Tuesday, November 1, 2011

[Eksposisi Wahyu] Surat Kepada Jemaat di SMIRNA

(Wahyu 2:8-11)

Iventura Tamba, ST


Hari ini kita akan belajar mengenai surat Kristus kepada Jemaat di Asia Kecil dan kita akan mulai dari Jemaast di Smirna. Tema yang tepat untuk surat kepada Jemaat di Smirna ini adalah ‘setialah’.

Ada empat alasan mengapa saya memberi judul ‘setia’untuk surat kepada jemaat Smirna ini. Pertama, ‘setia’ adalah sebuah tema yang sangat eksekutif. Kesetiaan pada masa sekarang sesuatu yang seperti barang yang mahal dan mewah dan sesuatu yang langka untuk ditemukan dalam masyarakat Indonesia bahkan dunia. Ketika kita menyaksikan berita di televisi, kita berhadapan dengan berita ketidaksetiaan apakah itu di pernikahan, politik, keluarga, atau lainnya. Kedua, setia dalam masa sukar adalah sesuatu yang mudah dilakukan. Tetapi setia dalam duka dan derita yang panjang dan berat adalah sesuatu yang sulit bahkan mustahil. Ketiga, kesetiaan untuk memperjuangkan ambisi dan mendatangkan keuntungan kepada kita (karir, harta, dll) adalah sesuatu yang gampang untuk dilakukan. Tetapi bagaimana jika kesetiaan itu masuk ke dalam sesuatu yang dianggap orang tidak sesuai dengan zaman ataupun keinginan sekarang? Setia berjuang sampai berhasil demi sesuatu yang dunia mengerti relatif mudah tetapi menderita demi sesuatu yang dunia tidak pahami, yang dunia tidak mengerti, yang dunia tertawakan, yang dunia tolak, karena alasan setia adalah Kristus, membutuhkan anugerah Ilahi. Dan keempat, Setia di tengah-tengah inabsensia ancaman (tanpa kehadiran ancaman terhadap kelangsungan hidup) relatif gampang, tetapi setia ditengah-tengan ancaman terhadap kenyamanan hidup bahkan ancaman terhadap kelangsungan hidup dan nyawa, membutuhkan karunia Allah.

Mari melihat bentuk kesetiaan dalam jemaat yang menderita, yaitu jemaat Smirna. Berbicara kesetiaan menjadi orang Kristen di tengah kota Medan, yang tidak terlalu terdapat larangan beribadah, mungkin mudah. Namun berbicara kesetiaan pada Jemaat Smirna adalah hal yang sulit. Kota Smirna adalah kota yang terletak di sebelah utara kota Efesus dan merupakan kota yang indah dari ketujuh jemaat yang menerima surat. Kota ini merupakan kota perdagangan karena di kota ini ditemukan pelabuhan dan jalan raya ke kota-kota lain bahkan pedalaman. Bahkan diperkirakan kota ini merupakan saingan dari kota Efesus yang berjarak 50 km. Kota Smirna memiliki ikatan yang sangat Kuat dengan Roma. Hal ini terlihat dari pemujaan terhadap Roma dan Kaisar adalah sesuatu yang sangat membanggakan. Tahun 195 SM, dibangun sebuah kuil kecil untuk dewa Roma yaitu dewi yang melambangkan kota Roma yang kemudiaan disembah oleh Penduduk Smirna. Pada Tahun 25 diadakan suatu kompetisi untuk membangun sebuah kuli untuk Kaisar Tiberius dan diputuskan pemenangnya adalah Kota Smirna. Melihat data ini, apa yang menjadi sebuah pergumulan bagi jemaat di Smirna untuk setia kepada Kristus.

Pada ay 9 dikatakan, “Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu -- namun engkau kaya -- dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis.” Dari ayat ini kita melihat kesusahan jemaat Smirna yaitu kesusahan di tengah-tengah kebahagian orang disekitar mereka. Jemaat Smirna harus mengalami kemiskinan karena mereka harus menyembah Kristus sebagai Tuhan dan di sisi lain mereka berhadapan dengan lingkungan yang mengharuskan mereka menyembah Kaisar. Mereka menyembah Kristus sebagai Tuhan di tengah-tengah daerah atau komunitas yang tidak mempertuhankan Kristus. Kondisi jemaat Smirna yang menderita vs kota yang bertolak belakang bisa kita lihat pada table berikut:
Merasakan kemiskinan di tengah-tengah komunitas yang miskin bisa membantu kita untuk tetap tegar. Tetapi merasakan kemiskinan di tengah-tengah orang yang berkelimpahan menjadi sebuah pergumulan. Inilah yang dirasakan jemaat Smirna. Mereka miskin bukan karena mereka tidak mau bekerja, tetapi karena semua akses ekonomi dan politik sudah ditutup. Mereka kelaparan bukan karena mereka tidak memliki uang untuk membeli sesuatu. Mereka memiliki uang tetapi tidak ada yang mau menjual barang kepada mereka. Pilihan mereka untuk mengikut Kristus menjadikan mereka menjadi orang yang paling dibenci di kota itu. Mereka merasakan kesusahan dan kemiskinan di tengah-tengah kondisi yang berlimpah harta hanya karena kesetiaan kepada Kristus.

Ada tiga aspek jika kita berbicara mengenai kesetiaan kepada Yesus Kristus. Aspek pertama adalah kesetiaan kepada pribadi Kristus (iman). Berbicara mengenai kesetiaan kepada pribadi yang hidup, yang bekehendak dan memiliki keinginan. Aspek kedua adalah kesetiaan kepada nilai-nilai hidup Kristus. Jadi kita diajak bukan sekedar menjadi alumni yang yakin akan keselamatan tetapi memiliki kesetiaan terhadap nilai-nilai (nilai-nilai pengorbanan, kesederhanaan, rela berkorban, dll) yang diajarkan Kristus kepada kita. Ketiga, kesetiaan kepada rencana Kristus melalui pekerjaan Tuhan yakni menuntun banyak manusia kepada Kristus untuk menerima dan mengenalNya. Hal ini meliputi ketundukan kita tehadap apa yang Kristus kehendaki dalam hidup kita, panggilan Kristus dalam hidup kita. Ketika Kristus menginginkan sesuatu dari hidup kita, ketika Kristus memanggil kita untuk mengerjakan sebuah pelayanan, kita taat kepada Dia.

Bagaimana sikap Kristus terhadap jemaat di Smirna? Dari surat-surat yang dikirim kepada ketujuh Jemaat, hanya dua jemaat yang tidak mendapat kritikan yaitu jemaat Filadelpia dan Smirna. Bahkan Kristus memuji kepada jemaat Smirna. Pujian yang diberikan oleh Kristus bukan berdasarkan atas apa yang dimiliki jemaat Smirna, bukan kesuksesan pelayanan yang ada pada jemaat Smirna. Tetapi pujian yang diberikan didasarkan kepada sikap hidup yang tetap setia walaupun ada di dalam penderitaan. Inilah kesuksesan jemaat Smirna.

Bagaimana kita sebagai alumni memandang kesuksesan? Sering sekali kita mengira bahwa menjadi sukses itu adalah ketika kita memiliki pekerjaan dan karir yang mapan, kita memiliki semua hal yang kita inginkan. Surat kepada Jemaat di Smirna membuat saya merenungkan bahwa kesuksesan yang ada pada jemaat Smirna bukanlah pada materi yang mereka miliki tetapi terletak kepada kesetiaan mereka kepada Kristus bahkan di tengah-tengah penderitaan yang mereka alami. Hal ini bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk merenungkan apa arti kesuksesan bagi seorang alumni. Kesuksesan tidak hanya berbicara tentang buah tetapi tentang sikap hati yang terus taat dan setia kepada Kristus.
Apa aplikasi yang bisa kita pelajari. Mari merenungkan pada posisi dimana kita saat ini.

  1. Setia dan menderita karena kesetiaannya?
  2. Atau tidak menderita karena kesetiaannya? Ini kondisi sangat langka, apalagi di Republik yang masih kental penolakan kepada KRISTUS dan jalan-jalan mulia-NYA!!
  3. Atau tidak menderita karena ketidak-setiaannya? BERTOBATLAH dan Beranilah menderita demi kesetiaan kepada KRISTUS, SANG ALLAH YANG BERDAULAT dan YANG KEKAL
  4. Atau menderita karena ketidak-setiaannya? BERTOBATLAH!!!

Dalam surat ini juga kita bisa melihat bagaimana respon Yesus kepada jemaat ini. Dalam ay 10 dikatakan, “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” Ini mungkin kalimat yang tidak diharapkan bagi mereka yang menderita. Mungkin harapan orang yang menderita adalah ucapan agar sabar. Tetapi dalam ayat 10 ini Yesus mengatakan agar mereka tidak takut dengan apa yang mereka derita dan maju terus. Yesus menyapa jemaat yang sedang menderita dengan title diriNya yaitu omnipotence dan omnipresence (Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali-ay 8). Kristus juga menyatakan identitasnya yang omniscience (Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu-ay 9).

Kristus juga memberitahukan apa yang masih akan mereka alami ke depan. Mereka akan menderita dan mereka akan dilemparkan kepenjara (ay 10), tetapi kemudian Yesus menguatkan jemaat dnegan berkata, “Do not be afraid of what you are about to suffer” and “Be faithful, even to the point of death ” [Jangan takut terhadap apa yang engkau derita!... Hendaklah engkau setia sampai mati]. Apa yang menjadi penguatan bagi jemaat Smirna adalah ketika Kristus mengatakan bahwa Ia adalah Firman yang awal dan yang akhir. Artinya adalah bahwa Ia adalah Allah yang berperang di dalam seluruh sejarah dunia ini dan berotoritas terhadap apa yang terjadi. Jika dalam penderitaan kita memahami bahwa Allah kita turut bersama kita dan ia mengetahui dan memahami penderitaan kita, tentu saja akan menguatkan kita. Penderitaan oleh karena kesetiaan kita terjadi bukan karena Tuhan lupa menolong kita tetapi justru Tuhan hadir dalam hidup kita.

Semua penderitaan yang dialami adalah dalam rangka menguji jemaat Smirna. Mengapa penderitaan menjadi sebuah alat untuk menguji penderitaan? Mengapa bukan kebahagiaan? Ketika kita ingin menghasilkan emas yang murni, maka kita harus membakar emas tersebut sampai lebih dari titik leburnya, sehingga benda-benda lain selain emas akan hancur. Penderitaan adalah cara yang tepat untuk memurnikan diri kita. apakah kita emas yang murni ketika kita mengalami penderitaan. Mengenai penderitaan yang dialami jemaat Smirna Kristus mengatakan bahwa mereka akan mengalami kesusahan sepuluh hari. Artinya adalah bahwa penderitaan yang dialami Smirna itu ada batasnya. Dan ketika mereka setia kepada Kristus, maka mereka tidak akan lagi mengalami penderitaan yang paling berat yaitu keterpisahan dengan Allah.

Apa yang bisa kita pelajari? Mungkin di dalam perjalanan hidup kita mengalami penderitaan karena pilihan kita untuk setia kepada Kristus. Jadi yang menopang jemaat Smirna yang sangat menderita adalah KRISTUS yang telah mengalami apa artinya penderitaan tertinggi, yakni kematian sejati, terpisah dari Allah, dan itu tidak akan pernah dialami oleh jemaat Smirna. Tetapi KRISTUS yang mendorong mereka setia sampai mati, bukan hanya KRISTUS telah merasakan hebatnya penderitaan, jauh lebih menderita dari jemaat Smirna yang menderita, melainkan KRISTUS yang mendorong mereka untuk terus setia sampai mati adalah KRISTUS yang menang dalam kebangkitan-NYA.
Polikarpus (yang adalah murid Yohanes) adalah seorang bishop di kota Smirna. Diakhir hidupnya dia ditangkap oleh Gubernur dan ditawarkan kebebasan jika mau meyangkal Kristus. Tetapi Polikarpus berkata, “Delapanpuluenam tahun perjalanan hidup ku tidak pernah satu kalipun Kristus mempermalukanku. Bagaimana mungkin aku akan menghianati Dia.” Hal yang sama dikatakan oleh Dietrich Bonhoeffer, seorang murid Kristus dari Jerman yang mengatakan bahwa penderitaan adalah lencana orang Kristen sejati. Mari berdiri tegak dibarisan yang setia kepada Kristus dan jangan menambah barisan orang-orang yang tidak setia kepada Kristus. Jika sepanjang hidup kita, Kristus telah setia, maka jangan biarkan diri kita menghinati kesetiaan Kristus. Amin!

No comments: