Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div
Hari ini kita akan membahas seri Knowing God, dengan tema The Jealous God. Berbicara mengenai Allah yang pencemburu, kita merasakan sesuatu yang kurang relevan. Kita tidak bisa memahami bagaimana Allah yang adalah baik, juga sekaligus Allah yang pencemburu. Banyak orang yang berpikiran bahwa seharusnya jika Allah itu baik, maka Dia tidak memiliki kecemburuan lagi. Tetapi di sisi yang lain, ada juga orang mengatakan justru karena kebaikanNya itulah maka Dia memiliki karakter kecemburuan. Dan Alkitab menyatakan bahwa Allah yang baik, kasih, dan penuh cinta itu adalah pribadi yang pencemburu. Hal ini mulai dilakukan oleh Allah melalui pernyataanNya kepada bangsa Israel melalui Musa, melalui penyampaian Hukum Taurat yang menyatakan bahwa Dia adalah Allah yang pencemburu (Kel 20:5; 34:14-17). Di dalam Hukum Taurat, Allah menyatakan bahwa diri-Nya cemburu kepada orang yang dikasihi-Nya ketika mereka tidak lagi mencintai Tuhan. Di dalam Kel 34:14-17 kita dapat melihat bahwa Allah mejadi cemburu karena beberapa hal. Pertama, Allah menyatakan kecemburuan-Nya jika bangsa Isarel mengadakan perjanjian dengan penduduk di negeri yang akan mereka datangi. Hal ini dilakukan agar mereka tidak kompromi dengan orang yang tidak beribadah kepada YHWH. Kedua, Allah akan cemburu ketika mereka berzinah dengan mengikuti allah lain, memberikan persembahan kepada allah lain, yaitu persembahan kepada Baal karena undangan dari orang di negeri itu. Menyembah berhala dan memakan makanan korban persembahan kepada Baal merupakan perzinahan di mata Tuhan dan hal ini membangkitkan kecemburuan Tuhan. Ketiga, pernikahan yang tidak benar juga mengakibatkan perzinahan dan Allah cemburu melihat hal ini.
Kecemburuan Allah dalam bagian ini dipicu/terjadi karena melakukan penyembahan berhala, pernikahan yang tidak benar. Kita harus mengingat bahwa kecemburuan Allah merupakan motivasi bagi Dia untuk bertindak apakah dalam murka atau belas kasihan (Yeh 39:25-29; Nahum 1:2; 1 Kor 10:18-22).
Hal ini akan menimbulkan pertanyaan akan hakekat dari kecemburuan Allah dan natur dari Allah yang cemburu itu. Cemburu yang bagaimanakah yang dimiliki oleh Tuhan itu?
Alkitab banyak menyajikan sifat dan karakter Allah dengan menggambarkannya seperti sifat atau karakter manusia. Jika kita perhatikan Yes 59:1, ”Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar;...” Apakah Tuhan punya tangan dan berapa panjang tangan Tuhan? Hal ini adalah penggaambaran sifat (karakter) Allah dengan menggambarkan dalam sifat/karakter manusia. Hal inilah yang disebut dengan Anthropomorfis. Hal dilakukan agar manusia mengerti. Tetapi harus dibedakan bahwa kecemburuan Allah, walaupun dalam konteks Anthropomorfis, tidak sama dengan kecemburuan manusia.
Kecemburuan manusia didasarkan kepada kesombongan, ketersinggungan dan keegoisan manusia. Ketika manusia cemburu dia akan mengatakan, ”I want what you’ve got, and I hate you because I haven’t got it. It feeds and is fed by pride, the taproot of our fallen nature,” (bd. Ams 27:4-6). Kecemburuan adalah sesuatu yang memelihara sebuah hubungan cinta atau mempertahankannya agar hubungan cinta itu tidak sampai hancur. Lelaki mana yang hatinya tidak hancur jika melihat wanita yang sudah lama didoakannya sedang pergi dengan lelaki lain? Jika lelaki itu benar-benar berdoa kepada wanita tersebut, pasti akan muncul kecemburuan dalam dirinya. Kecemburuan yang dipadukan dengan cinta adalah cara untuk mempertahankan agar hubungan tetap erat. Gambaran seperti inilah natur dari kecemburuan Ilahi.
Apakah eksklusivisme dari pernikahan dan pacaran? Eksklusivisme di sini adalah soal cinta yang melahirkan kecemburuan. Hal inilah yang membuat pernikahan dan pacaran eksklusivisme. Eksklusivisme sebuah pernikahan adalah esensi dari pernikahan itu sendiri. Inilah natur kecemburuan Allah sebagai sebuah aspek dari perjanjian kasih dengan umatNya (Bil 5:11-31; Ams 6:32-35). Dalam PL, Alkitab melihat perjanjian (covenant) Allah sebagai satu ikatan yang sangat kuat yang digambarkan dengan sebuah metafora pernikahan Allah dengan umatNya. Hal inilah yang melahirkan kecemburuan, yaitu hubungan yang erat antara Allah dengan umatNya.
Kecemburuan Allah juga muncul dalam penyembahan berhala, ketika manusia jatuh ke dalam dosa, dan ketika manusia tidak setia lagi kepadaNya. Inilah yang disebut dengan perzinahan rohani (spiritual adultery). Jika kita perhatikan Kel 34 tadi, kita akan menemukan bahwa sumber kecemburuan Allah adalah ketika bangsa Israel menyembah berhala. Ini adalah sebuah pengkhianatan dan wajar jika Allah murka dan cemburu karena cintaNya. Kecemburuan Allah muncul karena cintaNya pada umatNya. Kita juga akan merasa sakit dan murka jika kita dikhianati pasangan kita, yang tentunya disebabkan rasa cinta kita kepadanya. Jika orang lain dikhianati oleh pacarnya, kita tidak akan merasakan rasa sakit. Tetapi jika ada ikatan batin (misalnya dia adalah pasangan kita), pengkhianatanya akan terasa sangat menyakitkan. Inilah gambaran kecemburuan Allah ketika umatNya jatuh dalam penyembahan berhala, jatuh dalam perzinahan, dan mengkhianati Allah dengan tidak setia lagi. Inilah sumber kecemburuan Allah yang bermuara pada dua hal : murka dan kemurahan Allah (Yos 24:9; 1 Raj 14:22; Mzm 78:56-58). Kecemburuan Allah muncul karena Dia menginginkan satu loyalitas yang mutlak dari umat tebusanNya dan dia akan murka bila kasih setiaNya diingkari. Kita pun tidak akan mau mengiakan cinta seseorang ketika dia hanya setengah hati. Tidak ada seorangpun yang mengharapkan cinta setengah hati. Yang dibutuhkan adalah keseriusan dan loyalitas yang sungguh-sungguh. Itulah sebabnya, Allah di dalam Hukum Taurat mengatakan, ”Jangan ada allah lain di hadapanku...”.
Tak seorangpun diantara kita yang mau diduakan. Begitu juga dengan Allah. Allah yang menebus bangsa Israel dari Mesir, memelihara mereka, tidak mau diduakan, dan cinta yang dibutuhkan Allah dari umatNya adalah cinta yang absolut. Itulah sebabnya, di dalam kecemburuan oleh karena kasih, Kalvin berkata, ”He requires love and chastiny from us, that is that we do not prostitute our souls to satan.” Oleh karena itu jika ada orang yang beribadah kepada Tuhan tetapi masih memiliki jimat, Allah akan jijik dan muak kepadanya. Jadi dibutuhkan satu keseriusan dalam beribadah kepada Tuhan. Kecemburuan Allah akan membara bila kesucian hubunganNya dengan umatNya ternoda oleh tindakan umatNya yang jahat.
Kecemburuan Allah juga kecemburuan yang dihubungkan dengan perjanjian kasih Allah yang bermuara kepada kemuliaan Allah di dunia ini. Kecemburuan manusia adalah keegoisan tetapi kecemburuan Allah adalah supaya kebaikan umat terpelihara yang juga bermuara agar kemuliaan Allah nyata dalam umatNya. Kecemburuan Allah terjadi agar umat Allah betul-betul hidup di dalam kebenaran, kesucian, dan sejahtera yang berasal dari Allah. Allah mengasihi manusia. Oleh karena itu, perjanjian kasih (Covenant Love) ini adalah inti dari rencana Allah bagi dunia ini. Allah mencari apa yang seharusnya kita cari, yakni kemulianNya di dalam dan melalui manusia. Itulah sebabnya Dia cemburu.
Kecemburuan Allah juga dinyatakan untuk menggenapi maksud keadilan dan kemurahan-Nya (Yeh 9:7-10; yeh 5:13). Di satu sisi Allah menyatakan kecemburuan-Nya untuk menyatakan keadilan untuk menghukum dan di sisi lain kecemburuan Allah bermuara pada belas kasihan yang mengampuni orang yang berdosa. Ini semua terjadi karena kemurahan Allah pada orang-orang pilihan-Nya. Artinya, bagi mereka yang tidak mau percaya kepada Dia, hidup dalam dosa, identik dengan kecemburuan yang bermuara kepada keadilan untuk penghukuman. Bagi umat pilihan Allah, ada satu kemurahan pengampunan. Inilah umat Kerajaan Allah.
Kemanakah arah dari kecemburuan Allah?
Arah kecemburuan Allah adalah menghukum dan membinasakan orang yang tidak setia (jatuh ke dalam dosa dan berhala, Ul 6:14-15; Yos 24:19) termasuk para musuh kebenaran seperti pengajar palsu, nabi palsu, dan guru palsu (Nahum 1:2; Yeh 36:5-7). Kecemburuan Allah akan muncul ketika mereka mengganggu dan menyesatkan umat Allah.
Allah memulihkan umatNya setelah penghukuman (Zak 1:14-17; 8:1-8). Semua tindakan Allah, baik penghukuman atau pemulihan, didasarkan kepada kecemburuanNya yang kudus (Yeh 39:25-29). Allah tidak mau dinodai dan dinajiskan. Allah mau supaya kita hidup dalam kesucian.
Bagaimanakah sikap orang percaya?
Kita seharusnya Zealous for God. Zealous adalah eagerness yaitu ambisi/ kerinduan/ kemauan yang besar, yang muncul dalam diri orang percaya. Artinya adalah orang Kristen harus betul-betul rindu untuk memberikan yang terbaik pada Allah. Jika kita dicintai oleh pacar kita dengan tulus, sangat wajar jika kita berusaha melakukan yang terbaik terhadapnya. Kita menjaga perasaannya dan mau berkorban demi dirinya. Dan seperti inilah kita kepada Tuhan ketika kita mengetahui bahwa Allah sangat mengasihi kita. Jika kita tahu bahwa Allah adalah pencemburu, kita harus mejaga perasaanNya dan tidak bermain-main di hadapanNya. Hal ini perlu kita lakukan agar Dia tidak tersinggung dan murka. Kita harus menghindari dosa, kejahatan, dan membuang segala segala bentuk perzinahan termasuk spiritual adultery. Hanya satu hal yang diminta oleh Tuhan, yaitu kecemburuan Allah menuntut kesetiaan dan kesucian kita di hadapanNya. Kita jangan bermain-main dalam kehidupan kita dan mengatakan, ”Tidak apa-apa. Cuma sedikit kok dan Tuhan akan ampuni.” Oleh sebab itulah kita harus zealous for God-kita rindu melakukan sesuatu yang menyenangkan hati Tuhan. Ketika kita kuliah, kita kuliah untuk kemuliaan Allah, begitu juga dengan pekerjaan kita adalah untuk kemuliaan Allah dan semua hidup kita adalah untuk memuliakan Allah.
Kita harus menyadari bahwa Allah memandang engkau dan saya setiap hari. Dia adalah Allah yang pencemburu, jadi jangan bermain-main dengan dosa, apakah itu di kantor, atau di mana saja kita berada. Jika Israel dimurkai oleh Tuhan karena berhala, kejahatan dosa, dan pengkhianatan dengan mengingkari janjiNya, hal yang sama dapat terjadi kepada kita di mana kita membangkitkan cemburu Allah karena melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan bangsa Israel. Dalam hal penyembahan berhala, mungkin kita tidak terlibat dalam sesajen-sesajen atau jimat, tetapi ketika kita mengutamakan pacar kita daripada Tuhan, maka pacar kita menjadi berhala bagi kita. Ketika uang sudah menjadi orientasi utama di dalam hidup kita dibandingkan dengan Allah, maka uang menjadi berhala kita. Ini adalah dosa penyembahan berhala ketika kita menempatkan segala sesuatu lebih utama daripada Tuhan. Kita juga sering menghkhianati Tuhan melalui pemberontakan kita. Seberapa sering kita telah berjanji kepada Tuhan dalam kamp atau retreat yang kita ikuti? Ketika kita berjanji kepada Tuhan tetapi kita melanggarnya berarti kita juga mengkhianati Tuhan dan hal ini akan menimbulkan murka dan kecemburuan Allah.
Kita, yang menerima kemurahan Allah, sama seperti kisah Hosea yang telah menikah dengan seorang pelacur atas perintah Allah (baca Kitab Hosea). Kisah ini adalah gambaran kecemburuan sekaligus cinta Allah kepada umatNya (Israel). Ketika bangsa Israel berkali-kali berdosa, menyembah berhala, Allah tetap memberi pengampunan karena Allah telah memilih umat pilihanNya dan mengasihinya. Ia tidak mau kebinasaan. Ia menghukum mereka tetapi tidak membinasakan mereka. Hal ini berbeda dengan penghukuman yang bermuara pada kematian yang kekal. Mari belajar untuk mengambisikan hal-hal yang benar untuk pekerjaan yang baik bagi Allah.
Dalam hal ini kita bisa melihat bagaimana Elia yang tetap bekerja segiat-giatnya walaupun hanya seorang diri saja. Di dalam Bil 25:11-13, kita juga bisa melihat bagaimana Pineas, anak Eleazar, anak imam Harun, yang begitu giat membela kehormatan Allah dimana hal ini menyurutkan murka dan cemburu Allah dari bangsa Israel. Paulus dalam Kis 20:24 meyatakan, ”Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.” Paulus melakukan hal ini untuk menjaga kecemburuan Allah dengan memberikan yang terbaik bagi Allah tanpa menghiraukan nyawanya sekalipun. Di dalam Yoh 2:17 tertulis, ” Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." Cinta kepada Allah membuat Kristus rela berkorban segala-galanya. Marilah kitab belajar bahwa cinta kepada Allah mampu membuat kita berkorban. Inilah Zealous for God.
Bishop J. C Ryle berkata, ”Kerinduan yang membara untuk meyenangkan Allah, melakukan kehendakNya, meluaskan kemuliaanNya di dunia.” Kecemburuan Allah sekaligus menimbulkan sikap kita sebagai orang percaya bahwa ini adalah peringatan dan mendorong kita untuk hidup setia (bd Wahyu 3:15-16).
Mengikut Tuhan tidak bisa setengah hati. Sama seperti ketika kita tidak memegang dengan erat sewaktu mencabut ilalang, maka bukan ilalangnya yang tercabut, tetapi tangan kita yang terluka. Tetapi ketika kita memegangnya dengan erat dan mencabutya, maka ilalang itu akan tercabut. Kita harus melakukan dengan sepenuh hati. Jangan berdoa atau saat teduh pada pagi hari jikalau begitu berangkat dari rumah, kita melakukan dosa. Jika kita berdoa atau saat teduh pagi hari, mari kita mengambil komitmen untuk tidak menajiskan diri kita dan tetap setia. Tuhan mengatakan bahwa kecemburuanNya menuntut loyalitas yang sejati. Mari meyadari bahwa Allah mengasihi kita, dan cinta Allah di dalam Kristus yang menyelamatkan kita, membuat kita tidak mengkhianatiNya dan tetap belajar untuk setia kepadaNya.
Soli Deo Gloria!
No comments:
Post a Comment