[Kotbah ini dibawakan oleh Esni Naibaho, M. Div (CE), pada ibadah Mimbar Bina Alumni, Jumat 29 Mei 2011]
Pengertian dan alasan tiap orang mengapa harus melakukan Perjamuan Kudus dapat berbeda-beda karena perbedaan pemahaman dimiliki. Pre assumption mengenai perjamuan kudus, perjamuan kudus ialah makan dan minum yang sisimbolkan dalam rangka mengingat ulang pengorbanan Kristus demi untuk dosa manusia dimana Dia mati bagi manusia. (pernyataan 2 orang Jemaat).
Perjamuan kudus disebut juga dengan Eucharist, Holy Communion, The Lord’s Supper, Divine Liturgy (orang ortodoks), The Mass (Catholic). Perjanjian Baru ditemukan nama lain Perjamuan Kudus yaitu Pemecahan Roti/ breaking of The Bread (Kis 2:42,46), Perjamuan Tuhan/ The Table of The Lord (I Kor 10:21).
Perjamuan berarti makan dan minum dihadirat Tuhan. Hal ini bukan berarti makan dan minum seperti yang biasa dilakukan (3xsehari). Ul. 14:23,26 mencatat “Di hadapan TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilih-Nya untuk membuat nama-Nya diam di sana, haruslah engkau memakan persembahan persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu, supaya engkau belajar untuk selalu takut akan TUHAN, Allahmu…., dan haruslah engkau makan di sana di hadapan TUHAN, Allahmu dan bersukaria, engkau dan seisi rumahmu”. Ini adalah perintah kepada bangsa Israel melalui Musa, ketika bangsa itu mempersembahkan persepuluhan di Bait Suci, setelah dipersembahkan, mereka makan dan minum (menikmati hasil pekerjaan) bersama. Hal ini berarti Tuhan mengundang manusia untuk menikmati perjamuan dihadiratNya. Ini merupakan suatu upacara ucapan syukur dan makan bersama oleh bangsa Israel.
Ibrani 10:1-4 menggambarkan bahwa makanan persembahan (sacrifical meal) yang dipersembahkan tiap tahun oleh bangsa Israel menggambarkan bahwa dosa belum diselesaikan dan masih mengharapkan kedatangan Mesias untuk menyelesaikannya. Karena tiap tahun mereka datang mempersembahkan korban kepada Tuhan melalui imam sebagai korban ucapan syukur dan pengampunan dosa. Perjanjian Lama belum memiliki gambaran akan suatu perjamuan kudus kelak.
Dalam Perjanjian Baru, Yesus juga pernah mengadakan perjamuan misalnya sewaktu memberi makan 5000 orang, makan dengan Zakeus, makan dengan para murid, dll. Perjamuan makan dilakukan Yesus berbeda dengan orang Yahudi karena Yesus makan dan minum bersama dengan orang-orang yang dikucilkan oleh Yahudi (pelacur, pemungut cukai, dll). Matius 26:23-29; Yesus menetapkan Perjamuan Kudus, makan dan minum dengan murid-muridNya diakhir pelayananNya.
Dapat disimpulkan bahwa dalam Perjanjian Lama, Allah menjamu/ mengundang umat Tuhan untuk makan dam minum dihadapan Allah, menikmati dan mengalami Tuhan. Dalam Perjanjian Baru, Yesus juga makan dan minum dengan orang banyak bahkan dengan orang-orang yang dikucilkan oleh Yahudi serta makan dengan para murid diakhir pelayananNya. The Lord’s Supper menjadi pengingat bahwa Yesus membayar lunas hutang dosa kita sehingga kita dapat menikmati makan dan minum dihadapanNya dengan sukacita. Tujuan utama perjamuan kudus ialah membawa umat Tuhan menikmati persekutuan bersama dengan Allah.
Ada empat pandangan mengenai Perjanjian Kudus, yaitu:
- “Transubstantiation” ----pandangan ini dianut oleh Roma Katolik. Roti berubah menjadi tubuh Kristus dan anggur menjadi darah Kristus. Melalui perjamuan seseorang akan dikuatkan dan dibebaskan dari dosa yang dilakukannya. Yesus mengorbankan hidupnya setiap kali mereka melakukan perjamuan kudus.
- Consubstantiation (“In, with, and under”) ---pandangan ini diterima oleh Lutheran. Roti itu bukan penjelmaan tubuh Kristus tapi Yesus hadir “in”, “with”, and “under” roti tersebut. Artinya roti berisi tubuh Kristus.
- Reformed (“A simbolic and spiritual presence of Christ”)---pandangan presbiterian, dan gereja reform lainnya. Melalui perjamuan tersebut seseorang akan menerima pengampunan atas dosanya dan konfirmasi akan imannya. Juga melalui perjamuan itu mereka akan dianugrahkan karunia dan pertumbuhan rohani. Pandangan ini mengartikan bahwa roti dan anggur sebagai simbol, dimana ketika mereka melakukan perjamuan, mereka mengalami perekutuan dengan Kristus.
- Memorial---pandangan gereja Baptis, dan Mennonite. Mereka meyakini bahwa Kristus tidak hadir dalam roti dan anggur baik secara literal maupun simbol. Melalui perjamuan tersebut orang diingatkan akan benefit dari penebusan yang dibawa melalui kematian Kristus.
Wayne Grudem memberikan tujuh pengertian perjamuan kudus:
1. “Kematian Kristus”
Ketika kita menerima roti yang dipecah, kita mengingat tubuh Kristus yang terpecah bagi kita dan ketika kita meminum anggur kita mengingat darah Kristus yang tertumpah demi kita. Dengan kata lain perjamuan kudus adalah proklamasi akan kematian Kristus (I Kor 11:26). Hal ini juga menggambarkan kasih Tuhan kepada kita. Hal yang penting ialah kita harus membayangkan Kristus yang mati dan tersiksa demi kita.
2. Menikmati benefit dari kematian Kristus
Ketika kita menikmati perjamuan kudus, kita mendeklarasikan bahwa makna kematian Kristus secara pribadi bagi kita. Kita harus mengakui dan menghayati secara pribadi dengan penuh arti kematian Yesus bagi kita sehingga aku dibenarkan dalam Kristus.
3. Menumbuhkan kerohanian
Perjamuan tersebut merupakan gambaran bahwa Allah memberikan makanan kepada jiwa kita (Joh 6:53-57). Hal ini seharusnya menumbuhkan kerohanian kita karena Alah telah memberikan makan dan minum.
4. Kesatuan orang percaya
Ketika orang percaya datang menikmati perjamuan kudus, hal ini menggambarkan kesatuan umat Tuhan ( I Kor 10:17). Dalam Perjamuan Kudus, orang-orang mengakui “aku telah diselamatkan oleh Kristus” yang berarti Yesus menjadi focus ibadah karena semua orang dalam perjamuan tersebut mengakui Yesus yang sama.
Jemaat korintus menyalahgunakan perjamuan kudus ini sehingga Paulus harus mengingatkan ulang arti perjamuan kudus kepada mereka (1 Kor 11:23-25). Kesalahan mereka ialah dalam perjamuan kudus terdapat perbedaan orang kaya dan miskin. Padahal sama-sama sudah beriman kepada Yesus, tetapi karena perbedaan status sosial, mereka menghancurkan kesatuan orang percaya. Siapa dan bagaimanapun kita, oleh pendamaian yang dilakukan Kristus, kita sama dihadapan Allah.
5. Pernyataan iman pribadi kita
Pengakuan pribadi bahwa Kristus telah mati demi dosa kita dan memberi hidup dan kesehatan bagi jiwa kita. DKL, ketika perjamuan kudus berarti secara pribadi aku mengakukan imanku “aku percaya kepada kematian Kristus yang olehnya aku diperdamaikan dengan Allah”. Perjamuan kudus seharusnya meneguhkan, menguatkan, mengingatkan kita bahwa Yesus sudah berkorban bagi kita. Perjamuan Kudus merupakan klaim secara pribadi kita mengakui “Yesusku mati bagiku dan aku mengakui kematiannya yang berkuasa itu membebaskan aku dari dosa”. Pengakuan ini yang seharusnya bersuara kepada kita ketika menghadapi pergumulan hidup.
Mengenai peserta perjamuan kudus. bagi kebanyakan gereja tradisional, yang mengikuti perjamuan kudus ialah orang yang sudah naik sidi. Naik sidi maksudnya katekhisasi yang menuntun mereka sampai akhirnya mereka menerima Yesus secara pribadi mengakukan bahwa Yesuslah Tuhan dan Juruslamatnya. Sehingga orang-orang yang sudah menerima dan mengakui kematian Yesus inilah yang diperkenankan mengikuti perjamuan kudus.
Oleh karena itu, yang turut melakukan perjamuan kudus ialah:
1. Orang yang percaya kepada Yesus Kristus
Mengikuti perjamuan kudus menjadi tanda bagi seseorang untuk menyatakan keberadaannya sebagai Kristen yang terus menjalani hidup kekristenannya
2. Orang yang melakukan self examination (I Kor 11:27-29). Meliputi kesadaran dan pengakuan akan kesatuan orang percaya didalam tubuh Kristus. Kita menguji diri kita apakah persekutuan kita dengan orang percaya lainnya mencerminkan karakter Allah. Dengan kata lain kalau hubungan kita dengan mereka tidak baik kita seharusnya menyelesaikannya sebelum datang ke meja perjamuan. Semua kita menerima darah dan tubuh yang sama yaitu Yesus junjungan dan Tuhan kita. Yesus saja mati bagi semua orang lain, masakan kita tidak mau menyatakan kasih kita kepada sesama kita.
Mengenai penyelenggara perjamuan kudus. secara eksplisit, Alkitab tidak ada menjelaskannya. Secara gereja, biasa yang menyelenggarakan ialah pendeta/ pemimpin gereja/ orang yang sudah dibaptiskan. Pendeta, pemimpin gereja diberikan wewenang untuk melakukan perjamuan kudus untuk menghindari penyalahgunaan sakramen. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana jika tidak ada orang-orang tersebut yang dapat melakukan perjamuan kudus, mungkin dan bolehkan perjamuan kudus dilangsungkan? Kalau ada hal demikian, maka orang percaya yang ada disitu dapat melakukan perjamuan kudus untuk membimbing orang tersebut masuk kedalam 5 (lima) makna perjamuan kudus tersebut.
Mengenai berapa kali mengadakan perjamuan. Tidak ada ketetapan dalam Alkitab. Hanya, Yesus menyampaikan agar Perjamuan Kudus dilakukan untuk mengingat akan Dia yang berarti berkali-kali. Bahkan Kisah Para Rasul menceritakan bahwa jemaat mula-mula melakukan pemecahan roti setiap kali mereka berkumpul. Hal yang perlu diingat ialah apabila hal itu dilakukan dalam rangka membawa jemaat untuk mengenang kematian Kristus dan menumbuhkan kepercayaan kepada kematian Kristus dan makin merefleksikan kasih Kristus, Perjamuan kudus dapat dilakukan kapan saja. Bukan masalah kuantitas perjamuan kudus melainkan kualitas yaitu waktu melakukan perjamuan kudus mari masuk kepada satu pemahaman yang baik dan benar, bahwa sewaktu saya hadir menerima perjamuan itu saya sedang mengakukan, merefleksikan dan mensyukuri bagi hidup saya yang ditebus ini. Dengan ini, maka kita dapat melakukan self evaluation terhadap apa yang kita lakukan terhadap sesama kita. Merefleksikan Kristus yang mau mati bagi manusia memberikan komitmen baru untuk mengakukan kematian Kristus melalui hidup di kantor, lingkungan, dan dimanapun.
Solideo Gloria!
No comments:
Post a Comment