Tuesday, November 8, 2011

[Seri Gereja 04-2009) Christian Creed

[Kotbah ini dibawakan oleh Esni Naibaho, M. Div pada ibadah MBA, Jumat 22 Mei 2009]

Berbicara mengenai Christian Creed berarti kita berbicara mengenai pengakuan orang Kristen. Kita yang berlatar belakangkan gereja tradisional pasti sangat familiar dengan yang namanya creed ini karena kita akan mengucapkan pengakuan ini setiap minggunya. Dan hari ini kita akan melihat kembali pengakuan ini dengan lebih dalam.

Keagamaan biasanya diekspresikan melalui tiga cara, yaitu: ritual, creed, dan life. Keagamaan apapun akan diekspresikan melalui ketiga cara ini. Dalam agama Kristen ritual ditunjukkan melalui ibadah atau kegiatan rohani. Agama Kristen juga memiliki pengakuan (creed) yang dikalimatkan dan merupakan gambaran dari kepercayaan orang Kristen. Agama juga harus diekspresikan dan dibuktikan melalui hidup. Tiga bentuk ekspresi inilah yang membedakan agama langit (reveald religion) dengan pagan religion atau agama kuno yang tidak menyembah Allah. Bagi penganut pagan religion, ritual adalah hal yang paling diutamakan. Penganut agama ini tidak memiliki creed mengenai apa yang mereka percayai karena mereka tidak memiliki teologi apapun. Berbeda dengan revealed religion, misalnya agama Kristen, yang memiliki teologi sehingga memampukan kita percaya kepada Yesus, Roh Kudus atau Allah Bapa.

Creed mengandung pernyataan atas fakta, pengertian, dan nilai dari otoritas yang dimiliki. Pengakuan yang kita miliki mangandung fakta sehingga kita mempercayai dan mengakui otoritas dari apa yang kita akui tersebut. ’Creed’ berasal dari bahasa Latin ’credo’ yang artinya ’I believe’. Dalam kekristenan istilah ini disebut Pengakuan Iman atau ’confession of faith’. Creed pada dasarnya lebih dari sekedar ‘statement of belief’ atau ‘acceptance of divine revelation’. Creed bukan sekedar kalimat yang dikalimatkan atau sekedar pernerimaan akan ketuhanan. Creed adalah ‘an acknowledgement of personal trust in God’.

Mari memperhatikan tiga pernyataan berikut. Pertama, ”Credo Deum: I believe that God exist”, kedua, “Credo Deo: I believe what God says”, dan ketiga, “Credo in Deum: I believe or trust or have faith in God”. Pertanyaannya adalah pernyataan mana yang benar dari ketiga pernyataan tersebut? Jawabannya adalah yang ketiga, ”Credo in Deum”. Credo adalah pengakuan kepercayaan kita secara personal dengan pemahaman dan kesadaran bahwa kepercayaan kita bukan berdasarkan apa yang dikatakan orang, apa yang terjadi, atau apa yang Tuhan katakan atau karena Tuhan ada. Tetapi kepercayaan kita ada karena kita percaya kepada Allah di dalam diri Allah sendiri. Jadi penekanannya bukan kepada kata-kata mengenai Allah tetapi lebih kepada pribadi Allah sendiri.

