Wednesday, November 2, 2011

[Knowing God 2007-04]: HIS Love, Justice, and Faitfulness

By: Denni Boy Saragih, M. Div


Ada banyak pandangan yang keliru tentang karakter Allah. Pandangan-pandangan ini mencoba untuk memisah-misahkan karakter Allah seolah-olah yang satu dengan yang lain bertentangan. Mungkin saja pemahaman ini dilatarbelakangi oleh sifat atau karakter manusia, padahal hakikat manusia jauh berbeda sehingga tidak bisa disamakan. Tetapi seringkali kita memahami Allah dengan cara kita sendiri dan tentu saja sering pemahaman kita salah bahkan mempertentangkan sifat dan karakter Allah. Kadang kala kita salah mengerti tentang kasih Allah. Kita merasa kalau Allah mengasihi kita, pasti Allah akan menjauhkan hal-hal ‘pahit’ dalam hidup kita dan selalu memberikan hal-hal yang ‘manis’ daan indah. Itulah definisi dari kasih Allah yang sering menjadi pemahaman manusia.
Tentu saja tidak demikian adanya. Kalau hanya demikian pemahaman kita dalam mengenal Allah, kita hanya sampai pada pemahaman seorang anak kecil yang hanya tahu bahwa Allah tidak akan memberikan rasa pahit, padahal rasa pahit itu untuk kebaikan diri mereka sendiri. Hal inilah yang akan kita bahas lebih jauh.
Karakter Allah tidak perlu dipertentangkan karena karakter Allah itu satu, baik kasih, keadilan, maupun kesetiaan merupakan kekayaan dari satu karakter Allah. Kalau kita lihat dalam 1 Yoh 4:8 kita akan menemukan bahwa Allah adalah kasih. Dalam hal ini Yohanes mengungkapkan fakta bukan definisi. Kalau definisi tentu saja bisa dibalik dari ‘Allah adalah kasih’  menjadi ‘Kasih adalah Allah’. Tentu saja pemahaman ini menjadi salah kaprah.  Jadi ‘Allah adalah kasih’ tidak sama dengan ‘Kasih adalah Allah’. Kalau kasih adalah Allah, kita dapat menyembah Allah yang berarti kita menyembah kasih. Itulah sebabnya banyak kesalahan yang dapat kita lihat yang ditimbulkan akibat pemahaman ini. banyak filsafat agama atau sajak-sajak yang ditulis tentang kasih yang sebenarnya tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Kasih merupakan salah satu sifat pokok dari Allah. Kasih menyatakan keberadaan Allah di dalam pribadinya yang tunggal sama saperti keadilan dan kesetiaan
Allah tidak berubah, jadi Dia berlaku sebagaimana adanya dirinya. Kalau Allah mengasihi, Dia akan tetap mengasihi. Kalau Allah adalah kasih, Dia akan tetap mengasihi tanpa dipengaruhi oleh orang-orang yang ada disekitarnya. Berbeda dengan kita manusia, dimana sering sekali kita mengasihi karena dipengaruhi dengan apa yang ada dalam diri orang yang kita kasihi itu, dipengaruhi oleh sekitar, atau perubahan-perubahan dalam diri kita, dst. Bukan hanya itu, karena Allah tunggal, maka Dia tidak pernah meninggalkan satu sifatnya atau keberadaanNya supaya Dia dapat mepraktekkan sifatNya yang lain. Lebih jelasnya seperti ini, karena Dia adalah tunggal, maka ketika Dia mengasihi kita, tentu saja tidak terlepas dari kebenaran dan kemaha kudusannya. Konsep yang banyak berlaku pada kita adalah bahwa kasih itu melemahkan kebenaran. Karena kasih seringkali kebenaran tidak dipertimbangkan secara basic, atau karena kasih, kekudusan diinjak-injak dan keadilan menjadi kabur. Tetapi Tuhan tidak demikian. Tuhan kita tunggal, jadi ketika Dia menyatakan kasihnya kepada kita, tidak pernah terlepas dari nature Allah dan providensia Allah. Inilah kasih Allah kita. Inilah Tuhan kita.
Itulah sebabnya, karena Ia tidak terbatas maka kasihNya tidak terbatas. Tidak ada kasih di dunia yang melebihi kasih Allah baik itu keluarga, pacar, dan  yang lain. Hal ini disebabkan karena kasih kita terbatas.
Begitu juga karena Ia berdaulat atas segala sesuatu, maka Ia dapat mewujudkan kasihNya. Kadang kala ketika kita mengasihi seseorang, kita tidak dapat, tidak berdaya, tidak berdaulat untuk mewujudkan hal yang mau kita tunjukkan bukti kasih kita kepadanya. Allah juga kudus sehingga Ia dapat memanifestasikan kasihNya. Sewaktu Ia mengasihi kita, kekudusan kasihNya itu sedemikian rupa murninya sehingga kasihNya menjadi tidak tercela. Mari kita refleksikan bagian ini pada diri kita sendiri. Apakah kasih kita sudah murni atau sudah bercampur? Kasih Allah itu begitu besar seperti lautan yang tidak berdasar dan tidak berpantai dan sangat ajaib. Teolog Swiss, Francis Quretin, membuat tiga point untik menggambarkan keajaiban kasih Allah.
1.      Kemuliaan dari Dia yang mengasihi kita.
     Dengan kata lain, ke kasih kita atau pribadi yang mengasihi kita adalah Allah yang begitu mulia bukan pribadi yang sembarangan dan bukan kasih yang sembarangan. KasihNya adalah kasih yang sudah kita uraikan diatas. Kasih yang tidak terlepas dari nature Allah yang terlihat dalam providensiaNya.
2.      Kemiskinan dan ketidak berhargaan dari yang dikasihi, yaitu saudara dan saya.
      Kita adalah orang-orang yang miskin, tidak berdaya, tidak pantas untuk dikasihi. Kita adalah orang berdosa yang penuh pemberontakan pada Tuhan. Tetapi kitalah yang dipilih Allah yang mulia untuk dikasihiNya
3.      Dia yang di dalamNya kita dikasihi.
   Bagaimana cara Allah yang mulia itu mengasihi kita. banyak hal yang dilakukan Tuhan dan puncaknya adalah ketika Ia memberikan anak Nya yang tunggal, mati di kayu salib untuk keselamatan saudara dan saya dan seluruh dunia. Disinilah kita ketahui bahwa sifat Allah yang yang kita sebutkan tadi baik kasih, keadilan, dan kesetiaan menjadi satu dalam rangka menyelamatkan kita manusia.
Dengan apa yang kita lihat tadi, kita dapat menyimpulkan bahwa begitu ajaibnya kasih itu sehingga sulit bagi kita untuk menjelaskannya dengan kata-kata. Tapi kita akan mencoba melihat definisi dari J. I. Packer
“Kasih Allah adalah tindakan kebaikanNya terhadap pribadi yang berdosa. Mengidentifikasikan diriNya de ngan keberadaan mereka. Ia telah mem berikan anakNya menjadi penyelamat. Dan sekarang membawa me reka untuk mengenal dan menikmati Dia dalam hubungan perjanjian”.
Kasih Allah tidak berhenti pada karya keselamatan di kayu salib-walaupun hal ini disebut sebagai puncaknya-tetapi terus dicurahkan dalam perjalanan hidup kita. yang menjadi pertanyaan adalah, apakah kita tetap bisa merasakannya sampai sekarang?
Kita akan melihat kasih Allah yang dihubungkan dengan ketakutan kita. ada banyak ketakutan yang masing-masing kita miliki. Tetapi dalam 1 Yoh 4:18 dikatakan bahwa ”Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan;…” Ketakutan biasanya muncul karena kita merasa akan disakiti dan dicelakakan. Ketakutan biasanya selalu ada selama kita berada di bawah kehendak seseorang yang tidak menginginkan kegiatan kita. tetapi ketika kita berada disekitar orang yang memiliki rencana yan baik bagi kita, ketakutan kita akan lenyap. Ketika kita berhadapan dengan Allah yang mengasihi kita, kita percaya dan menggantungkan hidup kita. pada saat seperti inlah ketakutan-ketakutan kita akan hilang. Allah yang  mengasihi kita juga adalah Allah yang adil. Itulah kenapa ada salib. Kenapa kita bisa selamat, itu adalah karena kasih Allah mengalir sedemikian rupa dalam keadilan. Oleh sebab itulah Kristus mati untuk keselamatan kita.. saudara-saudara, di dalam alkitab keadilan dan kebenaran hampir tidak dapat dibedakan. Mari kita lihat Ulangan 32:4 “…Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia” dan Mzm 97:2 “Awan dan kekelaman ada disekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhtaNya’. Allah adalah Allah yang adil. Keadilan Allah menjadi kabar gembira bagi orang yang percaya kepadaNya dan hidup di dalam Dia, tetapi menjadi kabar buruk bagi musuh-musuhNya.
Ada empat point yang penting dan perlu kita syukuri dalam keadilan Allah.
1.      Keadilan Allah menjamin pengampunan atas dosa (Yoh 1:9)
2.  Keadilan Allah menjadi penghiburan yang besar bagi kita, karena Dia begitu adil maka Dia menjamin penilaian-penilaian dalam hidup kita. Kalau seseorang berjalan dalam kebenaran tetapi tidak mendapat kenyamanan hidup, ingatlah bahwa Tuhan kita hidup. Tuhan melihat dan menilai kita. Jangan pernah mengira bahwa Tuhan lupa atau tutup mata ketika kita menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidup kita. Mung kin di kantor, di sekolah dan dimanapun Tuhan menempatkan kita. Jangan pernah cemburu melihat orang fasik lebih berhasil dari pada kita. Mari baca Ibrani 6:10 dan 2 Tim 4:8. kita tidak perlu kecut karena ketika kita berjuang kita seolah-olah tidak mendapat hasil, seolah-olah Allah tidak bersama dengan kita. Allah kita adalah Allah yang adil, dan dia melihat semua apa yang kita lakukan dan Dia memandang dan menilai kita dengan keadilan.
3. Keadilan akan menjadi penunjang yang besar dalam hidup kita karena keadilan menjamin pembuktian kebenaran. Dalam 1 Petrus 2:23 dikatakan bahwa Tuhan adalah hakim yang adil.
4.   Keadilan Allah menjamin penghancuran dari si jahat. Keadilan Allah itu nyata (1 Petrus 4:5; 2 Tesalonika 1:7b-10). Sekalipun kita melihat orang fasik lebih ‘nyaman’ hidupnya dibandingkan dengan kita, ingatlah orang-orang fasik akan mempertanggungjawabkan perbuatan me reka di hadapan Allah. Daan Tuhan-hakim yang adil- akan memberikan setimpal dengan perbuatan mereka. Mari kita mengerjakan bagian kita. Berjuang mengerjakan yang benar, apa yang Tuhan inginkan dimanapun Tuhan menempatkan kita karena Dia adalah Tuhan yang adil.

Allah kita yang mengasihi kita, Allah yang adil, juga adalah Allah yang setia. Allah yang tidak pernah meninggalkan. Allah yang tidak pernah berubah. Allah yang kesetiaanNya berbeda dengan manusia. Seringkali kesetiaan kita dipengaruhi oleh banyak hal, baik keraguan maupun karena ketakutan kita, atau hal yang lain. Tetapi kesetiaan Allah tetap. Jika kita tidak setia Allah tetap setia.
Mari kita lihat Habakuk. Awalnya dia merasa Allah tidak setia dan meninggalkan dia (Habakuk 1:2-4) tetapi pada akhirnya diatas kesulitan-kesulitan yang ada, dia memandang bahwa Allah setia (Habakuk3:16-18) bahkan dia bersorak-sorai oleh karena pemahaman akan kesetiaan Tuhan.
Saudara-saudara, saya tidak tahu obat pahit apa yang saudara harus minum, apakah pergumulan akan TH, pekerk\jaan, keluarga, dll, ingatlah obat itu harus diminum. Apakah kita bisa berkata seperti Habakuk, “Walaupun semuanya masih gelap (keluarga, TH), namun aku akan bersorak-sorai dan beria-ria karena aku tahu kasih setia dari Allah!’ Habakuk mengatakan bahwa kasih setia Tuhan selalu baru setiap hari. Itulah sebabnya kesetiaan menjadi dasar dari segenap harapan kita akan masa yang akan datang. kesetiaanNya akan terus mengalir dalam hidup kita. hal ini menjadi penghiburan dan dasar bagi kita untuk menghadapi masa yang akan datang.
Allah yang mengasihi saudara adalah Allah yang sangat adil dan setia sampai selama-lamanya. Itulah sebabnya, janji Tuhan menjadi terhormat karena digenapi. Kita mengetahui bahwa janji-janji Tuhan pada masa yang lalu sudah digenapi yang ditunjukkan dalam kasih setiaNya, maka kasih setia yang sama Akan Dia curahkan pada waktu yang akan datang.
Soli Deo Gloria!

No comments: