[Kotbah MBA Jumat, 28 Oktober 2011 yang dibawakan oleh Drs. Tiopan Manihuruk, M. Th]
Hari ini kita bicara soal spirituality in a hectic world dengan bercermin kepada kisah kehidupan dan pelayanan Yesus yang terdapat dalam Markus 1:21-39. Dalam kisah ini kita dapat melihat bahwa Yesus memiliki banyak kesibukan. Sewaktu di Kapernaum Dia mengajar dan ketika mengajar Ia juga membebaskan orang yang kerasukan roh jahat dan dilanjutkan dengan melayani di rumah Simon dan Andreas dan menyembuhkan mertua Simon. Kemudian, mulai malam (setelah mata hari terbenam) Yesus melayani seluruh penduduk kota (ay 33-34). Tentu saja hal ini sangat melelahkan. Tetapi pada saat itu paginya Yesus bangun cepat dan pergi ke kota-kata lain untuk memberitakan Injil. Apa yang dapat kita simpulkan melihat kehidupan Yesus pada bagian ini adalah bahwa Yesus sangat-sangat sibuk.
Berbicara tentang hectic life bukanlah sekedar kehidupan yang sibuk, tetapi kehidupan yang bising, ribet atau sesuatu yang memusingkan. Selain berpacu dengan waktu yang berjalan dengan cepat kita memiliki banyak tarikan atau godaan yang mengikat kita. Inilah kehidupan yang hectic.
Kehidupan alumni pastilah kehidupan yang hectic. Tidak hanya itu, kehidupan alumni juga diperhadapkan kepada kehidupan yang bukan hanya serba cepat tetapi juga instan. Maka dunia yang hectic itu adalah instan dan sangat cepat. Kehidupan alumni juga bising dengan godaan dan deru dunia. Sering sekali alumni akhirnya tidak bisa tidur karena tidak bisa berhenti berpikir. Kemudian padatnya jadwal kegiatan dan perjalanan untuk kerja, keluarga, pelayanan dan studi lanjut juga dapat membuat hidup itu menjadi hectic. Jika kita tidak menata hidup hidup sedemikian rupa kita bisa menyerah. Bahkan mungkin kita cepat burnout dan cepat marah. Hidup kita sering sekali mengejar target apakah dalam hal waktu ataupun produksi. Jadi hidup yang senantiasa berpacu dengan waktu. Kita juga merasa senang dan dianggap penting dan terhormat jika dianggap sibuk. Jadi ada perasaan malu jika tidak sibuk. Hal ini menimbulkan kegelisahan seperti di sarang lebah. Apa yang bisa terjadi kita bisa mengalami spiritual dryness.
Apa yang kita lihat dalam kehidupan Yesus? Dalam perjalanan pelayanan Yesus yang padat kita bisa melihat bahwa Yesus pasti mengalami keletihan. Yesus kemungkinan besar tidur larut malam karena banyaknya yang dilayani. Meskipun Yesus sibuk dan melayani sampai larut malam, ia tidak meninggalkan relasinya dengan Allah. Dikatakan bahwa Yesus melakukannya pagi-pagi benar, pada saat hari masih gelap. Ingat, sebagai alumni kita tidak bisa melepaskan diri daripada kehidupan yang hectic, tetapi di tengah-tengah kondisi ini kita harus ingat untuk memprioritaskan sesuatu, yaitu hubungan pribadi dengan Bapa kita. Hal inilah yang harus kita miliki. Yesus dalam kesibukannya senantiasa begantung penuh dan mengandalkan Bapa dan menjaga kedekatan dengan Bapa agar tahu apa yang menjadi kehendak Bapa yang harus dilakukanNya. Padatnya jadwal kegiatan atau kelelahan fisik tidak menjadi penghalang dalam membangun hubungannya dengan Bapanya, dan kehidupan seperti ini merupakan kebiasaan dalam diri Yesus (Lk. 5: 16; 6: 12; Yoh. 6: 15b; Mt. 14: 23; Mrk. 6: 46).
Di dalam kehidupan ini ada masa untuk bekerja, ada masa untuk diisi oleh Tuhan. Ingat kisah Maria dan Marta? Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,sedang Marta sibuk sekali melayani (Luk 10:38-42). Marta tidak melakukan kesalahan ketika menyiapkan hidangan. Hanya saja timing Marta tidak tepat. Mengapa demikian? Jika kita melihat kisah ini lebih lanjyt kita akan melihat bahwa tidak lama lagi Yesus akan ditangkap. Jadi alangkah lebih baik waktu yang ada dipergunakan untuk mengisi tangki rohani, seperti yang dilakukan oleh Maria. Apa yang terjadi berikutnya adalah Marta marah dan menyalahkan Yesus dan Maria. Hal ini terjadi karena Marta terlalu merepotkan diri. Hal inilah membuat ia marah-marah. Orang yang kondisi rohaninya tidak baik pasti akan menganggap semua salah. Dunia kita sangat hectic oleh sebab itu perlu belajar untuk tidak meninggalkan hal yang penting, yaitu tangki rohani. Banyak alumni seperti Marta. Sangat repot karena banyak sekali target dan hal-hal yang akan dikerjakan sehingga menjadi ‘heppot’.
Apakah kita too busy not to pray [terlalu sibuk untuk tidak berdoa] atau too bussy pray more [terlalu sibuk harus lebih banyak berdoa]. Sering sekali alumni tejebak pada hal yang pertama yaitu too busy not to pray. Yang menghancurkan HPDT (saat teduh, bible reading, dan jam doa) kita adalah kesibukan, karena terlalu buru-buru mengejar sesuatu. Seharusnya hidup kita semakin sibuk justru harus semakin berdoa. Martin Luther berkata “Ketika aku semakin sibuk (banyak melayani), justru pada saat itulah aku semakin banyak berdoa.” Kita dibunuh oleh kesibukan dan keburu-buruan. Oleh sebab itu, se hectic apa pun hidup kita mari membangun sebuah relasi dengan Allah. Ingat kepanjangan dari BUSY yaitu Be Under Satan Yoke (berada dibawah kuk setan). Yesus lebih mendahulukan dan memprioritaskan hubunganNya dengan Bapa selama Dia melayani di bumi.
Kenapa yang Yesus lakukan itu penting sehingga kita harus melakukannya? Yoh 15:5b berkata, “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”. Tidak mungkin dan tidak bisa kita melakukan yang benar jika kita jauh dari Allah. Jika kita perhatikan Yoh 15:1-8 kata tinggal muncul sebanyak tujuh kali. Hal ini menunjukkan pentingnya kedekatan dengan Allah. Oleh sebab itu jangan menjadikan kesibukan menjadi alasan untuk tidak menjalin relasi yang intim dengan Allah. Dalam dunia yang sangat hectic ini, kita harus membangun kehidupan spiritualitas kita dengan menaggapi segala sesuatu yang kita baca, dengar, lihat, dan kerjakan dalam perspektif Ilahi. Ingat, mesin yang sering dipakai pasti membutuhkan service dan BBM yang lebih banyak. Demikian juga kita yang sering terlibat dalam pekerjaan atau pelayanan haruslah tidak lalai menservice diri kita dan menjaga tangki rohani kita tetap berisi. Kita tidak akan memiliki kekuatan jika tidak mengisi diri dengan baik. Prayerless will be powerless BUT Prayerful will be powerful (bd. Mt. 26: 41).
Sering sekali kita menemukan seseorang – atau bahkan mungkin diri kita sendiri – cepat marah di kantor, di jalan atau di rumah. Hal ini bisa terjadi karena target atau situasi dan hasil tidak seperti yang kita harapkan! Ini adalah bukti bahwa kita sedang kropos. Ada baiknya dalam situasi seperti ini kita ambil sikap diam dan menenangkan hati. Gampang tersinggung dan sakit hati sangat mudah terjadi jika tangki rohani kita sedang kropos. Kehidupan yang hectic hanya bisa diatasi dengan spiritualitas yang baik. Karena godaan dan kemungkinan untuk jatuh ke dalam dosa lebih besar apabila tidak dekat dengan Tuhan. Ingat, 1 Pet 5:8-9 berkata, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama”. Iblis itu siap sedia untuk menampung kita. Selain dari gampang tersinggung dan marah, dunia yang hectic juga bisa menggeser nilai dan ambisi hidup kita (band dengan kisah Demas dalam Dalam 2 Tim 4:10 , “karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia”). Dunia yang hectic juga bisa menarik kita kepada dunia yang materialis dan hedonis bahkan kepada sikap skeptis dan apatis melihat sekeliling. Tapi jika kita memiliki spiritualitas yang baik, kita bisa dengan tenang dalam melihat sesuatunya.
Bagaimana kita bisa memiliki spiritualitas dalam dunia yang hectic? Pertama, mari belajar dari Yusuf. Kemanapun Yusuf selalu berhasil adalah karena penyertaan Tuhan. Kita juga bisa kuat menghadapi dunia yang hectic jika kita tetap dekat dengan Tuhan dan Tuhan menyertai kita. Kedua, kita juga bisa belajar dari Daniel. Kita bisa menemukan bahwa Daniel selalu menjaga hubungannya dengan Tuhan dimana tiga kali sehari Daniel berdoa (seperti yang biasa ia lakukan). Mari membangun kehidupan doa. Kita bisa melakukannya dalam setiap waktu yang kita miliki. Misalnya mengambil waktu lima menit pada saat istirahat siang dengan mengingat kembali renungan atau refleksi dari saat teduh pagi, merenungkan kembali dan berdoa kembali agar bisa semangat kerja sampai sore. Ketiga jangan memiliki targaet dan beban hidup yang terlalu besar. Jangan terlalu banyak kredit melebihi kemampuan yang dia miliki. Akhirnya menjadi hidup yang dipaksa dan berujung kepada hidup yang hectic. Kita tidak dilarang untuk kredit atau nyicil, tetapi mari menyesuaikan dengan kemampuan kita. Jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang. Keempat, mari menciptakan peluang bersekutu dengan Firman Tuhan antara lain melalui perenungan Firman Tuhan dan doa selama dalam perjalanan. Kita juga bisa melakukannya dengan retreat of silence dan berdoa di masa istirahat siang dan sebelum pulang bekerja (1 Pet 4:7). Meditasi Kristen bukan mengosongkan pikiran tetapi fokus kepada Allah. Bila tidak bisa saat teduh di pagi hari usahakan pada malamnya. Mari memprioritaskan tiga hal berikut, yaitu: sate (saat teduh), gado-gado (berjaga dan berdoa), dan putu (puji Tuhan). Kita juga bisa menjaga hubungan dengan Tuhan dengan mendengar kaset/CD khotbah yang berkualitas dan lagu rohani sepanjang perjalanan, atau memiliki target membaca buku rohani dan ingat atau review hasil saat teduh pagi hari, refleksi khotbah atau buku rohani.
Kita juga harus memiliki Kelompok Kecil (KTB). Jangan ada satu diantara kita pun yang tidak memiliki KTB. KTB bisa dilakukan berdasarkan berdasarkan wilayah kerja atau tempat tinggal secara rutin (mungkin pada waktu makan siang dan memodifikasi kelompok sesuai denagn kondisi yang ada). Kemudian mari mengevaluasi perjalanan hidup sebelum tidur. Kita bisa ambil waktu lima menit dengan mengingat apa yang kita lakukan, apakah rasa marah, kecewa, sedih, dll. Kemudian bersyukur dengan setiap peristiwa yang bisa kita alami.
Jangan menghindari persekutuan. Mari senantiasa erat dengan persekutuan orang percaya. Ibrani 10: 24-25 mengatakan, “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” Kemudian jangan pernah tidak terlibat dalam pelayanan. Tidak ada orang bisa bertahan jika tidak melayani (proklamasi dan demonstrasi Injil). Jangan menciptakan laut mati yang baru yang hanya diisi terus tanpa pernah menjadi berkat bagi orang lain.
Solideo Gloria!
No comments:
Post a Comment