Mari melihat dasar Alkitab dari creedo ini. Dalam PL kita melihatnya dalam Ulangan 6:4-9, “4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! 5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. 6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, 7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. 8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, 9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu”. Ulangan 6:4-9 ini adalah pernyataan Allah yang disampaikan melalui Musa untuk orang Israel sebelum mereka memasuki tanah perjanjian. Bangsa Israel diingatkan agar mereka menurunkan kepada keturunan mereka apa yang Musa ajarkan dalam berbagai kesempatan. Musa mengingatkan bahwa Allah yang mereka percayai adalah Allah yang membawa mereka keluar dari Mesir dan memimpin mereka ke tanah perjanjian dan mereka harus terus menyampaikan dan mengkumandangkan karya penyelamatan Allah ini dari dari hari kehari baik siang atau malam kepada keturunan mereka. Jadi, secara tersirat PL menggambarkan bahwa bangsa Israel diarahkan kepada satu pedoman penting dalam kehidupan iman mereka dimana mereka meletakkan kepercayaan mereka kepada Tuhan Allah dengan segenap hatinya. Formulasi kalimat dalam ayat 4 ’Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!’ berkali-kali diulang di dalam PL. Dan kelihatannya ini menjadi satu kalimat yang dipahami dengan baik dan Musa mengingatkan mereka bahwa ini adalah pengakuan mereka terhadap Tuhan.

Jika dalam PL kita cenderung menemukan pengakuan ini dalam komunal, tetapi di PB kita menemukan pengakuan ini secara pribadi. Dalam Yoh 1:49 kita melihat pengakuan yang diakukan secara pribadi oleh Natanael. Dia berkata : "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Kemudian kita menemukan pengakuan Petrus dalam Mat 16:16. dalam pengakuannya Petrus berkata: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Dalam Yoh 20:28 kita juga menemukan adanya pengakuan Tomas akan Yesus. Dia berkata: "Ya Tuhanku dan Allahku!" Tiga pengakuan ini dianggap permulaan atau cikal bakal dari creed dan pusat dari pengakuan adalah Kristus. Dalam surat-surat Epistel, kita juga menemukan adanya pengakuan Paulus. Dalam kotbah maupun suratnya Paulus biasanya menekankan akan the meaning of Christ dan memusatkan kepada pribadi Kristus: inkarnasi, kematian, dan kebangkitan Kristus yang familiar bagi pendengarnya (misalnya dalam I Kor 15:3-5). Surat-surat Paulus adalah merupakan pengakuan alamiah yang nyata dan merupakan manifestasi dari kepercayaan orang Kristen [“Paul’s Epistles are really of the nature of a confession and manifesto of Christian belief”]. Tanpa kita sadari kalimat-kalimat Paulus sebenarnya telah menjadi kalimat yang masuk dalam pengakuan iman rasuli.

Ada tiga jenis pengakuan, yaitu Apostles Creed (Pengakuan Iman Rasuli), Nicene Creed, dan Athanasian Creed.

Apostles Creed muncul pada masa sekitar 700 AD. Rasul-rasul dipandang sebagai yang menciptakan creed. Di zaman para rasul, fondasi pengajaran yang tertuang di dalam creed merupakan persetujuan bersama akan teologi yang dianut oleh para rasul. Di dalam Apostles’ Creed, ke-Tritunggalan Allah di nyatakan dengan jelas yakni percaya dalam Allah yang Maha Kuasa, pencipta langit dan bumi; dilanjutkan dengan penyataan tentang Yesus Kristus Anak Allah yang tunggal dengan menekankan pada kelahiran, penderitaan, penyaliban, kebangkitan, kenaikkan, penghakiman yang akan datang. Pada bagian yang ketiga dideklarasikan kepercayaan kepada Roh Kudus. Sementara Nicene Creed mengandung pengajaran kristologi yang diperuntukkan untuk menghadapi pengajaran Arianism (paham yang mengakui bahwa Yesus adalah ciptaan yang tertinggi tapi bukan Allah). Nicene Creed bukanlah The Creed of Nicea tetapi formula atau dasar dari The Creed of Nicea adalah Nicene Creed. Sedangkan Athanasian Creed memiliki pernyataan yang lebih kompleks dari kedua Creed sebelumnya yang lebih menekankan kepada ketritunggalan Allah. Dan gereja yang ada di dunia cenderung menggunakan Apostles’ Creed dibandingkan dengan dua creed yang lain. Alasan mengapa Gereja akhirnya cenderung memilih Apostles’ Creed adalah karena bapa-bapa Gereja telah menganggap bahwa creed ini telah mewakili keseluruhan dari kepercayaan kita kepada Allah.

Perlu kita ketahui bahwa Apostles’ Creed adalah pengakuan yang diadopsi dari pengakuan iman berdasarkan The Old Roman Creed. The Old Roman Creed berbunyi demikian:

Aku percaya kepada Allah Bapa yang maha kuasa. Dan kepada Yesus Kristus anakNya yang tunggal Tuhan kita, yang dilahirkan dari Roh Kudus dan dara Maria; disalibkan dibawah pemerintahan Pontius Pilatus dan dikuburkan; di hari ketiga Dia bangkit dari kematian, naik kesurga dan duduk di sebelah kanan Bapak. Dari sana Dia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan mati. Dan kepada Roh Kudus , gereja yang kudus; pengampunan dosa, kebangkitan daging.

Sedangkan The Apostles’ Creed yang telah diadopsi dan dimodifikasi dari The Old Roman Creed berbunyi demikian:

Aku percaya kepada Allah Bapak yang Maha kuasa; pencipta langit dan bumi. Dan kepada Yesus Kristus, anakNya yang tunggal, Tuhan kita; yang dikandung dalam Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria; yang menderita dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati, dan dikuburkan; Dia turun kedalam neraka; di hari ketiga Dia bangkit dari antara orang mati; naik ke sorga dan duduk disebelah kanan Allah Bapak yang Maha kuasa, dari sana Dia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.


Aku percaya kepada Roh Kudus, gereja yang katolik dan kudus, persekutuan orang-orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan tubuh dan hidup yang kekal.

Setelah melihat keduanya, kita melihat ada beberapa perbedaan antara keduanya. Pertama, dalam Apostles’ Creed pengakuan akan Allah Bapa ditambahkan dengan kalimat ‘pencipta langit dan bumi’ (dalam The Old Roman Creed kalimat ini tidak ada). Kenapa kalimat ini muncul adalah karena pada masa The Old Roman Creed muncul bidat (ajaran sesat) yang menolak bahwa Allah bukan pencipta langit dan bumi tetapi Allah adalah Allah yang sedemikian jauh dari kita dan tidak mungkin bersama-sama dengan kita. Oleh sebab itulah maka kalimat ‘pencipta langit dan bumi’ perlu ditambahkan ke dalam creed orang Kristen. Jadi creed ini sebenarnya untuk menjaga orang Kristen agar mempercayai Allah yang benar.

Kedua adalah mengenai pengakuan ‘gereja yang katolik dan kudus’. Pertanyaan yang perlu kita ajukan adalah “Apa yang dimaksud dengan katolik dalam konteks creed ini?” Definisi ‘katolik’ di sini bukanlah institusi atau Gereja Katolik melainkan kepada pengertian umum, general atau AM (kesatuan tubuh di dalam Kristus). Oleh sebab itulah agar tidak terjadi kebingungan maka diganti dengan AM. Hal ini menggambarkan gereja yang satu dan kudus di dalam Kristus. Dipisahkan dan khususkan untuk Allah.

Ada beberapa fungsi creed di dalam gereja. Pertama adalah untuk pembaptisan. The confession of faith (pengakuan iman) umumnya di hubungkan dengan pelaksanaan Baptisan, karena sebelum seseorang dibaptis dia harus terlebih dahulu menyatakan atau mengakukan kepercayaannya kepada Kristus (Rom 10:9-10). Pengakuan rasuli juga dihubungkan dengan masuknya seseorang sebagai anggota dari suatu persekutuan atau gereja. Pengakuan Iman Rasuli juga bukan hanya sekedar prasyarat untuk ‘lulus’ dalam Angkat Sidi. Ini adalah kesalahan-kesalahan gereja masa kini dimana makna dari Pengakuan Iman Rasuli telah bergeser. Pengakuan ini seharusnya adalah pengakuan yang benar-benar serius dan didasarkan kepada pengertian bahwa kita benar-benar percaya kepada Allah yang dideskripsikan dalam bentuk pengakuan kita bukan sebagai prasyarat agar dapat Angkat Sidi atau menikah.

Kedua, untuk katehisasi (catechetical instruction) sebagai outline dalam pengajaran. Hal ini berguna untuk mengajar orang agar semakin mengerti siapa Allah, Yesus dan Roh Kudus. Sayangnya, masih banyak gereja-gereja yang tidak serius dalam katehisasi. Banyak orang juga menganggap bahwa ikut katehisasi hanya sebagai sebuah prasyarat untuk menikah, angkat sidi, dsb. Jika gereja betul-betul memahami hal ini, maka melalui katehisasi gereja sedang menolong orang untuk mengetahui siapa Allah dan pada saat Angkat Sidi mereka bisa berdiri dengan sikap yang benar untuk mengukapkan pengakuan iman mereka.

Ketiga, untuk doktrin. Munculnya ajaran-ajaran sesat menjadi alasan betapa pentingnya creed dibuat. Misalnya pengakuan “pencipta langit dan bumi” di buat didalam meng-encounter ajaran Gnostik (pengikut Gnostik memisahkan antara Allah yang benar dengan pencipta). Kemudian statement ‘lahir dari anak dara Maria’ (virgin birth) dan kematian Kristus adalah untuk menekankan kemanusiaan Kristus dan meng-encounter Docetism (paham yang mempercayai bahwa Yesus bukanlah manusia) dan Marcionism (yang menolak PL dan menyangkal bahwa Allah telah berinkarnasi jadi manusia). Dan keempat adalah untuk liturgi. Pengakuan iman dianggap sebagai dasar dari ibadah yang benar. Di dalam liturgi, creed dimaksudkan untuk membimbing jemaat untuk meresponi Injil dengan menyatakan pengakuan iman baik secara pribadi maupun secara jemaat.

Kita juga perlu memahami bahwa creed ini bukanlah hukum Taurat dimana ketika kita merevisinya maka kita berdosa. Tetapi mengarah kepada pernyataan atau pengakuan kita terhadap Tuhan yang terangkum dalam beberapa kalimat yang menggambarkan iman kita. Tetapi mengubah creed bukanlah sesuatu yang gampang. Sebagai contoh, pertemuan di Nicea untuk merumuskan Ncea Creed dihadiri 318 Bishop yang hadir.

Oleh sebab itu mari kita mensyukuri atas pekerjaan Tuhan dalam diri para rasul yang membuat “confession of faith” di mana mereka telah meletakkan dasar doktrin yang benar lewat creed tersebut. Mari belajar memahami akan pengakuan tersebut. Creed adalah pernyataan kepercayaan kita kepada Allah baik secara personal atau komunal dimana kita berdiri tegak dan kokoh di dalam pengakuan tersebut. Kita didorong untuk sungguh memahami makna creed yang kita nyatakan. Kita seharusnya menghidupi pengakuan iman itu di dalam kehidupan kita dan menjadikan itu sebagai kekuatan kita dalam menghadapi pengajaran palsu. Jadi pengakuan yang kita ucapkan bukan sekedar pengakuan di mulut saja tetapi nampak dari bagaimana kita menjalani hidup kita. Ketika ada pergumulan dan kesedihan datang kepada kita, penghayatan yang benar kepada pengakuan kita akan membantu kita untuk tetap percaya kepada Tuhan karena Dia adalah Tuhan pencipta langit dan bumi. Mari menyadari dan belajar bahwa pengakuan-pengakuan yang kita ucapkan akan memperkaya kehidupan kita bahwa Tuhan itu adalah Tuhan yang akan menopang dan menolong kita di dalam dunia ini.

Solideo Gloria!

No comments: