarnya, apa yang Rut lakukan punya latar belakang dalam kitab Imamat. Dalam Imamat 19:9-10 dikatakan, ”9Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu. 10Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.” [band Imamat 23:22, ”Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu, semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.”]. Ini adalah Divine Ordered Society, di mana orang miskin memiliki tempat untuk mendapatkan remah-remah untuk memelihara hidup mereka. Orang miskin dan dan orang asing tidak diabaikan dalam satu masyarakat yang tercipta oleh penebusan yang dari pada Tuhan. Ulangan 24:19 berkata hal yang sama, ”Apabila engkau menuai di ladangmu, lalu terlupa seberkas di ladang, maka janganlah engkau kembali untuk mengambilnya; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu.”

Jika kita bayangkan dalam konteks sekarang mungkin agak susah karena kita tidak memiliki berkas-berkas dari ladang. Tetapi kita mungkin bisa merenungkan bukan dalam bentuk teologia ’berkas yang tersisa’ tetapi teologia ’uang receh’. Mari merenungkan bagaimana kita mulai mengambil bagian dalam teologia ’uang receh’ di mana uang yang sebenarnya jika kita kumpul-kumpul menjadi berharga, tetapi tidak seberharga bagi mereka yang kelaparan dan tidak bisa makan. Sama seperti berkas-berkas yang terjatuh dalam kisah Rut. Berkas ini berharga apalagi dikumpulkan tetapi dalam masyarakat yang diatur oleh Allah ada tempat untuk seperti ini.

Hal ini mencerminkan karya keselamatan dalam umat yang ditebus oleh Allah—bangsa Israel—memiliki impilikasi dalam hal sosiologis. Ini artinya keterlibatan orang kristen harus masuk dalam menciptakan keberpihakan bagi orang miskin dan korban orde sosial. Dengan kata lain keselamatan memiliki dampak untuk memanusiakan manusia. Keselamatan membuat manusia masuk dalam satu hakekat bahwa kita, orang miskin dan orang yang di pinggir jalan adalah saudara dan kita harus berbuat sesuatu untuk mereka. Tuhan menghendaki, dalam masyarakat yang Tuhan ciptakan melalui penebusan, berbuat sesuatu bagi orang miskin dan kelaparan.

Kemiskinan dan Pemeliharan Tuhan

Pemeliharaan Tuhan dan kemiskinan selain mengandung unsur general—bahwa Allah menghendaki orang-orang miskin mendapat tempat dalam keselamatan yang Ia lakukan, bahwa keselamatan bukan hanya sekedar ’mati lalu masuk Sorga’ tetapi berimplikasi kepada persoalan sosial di sekeliling kita—tetapi juga keselamatan di dalam pengertian orang-orang yang Tuhan selamatkan secara khusus merasakan kehadiran Allah di tengah-tengah hidup mereka meskipun mereka mengalami kemiskinan. Kita melihat bahwa dalam orde sosial Tuhan hadir dalam providensia.

Dalam Rut 2 ini ada ayat yang memang sepertinya merupakan pelebaran dari makna kebetulan. Dalam ayat tiga dikatakan, ”Pergilah ia, lalu sampai di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit; kebetulan ia berada di tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh.” ’Kebetulan’ dalam ayat ini adalah ’kebetulan’ yang luar biasa karena ladang dalam masa Rut ini tidak memiliki batas yang jelas antara ladang yang satu dengan yang lain (berbeda dengan ladang sekarang yang memiliki batas yang jelas berupa pagar). Sehingga sewaktu Rut memungut jelai-jelai yang terjatuh dikatakan ”kebetulan ia berada di tanah milik Boas”. Ada kebetulan yang lain yang dapat kita lihat seperti: Kebetulan Boas adalah saudara Elimelek, Kebetulan waktu itu musim memanen, Kebetulan pelayan-pelayan Boas baik dan membiarkan Rut memanen, dan Kebetulan Boas datang dan melihat Rut. Banyak kebetulan yang terjadi dalam kisah Rut ini.

Banyak orang memiliki teologia bahwa kebetulan itu tidak ada. Tetapi yang sebenarnya adalah kebetulan itu memang ada [mengenai hal ini dapat dibaca lebih jelas lagi dalam resume MBA mengenai Providensia. Silahkan mengunjungi blogspot MBA---edt]. Kita harus selektif dan kita percaya bahwa Tuhan hadir dalam berbagai kebetulan yang ada dalam hidup ini. Tuhan dapat memakai berbagai kebetulan untuk mencapai apa yang Dia inginkan. Dengan kata lain, dalam konteks kita, Tuhan mempertemukan Rut dengan Boas melalui rencananya yang indah. Kita harus terbuka dengan kebetulan yang Tuhan ciptakan. Kebetulan-kebetulan yang ada bisa kita hayati sebagai cara Tuhan untuk menyatakan rencanaNya atau mempertemukan dua hati yang berbeda. Dalam kebetulan-kebetulan yang ada, providensia Allah tidak mengabaikan keaktifan manusia untuk melakukan bagiannya.

Boas: Tangan yang Bermurah

Dalam ayat 4-17 kita melihat deskripsi-deskripsi dari karakter Boas yang menggambarkan bahwa ia adalah seorang majikan yang kaya tetapi rohani dan baik budi. Pertama dari cara dia menyapa pekerja-pekerjanya. Dalam ayat 4 dikatakan, ”Lalu datanglah Boas dari Betlehem. Ia berkata kepada penyabit-penyabit itu: "TUHAN kiranya menyertai kamu." Jawab mereka kepadanya: "TUHAN kiranya memberkati tuan!” Boas menyapa pekerja-pekerjanya dengan cara yang rohani. Dan kelihatan bawahannya juga cukup rohani dengan membalas sapaan Boas dengan cara yang sama. Kedua, di dalam ayat 5-7 kita melihata bahwa bawahannya bukan hanya tampil rohani tetapi juga adalah orang-orang yang baik budi . Kita melihat bagaimana bawahan Boas mengijinkan Rut untuk mengutip di ladang Boas. Walaupun hal ini sudah Tuhan atur, bukan berarti semua pengusaha di Israel demikian. Data-data menunjukkan bahwa tidak semua pengusaha melakukan apa yang telah Tuhan perintahkan dan data juga menunjukkan bahwa tidak sedikit bawahan yang memukuli para pengutip berkas yang terjatuh. Ketiga, dalam ayat 8-9 kita melihat mengenai kebaikan Boas kepada orang asing. Keempat, dalam ayat 11-12 kita melihat bagaimana ketika Boas berbicara dengan Rut, ia menghargai pengorbanan dan komitmen Rut terhadap Naomi. Kelima, dalam ayat 14 kita melihat bagaimana Boas makan dengan pekerja-pekerjanya. Dan ia juga makan bersama dengan orang asing—Rut. Keenam, dalam ayat 15-16 kita melihat bagaimana Boas memberikan perlakukan khusus terhadap Rut sehingga Rut bisa mendapatkan penghasilan yang berlimpah pada hari itu. Dikatakan Rut mendapat seefa jelai dan jumlah ini sama dengan 36 liter dan sama dengan gaji pria dalam satu bulan. Hal ini terjadi karena Boas mengenal Naomi dan tahu siapa Rut dan mengenal mereka sebagai orang asing, maka Boas membuka hatinya selebar-lebarnya dan menunjukkan kemurahan hatinya yang luar biasa sehingga bukan hanya ‘recehan’ yang diberikan tetapi suatu hasil yang sangat besar.

Hal ini adalah satu panggilan bagi pengusaha. Bagaimana kita berpikir dan mendoakan agar ada pengusaha lebih kristiani dan orang kristiani jadi pengusaha. Ini adalah kombinasi yang sulit. Ada pengusaha tetapi kurang Kristiani dan ada seorang kristiani tidak bisa jadi pengusaha karena hidupnya sangat sedehana. Kita harus agresif mencari uang agar uang itu bisa dipergunakan secara kristiani dan dipersembahkan bagi Tuhan. Kita mencari uang bukan karena ingin punya rumah yang besar atau mobil yang bagus. Oleh karena itu, ini adalah tantangan bagi kita, apa yang kita lakukan jika Allah mememberikan kita uang 1 milyar rupiah pada hari ini. Apa yang terpercik dalam pikiran kita? Apakah pergi jalan-jalan ke luar negeri atau membeli mobil yang bagus? Mari kita menjadikan pertanyaan ini menjadi pertanyaan purification (menguduskan kita). Mari mengambil waktu yang lebih lama dan dalam untuk menjawab pertanyaan seandainya kita punya uang 1 milyar, bagaimana kita menggunakannya secara kristiani?

Apa yang bisa kita buat bila lebih banyak pengusaha kristen yang budiman? Seperti Boas dimana dengan adanya Boas maka orang miskin seperti Rut bisa menikmati 36 liter jelai. Jika banyak orang Kristen yang murah hati maka kita akan bersyukur jika ada sekolah yang bermutu bagi kaum pinggiran sehingga ’Enstein’ yang tinggal di pinggiran bisa mendapat pendidikan yang baik karena mereka berhak mendapat pendidikan yang sama baiknya dengan sekolah untuk mereka yang memiliki banyak uang, akan semakin banyak rumah sakit yang lengkap untuk orang miskin karena mereka juga membutuhkannya, akan semakin banyak perumahan yang manusiawi dan murah sehingga semua manusia bisa berteduh dari panas dan hujan, akan ada makanan dan tempat berteduh bagi gelandangan, akan penggajian yang mensejahterahkan bagi para buruh sehingga tidak jomblang dengan gaji pengusaha, dan akan harga yang baik bagi petani, nelayan dan peternak yang tidak mengintimidasi, menekan, dan mengeksploitasi mereka. Semua ini mungkin terjadi jika ada pengusaha yang kristiani dan murah hati.

Sebuah Harapan

Mari kita perhatikan ayat 18-23. Ayat kunci dalam bagian ini adalah ayat 20b, dimana dikatakan di sana, ”Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita." Apa artinya? Ternyata di dalam PL ada juga pengarturan Allah bagi tanah yang dijual. Perhatikan Ul 25:5-6, ”5Apabila orang-orang yang bersaudara tinggal bersama-sama dan seorang dari pada mereka mati dengan tidak meninggalkan anak laki-laki, maka janganlah isteri orang yang mati itu kawin dengan orang di luar lingkungan keluarganya; saudara suaminya haruslah menghampiri dia dan mengambil dia menjadi isterinya dan dengan demikian melakukan kewajiban perkawinan ipar. 6Maka anak sulung yang nanti dilahirkan perempuan itu haruslah dianggap sebagai anak saudara yang sudah mati itu, supaya nama itu jangan terhapus dari antara orang Israel” Hal ini bersamaan dengan imamat 25:25, ”Apabila saudaramu jatuh miskin, sehingga harus menjual sebagian dari miliknya, maka seorang kaumnya yang berhak menebus, yakni kaumnya yang terdekat harus datang dan menebus yang telah dijual saudaranya itu.” Dengan kata lain, pertama, Rut, dalam konteks umat yang telah Allah tebus, memiliki peluang dan harapan jika ada orang yang menebus tanah yang telah dijual Elimelekh ketika mereka akan berangkat ke Moab. Kedua jika ada kerabat yang mengambil Rut sebagai isterinya dan Rut tidak perlu menjadi janda miskin. Siapakah yang mau menebus Rut? Naomi mengatakan tentang Boas, ”Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita.” Artinya adalah Naomi ingin mengatakan bahwa Boas adalah calonnya Rut dan dia bisa menebus mereka agar terlepas dari kemiskinan.

Di sini ada indikasi benih cinta dari Boas kepada Rut dan benih cinta dari Rut kepada Boas. Benih cinta berawal dari kekaguman karakter dari Boas kepada Rut. Boas kagum kepada komitmen Rut kepada Naomi. Dia juga kagum dari kesopanan Rut untuk minta izin serta dari ketekunan Rut yang bekerja sejak pagi. Karakter-karakter Rut telah memberikan sinyal-sinyal positif kepada Boas. Dan sebenarnya, walaupun secara implisit, benih cinta juga tumbuh di hati Rut. Apa kira-kira yang menumbuhkan benih cinta di hati Rut? Pertama adalah karakter Boas yang budiman dan murah hati. Kedua adalah perhatian Boas kepada Rut. Ketiga adalah hubungan Boas dengan keluarga Elimelekh.

Melalui kisah ini kita belajar bagaimana sebuah harapan dan benih cinta yang disemai dari satu pemilihan pasangan yang sangat luhur. Bagaimana kita memulai benih cinta kita? Apa yang pertama sekali menjadi benih cinta dalam hubungan kita? Ada empat level orang memiliki pasangan. Level pertama adalah orang yang memilih pasangan dengan level Pra-Hewani yang memilih pasangan karena uang. Level kedua adalah level Hewani yaitu memilih pasangannya karena daya tarik fisik dan seks. Level ketiga adalah level Manusiawi dimana orang memilih pasangannya karena daya tarik kemampuan seperti prestasi, kemampuan, pekerjaan, dan latar belakang. Level keempat adalah level Rohani yaitu orang memilih pasangan dikarenakan karakter dan kedekatan dengan Tuhan. Level keempat ini adalah level tertinggi dan pada level inlah seharusnya kita berada.

Siapa menyemai kasih, akan menuai sayang. Tiga hal yang telah kita renungkan, pertama Rut dan Naomi dalam kemiskinannya mengalami pemeliharan Tuhan melalui masyarakat yang Tuhan atur dan melalui pemeliharaan Tuhan secara khusus. Kedua, Boas seorang pengusaha yang memiliki tangan yang bermurah, dan ketiga melalui pertemuan Rut dengan Boas ada sebuah harapan yang terbit dan benih cinta yang disemai oleh karena kekaguman karakter yang satu dengan yang lain.

Apa yang menjadi aplikasi bagi kita? Pertama adalah bagaimana menjadikan keselamatan anda meresap dalam kehidupan sosial kita? Kedua, apakah yang bisa anda lakukan untuk menghadikan seorang kaya yang dermawan dan kristiani? Ketiga, apa yang dapat anda lakukan agar cinta anda bertumbuh dalam nilai dan keagungannya?

Soli Deo Gloria!

No comments: