By: Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div
[Kotbah Mimbar Bina Alumni pada tanggal 9 Februari 2007. Merupakan kotbah pertama di MBA)
Topik yang akan kita pelajari pada saat ini adalah mengenai Knowing God dan kita akan mempelajari nature Allah yang meliputi The Power and the Greatness of God. Bicara soal nature Allah, ada tiga hal perlu kita ketahui bersama, yaitu
- The Omnipresence of God (kemahahadiran Allah)
- The Omnipotence of God (kemahakuasaan Allah)
- The Omniscience of God (kemahatahuan Allah)
Berbicara mengenai Knowing God tidak terlepas dari personal being yang berarti hal ini bersifat pribadi dimana pemahaman kita bukan sebatas teori pikiran semata melainkan sebuah pemahaman yang nyata kita alami secara pribadi. Dalam mengenal Allah ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Knowing God tidak sama dengan Knowing about God.
Mengetahui tentang Allah (Knowing about God) merupakan sebuah pemahaman kognitif atau teori, dan bersifat teologia semata. Tetapi mengenal Allah (Knowing God) memiliki arti bahwa ada suatu pertemuan dan pengenalan pribadi yang membuat kita mengenal dan semakin mencintai Dia. Selanjutnya adalah bagaimana supaya pemahaman kognitif kita menjadi pemahaman yang empiris. Dalam sosiologi, hal inilah yang disebut dengan internalisasi kebenaran, kebenaran agama. Artinya dalam keberagamaan, bukan keberagaman, bukan tentang simbol, aktifitas rohani, melainkan keberagamaan adalah internalisasi kebenaran yang ada didalam agama itu sendiri.
Jadi, mengenal Allah yang ingin kita pahami adalah bagaimana kebenaran dalam mengenal Allah menjadi pengalaman pribadi kita, bagaimana kebenaran akan Allah/esensi natural Allah memperbaharui hidup kita dan menyegarkan jiwa kita.
2. Ketelibatan Secara Pribadi.
Dalam mengenal Allah ada satu keterlibatan pribadi. Keterlibatan pribadi ini menyangkut tiga hal, pertama, pikiran (mind) yaitu pikiran kita terpusat pada Kristus. Pikiran Kristus menjadi pikiran kita, dan hal ini akan membuat kita memikirkan kebenaran. Kedua adalah kehendak (will). Kita pasti punya kehendak. Pengenalan yang benar akan Allah menjadikan kehendak Allah menjadi kehendak kita. Ketiga, perasaan (feeling), yang maksudnya bahwa kita bisa merasakan. Misalnya, secara teori kita pasti bisa mengatakan bahwa Allah itu baik. Semua pasti setuju. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apa yang muncul dalam hati kita ketika mendengar pernyataan tersebut.
Dalam persepsi selektif, semua respon yang masuk ke telinga, mata dan masuk ke pikiran dibentuk dan ditentukan oleh pemahaman dan pengenalan kita.
Mari kita perhatikan Mzm 34:9-11 ”Kecap dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya...”. Bisakah kita mengatakan ayat ini menjadi pengalaman kita? Jika semua rencana dalam hidup kita lancar dan maju terus, tanpa ragu kita akan mengatakan “ya….Allah itu baik.” dan kalau hidup kita mengalami banyak kesusahan apakah kita mengatakan Allah itu baik hanya omong kosong belaka atau teori belaka ? Kalau hanya hal ini yang terjadi dalam hidup kita, berarti kita tidak mengenal Allah. Kita hanya menjadikan Allah sebagai pribadi yang menyenangkan dan memuaskan kita. Seharusnya pengenalan yang benar akan Allah aakan membuat kita tetap mengucap ”Kecap dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu seperti pemazmur dalam Mzm 34:9”.
3. Mengenal Allah merupakan anugerah yang luar biasa.
Galatia 4:9 “ Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah,…”
Dalam Galatia ini Paulus mengatakan bahwa Allah yang mengenal kita, being known by God. Ketika Allah mengenal kita oleh karena anugerah-Nya, dan Allah memperkenalkan diri-Nya sehingga kita dapat mengenal Dia, maka bagian kita adalah bagaimana kita mengenal Allah semakin bertumbuh dari hari ke hari. Mengenal Allah dengan baik melahirkan batu hidup yang benar yaitu Godliness., atau suatu kehidupan yang sesuai dengan pola hidup Ilahi. Hal ini menyangkut bagaimana kita meresponi dengan sungguh-sungguh pernyataan Allah dengan ketaatan.
Apakah kita menjadi orang yang mengetahui tentang Allah atau mengenal Allah, tidak ditentukan dengan sebanyak apa pengetahuan kita tentang teologi, dan juga bukan jabatan rohani. Mengenal Allah adalah satu personal encounter yang akan menghasilkan Godly Life. Maka dalam I Timotius 4:7, Paulus mengatakan “train yourself to be Godly (NIV). Jabatan rohani memang penting, tetapi jauh lebih penting “aku mengenal Allah yang aku layani”. Bagaimana kita bisa mengenal Allah dengan baik adalah dengan iman.
Jika kita baca Daniel 3, kita dapat melihat bagaimana Sadrakh, Mesakh, dan Abednego mempertaruhkan nyawa me reka ketika mereka menolak menyembah patung. Yang menarik adalah jawaban mereka. mereka menjawab, "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (Dan 3:16-18). Pengenalan mereka yang benar akan Allah melahirkan keberanian dan komitmen untuk tidak menyembah patung. Keberanian mereka muncul karena iman. Pertanyaan bagi kita, sejauh mana kita berani menghadapi tantangan zaman pada saat ini? Beranikah kita berkata “Allah yang aku sembah akan memberikan pekerjaan padaku, tetapi seandainya tidak, aku tidak akan berbuat dosa”. Hal ini mebuktikan pengenalan kita akan Allah. Allah yang dinyatakan dalam nature Allah dalam kebesaran dan kuasa Allah sanggup melepaskan kita. Ingat, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego tidak dilepaskan dari perapian melainkan di dalam perapian. Jadi, jangan pernah berpikir bahwa mengenal Allah kita bisa lepas dari pergumulan atau persoalan, karena didalam pergumulan dan persoalan inilah kuasa Allah dinyatakan. Apakah keyakinan seperti ini membuat kita berani melangkah dalam iman, atau malah membuat kita semakin goyah. Mungkin banyak kekuatiran kita. Tetapi jika kita berkata “ I know my God”, maka akan muncul iman, yang menghasilkan keberanian dan komitmen. Mari kita baca Roma 8:23, bagaimana Allah yang tidak menyayangkan anak-Nya bagi kita, bagaimana mungkin Allah tidak peduli bagi kita. Allah akan memenuhi kebutuhan kita seturut dengan kehendaknya. Mari mengenal Dia yang maha kuasa itu. Jangan berpikir bahwa persoalan menjadikan kita orang yang paling malang dimuka bumi ini. Allah kita adalah Allah yang maha kuasa, yang melahirkan iman, ketenangan, dan komitmen. Orang yang mengenal Allah dan mencintai Dia akan melahirkan hidup yang berkenan kepada Allah. Di dalam Efesus 3:20 kita bisa menemukan bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang mampu memberikan lebih dari apa yang kita pikirkan seturut dengan kuasa-Nya. Jika hidup kita sepertinya tidak punya harapan, mari kita belajar bahwa Allah yang kita sembah itu memberikan lebih dari apa yang kita doakan dan pikirkan. Itu semua karena kuasa dan kebesaran Allah- The Power and The Greatness of God.
Soli Deo Gloria!
No comments:
Post a Comment